Gangguan kepribadian ambang atau borderline personality disorder (BPD) merupakan gangguan kesehatan mental yang memengaruhi cara berpikir dan perasaan penderitanya.
Kondisi ini dapat menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Karena, penderita merasa sulit untuk mengelola emosi dan perilaku, isu citra diri, serta pola hubungan yang tidak stabil.
Orang dengan gangguan kepribadian ambang, memiliki ketakutan yang kuat akan pengabaian, situasi tidak stabil, serta kesulitan menoleransi kesendirian.
Sayangnya, meski takut sendirian, penderitanya sulit mengelola emosi, sehingga kerap menunjukkan amarah yang tidak tepat, perubahan suasana hati yang drastis, sehingga membuat orang lain tidak nyaman dan akhirnya menjauh. Padahal, ia pun ingin menjalin hubungan yang penuh kasih dan langgeng.
Gangguan kepribadian ambang biasanya dimulai pada awal masa dewasa. Kondisi ini bisa lebih buruk di usia dewasa muda. Namun, akan semakin membaik seiring dengan bertambahnya usia.
Artikel terkait: Ariel Tatum akui punya gangguan mental,”Saya sempat mencoba bunuh diri berkali-kali”
Penyebab Gangguan Kepribadian Ambang
Sekitar 1–4 persen orang di dunia mengalami BPD. Penyebab pastinya belum diketahui dengan jelas. Namun, beberapa faktor di bawah ini diduga dapat memicu terjadinya BPD seperti dikutip dari Alodokter:
1. Lingkungan
Sejumlah kondisi lingkungan yang negatif diduga berperan dalam menimbulkan gangguan kepribadian ambang. Misalnya, pelecehan atau penyiksaan semasa kecil dan kehilangan atau ditinggalkan orang tua.
Selain itu, komunikasi yang buruk dalam keluarga juga dapat meningkatkan risiko terjadinya BPD.
2. Genetik
Menurut beberapa penelitian, gangguan kepribadian dapat diturunkan secara genetik atau dari orang tua ke anak. Jadi, seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan kepribadian ambang lebih berisiko mengalami kondisi ini.
3. Kelainan Pada Otak
Berdasarkan penelitian, penderita BPD memiliki kelainan pada struktur dan fungsi otak, terutama pada area yang mengatur perilaku dan emosi. Penderita BPD juga diduga memiliki kelainan fungsi zat kimia otak yang berperan dalam mengatur emosi.
Faktor-faktor di atas memang dapat meningkatkan risiko BPD. Namun, bukan berarti seseorang yang memiliki faktor risiko tersebut pasti akan mengalami BPD. Pasalnya, BPD juga tidak mustahil dialami oleh seseorang yang tidak memiliki satu pun faktor risiko di atas.
Gejala Gangguan Kepribadian Ambang
Gejala BPD biasanya muncul pada masa remaja menjelang dewasa dan bertahan saat usia dewasa. Tanda yang muncul tersebut dapat bersifat ringan hingga berat. Adapun gejala BPD dapat digolongkan menjadi empat bagian, yang terdiri dari:
1. Mood Swing atau Suasana Hati Tidak Stabil
Penderita BPD dapat mengalami perubahan perasaan (mood swing) yang drastis terhadap dirinya sendiri, lingkungannya, atau orang-orang di sekitarnya tanpa alasan yang jelas. Perubahan mood ini bisa terjadi dari perasaan positif ke negatif maupun sebaliknya.
Saat mengalami suasana hati yang negatif, penderita BPD bisa merasakan perasaan marah, hampa, sedih, tidak berharga, malu, panik atau takut, dan kesepian yang sangat dalam.
Artikel terkait: Jangan Sampai Salah, Ini Perbedaan Sedih dan Gangguan Mental Depresi
2. Gangguan Pola Pikir dan Persepsi
Penderita gangguan kepribadian ambang dapat berpikir bahwa dirinya buruk, bersalah, atau tidak berarti. Pikiran ini bisa hilang dan timbul sehingga membuat penderitanya kalut. Ia bisa saja berusaha mencari pembenaran atau pembelaan ke orang-orang sekitarnya untuk meyakinkan bahwa dirinya tidak buruk.
Halusinasi juga mungkin dialami oleh penderita BPD. Ia seolah mendengar suara di luar dirinya yang memintanya menyakiti diri sendiri.
Selain itu, penderita gangguan ambang juga bisa memiliki keyakinan yang kuat akan sesuatu yang sebenarnya tidak masuk akal (delusi). Misalnya, keyakinan bahwa dirinya dikejar oleh pembunuh bayaran.
3. Perilaku Impulsif
Perilaku impulsif yang dilakukan oleh penderita BPD dapat membahayakan dirinya sendiri. Ia bisa melakukan sesuatu yang ceroboh, seperti melukai diri sendiri, mencoba bunuh diri, melakukan hubungan seks yang berisiko, minum alkohol secara berlebihan, atau berjudi tanpa memikirkan risiko kalah.
4. Memiliki Hubungan yang Tidak Stabil
Penderita BPD dapat merasa sangat takut diacuhkan oleh orang lain. Namun di sisi lain, ia juga tidak nyaman apabila ada orang yang terlalu dekat atau terlalu memperhatikannya. Hal ini dapat merusak hubungan penderita BPD dengan orang lain.
Tidak semua penderita BPD mengalami seluruh gejala di atas. Sebagian hanya mengalalami beberapa gejala. Tingkat keparahan, berapa sering kemunculannya, serta berapa lama terjadinya gejala pada setiap penderita juga bisa berbeda-beda.
