Feeding Rules MPASI untuk Cegah Bayi Mogok Makan atau GTM

Menerapkan feeding rules bisa bantu mengatasi permasalahan makan yang dialami si kecil.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Di zaman modern ini masih ada orang tua yang tidak tahu bagaimana menerapakan feeding rules MPASI kepada anaknya. Oleh karena itu, masih ada saja masalah yang berkaitan dengan ‘anak sulit makan’, ‘anak GTM’, hingga ‘anak kurang gizi’ karena kekurangan nutrisi dari makanan.

Jangan khawatir, Bunda bisa menghindari hal ini dengan menerapkan beberapa aturan dasar pemberian makan seperti yang disarankan WHO dan lembaga kesehatan lainnya berikut ini.

Apa Itu Feeding Rules MPASI?

WHO dan UNICEF merekomendasikan aturan pemberian makanan (feeding rules) dasar pada bayi sebagai berikut:

  • Inisiasi menyusu dini (IMD) diberikan dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir.
  • ASI eksklusif dilakukan selama 6 bulan pertama kehidupan bayi.
  • Pengenalan makanan pendamping (padat) yang cukup nutrisi dan aman pada bayi diberikan mulai usia 6 bulan bersama-sama dengan pemberian ASI berkelanjutan hingga usia anak 2 tahun atau lebih.

Dua tahun pertama kehidupan anak merupakan fase yang sangat penting. Sebab, pemberian nutrisi yang optimal selama periode ini mampu menurunkan morbiditas dan mortalitas, mengurangi risiko penyakit kronis, dan mendorong perkembangan yang lebih baik secara keseluruhan pada kehidupan si anak.

Meski sudah begitu, masih banyak saja bayi dan anak yang tidak mendapatkan makanan yang optimal. Dalam lamannya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menulis, hanya sekitar 44% bayi usia 0–6 bulan di seluruh dunia yang diberi ASI eksklusif selama periode 2015-2020.

Sedangkan, pemberian ASI yang optimal sejauh ini dapat menyelamatkan nyawa lebih dari 820.000 anak di bawah usia 5 tahun setiap tahun. Masalah kurang gizi juga masih dikaitkan dengan kematian 2,7 juta (atau sekitar 45%) anak setiap tahunnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Banyak faktor yang membuat anak mengalami masalah kurang gizi. Seperti ketidakmampuan orang tua dalam menyediakan makanan berkaitan dengan ekonomi, wawasan, atau perilaku (malas), anak tidak suka, pemilih, atau tidak terbiasa mengonsumsi makanan sehat.

Faktor-faktor tersebut tentu muncul karena sesuatu yang melatarbelakanginya. Misalnya, bayi tidak dibiasakan makan makanan sehat, jam makan bayi tidak beraturan, atau tekstur makanannya tidak sesuai dengan kemampuan oralnya.

Oleh karena itu, perlu adanya aturan dasar dalam pemberian makan yang benar pada anak dimulai sejak ia mulai dikenalkan makanan pendamping ASI (MPASI) atau yang dikenal dengan istilah feeding rules MPASI.

Mengenai feeding rules MPASI pada anak akan dibahas secara lengkap di bawah ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Bunda, ini aturan porsi dan menu makan bayi usia 6 bulan

Praktik Feeding Rules MPASI

Selama ini bayi Anda hanya mengenal ASI dengan teksturnya yang cair. Cara mengonsumsinya pun –mayoritas bayi- dari payudara ibu atau botol. Nah, di usianya yang keenam bulan, ia sudah bisa mengonsumsi makanan padat.

Apa yang bisa Bunda lakukan saat mengenalkan makanan-makanan tersebut? Berikut ini feeding rules MPASI dari Cleveland Clinic yang bisa Bunda ikuti ketika memberi makan bayi di tahun pertama kehidupannya.

1. Feeding Rules MPASI Dimulai dengan Porsi Kecil

Apa pun makanan yang Bunda pilihkan untuk si kecil, mulailah dalam porsi satu (1) sendok teh dan berikan secara perlahan-lahan. Setelah itu, tingkatkan pemberian dengan memberikan 1 sendok makan, kemudian 1 botol kecil (sekitar empat ons atau satu cangkir), hingga 1 mangkuk.

2. Bisa Dimulai dengan Cukup 1 Bahan Tunggal

Ada Bunda yang memulainya dari satu jenis sereal beras bayi kering, buah, atau sayur terlebih dahulu. Bahan tunggal tersebut disajikan dengan mencampurkannya pada ASI/susu formula (sufor) hingga teksturnya cair dan lembut.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

3. Feeding Rules MPASI Saat Mengenalkan Makanan Baru

Tunggu 3-5 hari sebelum Bunda memperkenalkan makanan baru kepada si kecil. Tujuannya adalah untuk menilai kemungkinan reaksi alergi, seperti diare, muntah, atau ruam. Jika terjadi reaksi, hentikan pemberian makanan pemicu alergi dan periksakan anak ke dokter.

