Tubuh kita terdiri dari berbagai macam organ dan juga kelenjar. Masing-masing memiliki fungsi yang menjaga agar tubuh bisa bekerja dengan baik. Namun jika terjadi masalah pada salah satu kelenjar, maka akibatnya akan terasa pada seluruh tubuh. Salah satu kondisi yang perlu diwaspadai adalah hiperparatiroidisme.
Di bagian leher, terdapat kelenjar paratiroid, yakni empat buah kelenjar endokrin berukuran kecil, sebesar kacang polong yang menempel pada bagian belakang tiroid. Kelenjar endokrin ini bekerja untuk mengeluarkan hormon-hormon yang diperlukan oleh tubuh agar bisa berfungsi dengan normal, salah satunya ada hormon paratiroid.
Hormon paratiroid merupakan hormon yang berfungsi untuk menyeimbangkan kadar kalsium, vitamin D, dan fosfat di dalam tulang dan darah. Kalsium dan fosfat akan membentuk zat kalsium fosfat yang membuat tulang dan gigi menjadi keras, membantu proses pembekuan darah ketika terjadi cedera, dan mendukung kerja otot dan saraf agar dapat berfungsi dengan lebih baik.
Hiperparatiroidisme dan Penyebabnya
Pada umumnya, ketika kadar kalsium dalam tubuh terlalu rendah, kelenjar paratiroid akan merespons dengan meningkatkan produksi hormon paratiroid. Hormon tersebut akan menyebabkan ginjal dan usus menyerap lebih banyak kalsium serta ‘mengambil’ lebih banyak kalsium dari tulang.
Dalam hal ini dr. Gita juga menjelaskan bahwa hiperparatiroidisme adalah kondisi di mana kelenjar paratiroid memproduksi terlalu banyak hormon paratiroid (PTH). Pada pengidap hiperparatiroidisme satu atau lebih dari kelenjar paratiroid ini menjadi terlalu aktif sehinga menghasilkan PTH yang berlebih.
Berdasarkan penyebabnya ada tiga jenis hiperparatiroidisme, apa saja?
1. Hiperparatiroidisme Primer
Jenis hiperparatiroidisme ini terjadi jika ada masalah pada setidaknya satu dari kelenjar paratiroid yang berada di dalam. Penyebab utamanya adalah pertumbuhan pada kelenjar atau pembesaran pada kelenjar (hyperplasia). Pada beberapa kasus, penyebab dari hiperparatiroidisme primer adalah tumor kanker.
Kondisi ini pun dapat terjadi pada orang yang memiliki kelainan bawaan atau kondisi tertentu yang memengaruhi kelenjar di dalam tubuhnya, contohnya adalah:
- Pengidap neoplasia endokrin multipel
- Riwayat kekurangan kalsium dan vitamin D
- Terpapar radiasi pengobatan kanker
- Mengonsumsi obat-obatan tertentu, contohnya litium yang kerap digunakan untuk mengobati bipolar
2. Hiperparatiroidisme Sekunder
Hiperparatiroidisme sekunder disebabkan oleh kadar kalsium dalam tubuh yang sangat rendah, contohnya kasus gagal ginjal kronis.
3. Hiperparatiroidisme Tersier
Kondisi ini dapat terjadi jika kelenjar paratiroid terus memproduksi terlalu banyak hormon paratiroid setelah kadar kalsium dalam tubuh sudah kembali normal. Biasanya kasus ini terjadi pada orang yang memiliki masalah ginjal.
Jika terdapat terlalu banyak hormon paratiroid, tubuh akan merespons dengan cara melepaskan lebih banyak kalsium ke dalam darah dari tulang (tempat kalsium disimpan). Kehilangan kalsium pada tulang ini akan membuat tulang menjadi lemah dan rapuh sehingga meningkatkan risiko patah tulang.
Saluran pencernaan pun akan bekerja dengan lebih keras untuk menyerap lebih banyak kalsium dari makanan yang dimakan. Ginjal akan menahan kalsium dan mengembalikannya ke darah, bukannya membuangnya ke dalam urin. Terlalu banyak kalsium di ginjal akan menyebabkan terbentuknya batu ginjal.
Gejala Hiperparatiroidisme yang Perlu Diwaspadai
Pada awalnya, hiperparatiroidisme dini tidak menimbulkan gejala apapun. Namun jika ternyata Anda mengidap hiperparatiroidisme ringan, berikut adalah beberapa gejalanya yang perlu diwaspadai.
- Nyeri sendi
- Otot menjadi lemah
- Rasa lelah yang berkepanjangan
- Depresi
- Sulit berkonsentrasi
- Hilangnya selera makan
Apabila kondisi hiperparatiroidisme yang Anda alami sudah lebih parah, ada risiko untuk mengalami gejala seperti berikut.
- Mual
- Muntah
- Sembelit
- Rasa nyeri pada tulang
- Rasa haus yang berlebihan dan selalu ingin buang air kecil
- Bingung dan mudah lupa
Jika mengalami hiperparatiroidisme, Anda juga mungkin akan mengalami masalah kesehatan seperti fungsi ginjal yang berkurang, batu ginjal, tulang menipis atau osteoporosis, serta tekanan darah yang tinggi.
Apabila Parents mengalami gejala-gejala seperti di atas segeralah berkonsultasi kepada dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Pengobatan Hiperparatiroidisme
dr. Gita Permatasi menjelaskan, pada umumnya dalam kasus yang ringan dokter hanya akan memantau kadar kalsium darah dan tekanan darah setiap enam bulan sekali, serta fungsi ginjal dan kepadatan tulang setiap satu hingga tiga tahun sekali.
Untuk proses pemulihan ataupun penyembuhan, dr. Gita mengingatkan pentingnya perubahan gaya hidup. Cohtoh sederhananya, memastikan minum lebih banyak air, tetap aktif berolahraga untuk menjaga kesehatan tulang, serta menghindari konsumsi obat yang bersifat diuretik karena dapat meningkatkan kadar kalsium dalam darah.
“Jika kadar vitamin D dalam tubuh rendah, maka dokter biasanya akan meresepkan suplemen vitamin D,” tambah dr. Gita.
Namun jika gejala hiperparatiroidisme cenderung lebih parah atau mengalami pembesaran kelenjar paratiroid, dokter mungkin akan merekomendasikan operasi pembedahan untuk mengangkat kelenjar yang terlalu aktif.
Obat yang akan diberikan untuk kasus hiperparatiroidisme yang cukup parah adalah obat untuk untuk memberi sinyal pada kelenjar paratiroid untuk memproduksi lebih sedikit hormon paratiroid dan obat untuk mencegah hilangnya kalsium dari tulang untuk mengurangi risiko patah tulang.
Jika penderita hiperparatiroidisme perempuan yang telah mengalami menopause dan memiliki tanda-tanda osteoporosis, umumnya akan diresepkan terapi penggantian hormon untuk membantu tulang mempertahankan kalsium.
Itulah beberapa hal yang perlu Parents ketahui mengenai hiperparatiroidisme. Semoga informasi ini bermanfaat.
Baca Juga:
7 Gangguan Hormon pada Perempuan yang Bisa Sebabkan Sulit Hamil, Apa Saja?
Penting untuk produksi ASI dan produksi sperma, ini manfaat lain hormon prolaktin
8 Tanda Bahwa Anda Mengalami Ketidakseimbangan Hormon
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.