Umumnya, gejala BPD akan mereda dengan sendirinya seiring dengan bertambahnya usia penderita. Gejala biasanya akan berkurang saat penderita memasuki usia 40 tahun.
Artikel terkait: Ibu yang Mempunyai Gangguan Mental Tetap Bisa Punya Anak, Asal …
Diagnosis Gangguan Kepribadian Ambang dan Kapan Harus ke Dokter
Gangguan kepribadian ambang dapat sangat mengganggu fungsi dan kehidupan sehari-hari. Karenanya, disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli kejiwaan apabila memiliki keinginan untuk melukai diri sendiri atau bahkan bunuh diri.
Dokter psikiatri mungkin akan memulai sesi dengan tanya jawab tentang keluhan dan perasaan yang dialami penderita. Selain itu, dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan pasien dan keluarga, termasuk riwayat gangguan mental.
Kuesioner juga mungkin akan diberikan oleh dokter untuk mengetahui kondisi psikologis pasien. Jika diperlukan, dokter mungkin juga akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang diagnosis.
Deteksi dini terhadap gangguan kepribadian ambang dapat mencegah efek jangka panjang yang mungkin timbul pada penderita.
Pengobatan Gangguan Kepribadian Ambang
Setelah didiagnosis BPD, pasien sebaiknya memberi tahu hasil diagnosis pada keluarga, teman, atau orang yang dipercaya. Dengan begitu, pasien bisa meluruskan masalah hubungan yang mungkin terjadi akibat perilakunya.
Ketika orang di sekitar pasien sudah diberikan penjelasan, mereka pun dapat memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap kondisi pasien dan bisa mendukung pasien untuk sembuh. Hal ini dapat membuat pengobatan berjalan lebih efektif.
Pengobatan borderline personality disorder bertujuan untuk membantu pasien mengetahui cara mengatur dan mengatasi gejala yang dialami. Tidak hanya itu, pengobatan juga bertujuan untuk mengatasi gangguan mental lainnya yang sering kali menyertai BPD, seperti depresi dan penyalahgunaan NAPZA.
Pengobatan BPD dapat dilakukan dengan psikoterapi dan pemberian obat. Namun, pada kondisi yang lebih parah, perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan.
Psikoterapi untuk Atasi Gangguan Kepribadian Ambang
Terdapat beberapa jenis psikoterapi yang bisa digunakan untuk menangani BPD, yaitu:
1. Dialectical behavior therapy (DBT)
Terapi ini dilakukan melalui dialog dengan tujuan agar pasien dapat mengendalikan emosi, menerima tekanan, dan memperbaiki hubungan dengan orang lain.
2. Mentalization-based therapy (MBT)
Terapi ini menitikberatkan metode berpikir sebelum bereaksi. MBT membantu pasien BPD menilai perasaan dan pikirannya sendiri, serta menciptakan perspektif positif dari situasi yang dihadapi. Terapi ini juga membantu pasien untuk mengerti perasaan orang lain dan konsekuensi perbuatannya terhadap perasaan orang lain.
MBT biasanya dilakukan dalam jangka panjang, yaitu sekitar 18 bulan dan melibatkan rawat inap.
3. Schema-focused therapy
Terapi ini membantu pasien BPD menyadari kebutuhannya yang tidak terpenuhi, yang akhirnya memicu pola hidup negatif. Terapi akan berfokus pada usaha pemenuhan kebutuhan tersebut melalui cara yang lebih sehat agar terbangun pola hidup yang positif.
Artikel terkait: 5 Gejala Gangguan Mental Pada Anak-anak, Bunda Wajib Tahu!
4. Transference-focused psychotherapy
Transference-focused psychotherapy (TFP) atau terapi psikodinamis membantu pasien memahami emosi dan kesulitan yang dialaminya dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain (interpersonal).
TFP dilakukan dengan membina hubungan antara pasien dan terapis. Hasil pembinaan kemudian dapat diterapkan ke dalam situasi yang sedang dialami.
5. Good psychiatric management
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasien terhadap masalah emosi yang terjadi dengan mempertimbangkan perasaan orang lain. Terapi dapat dipadukan dengan pemberian obat, terapi kelompok atau perorangan, dan penyuluhan pada keluarga.
6. STEPPS
STEPPS atau systems training for emotional predictability and problem-solving merupakan terapi kelompok yang dapat dilakukan bersama anggota keluarga, teman, pasangan, atau pengasuh.
Terapi ini umumnya berlangsung selama 20 minggu, dan biasanya digunakan sebagai terapi tambahan bersama psikoterapi lainnya.
Penanganan Menggunakan Obat-obatan
Penggunaan obat-obatan bukan untuk mengatasi BPD, melainkan untuk mengurangi gejala atau komplikasi yang mungkin muncul. Misalnya seperti depresi dan gangguan kecemasan. Obat yang digunakan membutuhkan resep dokter.
Obat-obatan tersebut antara lain, antidepresan, antipsikotik, obat penyeimbang suasana hati.
Itulah pembahasan tentang gangguan kepribadian ambang. Apabila Parents atau anggota keluarga dirasa mengalami gajala dari gangguan ini, jangan ragu untuk segera konsultasi ke dokter atau ahli jiwa agar bisa ditangani secara tepat. Semoga bermanfaat!
***
Baca juga:
Anak rentan alami gangguan kesehatan mental, orangtua jadi salah satu pemicunya
Jangan Abai! Ini Gejala Awal Gangguan Mental pada Remaja yang Perlu Diketahui
3 Tipe kecemasan pada anak yang sering tak disadari orangtua, jangan abaikan!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.