4. Buat Makanan Sendiri Termasuk Salah Satu Feeding Rules MPASI Bayi

Hal ini karena lebih sehat dan higienis, serta Bunda juga lebih tahu nutrisi apa yang dibutuhkan bayi. Jika Bunda membuat makanan bayi sendiri, disarankan untuk menggunakan bubur kacang polong, bubur jagung, dan ubi jalar.

Hindari membuat bayam, bit, kacang hijau, labu dan wortel buatan sendiri, karena mengandung nitrat yang dapat menyebabkan anemia (jumlah darah rendah). Sementara produk makanan bayi yang mengandung jenis makanan tadi, lebih aman karena sudah diuji kandungan nitratnya.

5. Hindari Perasa Makanan

Jangan menambahkan rasa makanan bayi dengan garam, gula, atau perasa lainnya.

6. Feeding Rules MPASI: Hindari Jus Buah

American Academy of Pediatrics merekomendasikan untuk tidak memberikan jus buah kepada bayi di bawah 1 tahun. Kecuali jus buah 100% yang dipasteurisasi (tanpa tambahan gula), itu pun hanya boleh diberikan kepada bayi yang lebih besar dengan membatasi asupannya hingga 4 ons sehari.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

7. Jangan Terlalu Banyak Konsumsi Air

Minum? Boleh, tetapi sedikit saja, sekitar beberapa sendok untuk memudahkannya menelan –bukan yang satu cangkir/botol penuh. Bayi masih membutuhkan susu untuk tetap membuatnya terhidrasi.

8. Tingkatkan Tekstur Makanan Perlahan

Ketika tangan bayi sudah dapat mengambil benda dan membawanya ke mulut (biasanya sekitar 9 hingga 12 bulan), itu tanda Budna sudah bisa meningkatkan tekstur makanannya. Bayi berusia 9-12 biasanya sudah bisa makan sendiri (finger food), dana bayi berusia 12 bulan sudah  bisa belajar menggunakan garpu atau sendok.

9. Batasi Waktu Makan, Feeding Rules MPASI yang Masih Sering Diabaikan Orang Tua

Batasi waktu makan si kecil hingga 15-20 menit saja dan hindari makan sambil melakukan hal lain, seperti menonton TV atau berjalan-jalan di taman.

10. Jangan Lupa Camilan

Kebanyakan bayi harus makan 3-6 kali sehari, di mana tiga di antaranya ia menyantap makanan padat dan sisanya camilan.

11. Feeding Rules MPASI: Harus Kaya Nutrisi

Makanan yang baik untuk bayi antara lain makanan yang kaya energi, protein, vitamin, dan mineral, seperti daging, unggas, ikan, aneka buah dan sayuran. Sementara makanan yang harus bayi hindari antara lain makanan pedas, asin, dan manis. Serta, makanan yang dapat menyebabkannya tersedak seperti kacang-kacangan, biji-bijian, popcorn, keripik, makanan mentah, kismis, anggur utuh, dan makanan lengket seperti marshmallow.

Feeding Rules MPASI Menurut WHO

WHO juga menambahkan prinsip panduan feeding rules MPASI yang lainnya, yaitu:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • Menyusui terus dan sering. Dukung si kecil menyusui hingga usianya 2 tahun atau lebih.
  • Praktik pemberian makan yang responsif. Misalnya, ibu memberi makan bayi secara langsung dan membantunya makan dengan benar.
  • Perlahan dan sabar. Beri makan si kecil dengan perlahan dan sabar. Dorong mereka untuk makan dengan tidak memaksa (apalagi membentak) dengan menggunakan kata-kata afirmasi dan kontak mata yang baik.
  • Praktikkan kebersihan dan penanganan makanan yang benar.
  • Mulai dari jumlah kecil dan tingkatkan secara bertahap seiring bertambahnya usia anak.
  • Tingkatkan frekuensi makan anak. Misalnya: 2-3 kali sehari untuk bayi usia 6-8 bulan; 3-4 kali sehari untuk bayi usia 9-23 bulan ditambah 1-2 camilan sesuai kebutuhan.
  • Beri pelengkap. Berikan pelengkap pada makanan anak seperti suplemen vitamin-mineral sesuai kebutuhannya.
  • Tingkatkan hidrasi, terutama bila anak sakit, dengan terus menyusui atau minum air putih sesuai kebutuhannya.

Artikel terkait: Bayi Kurus Bikin Parents Khawatir? Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya 

Porsi dan Asupan Harian Berdasarkan Usia Bayi

0 hingga 4 bulan:

  • ASI atau sufor 2-4 ons
  • MPASI 8-12 kali

4 hingga 6 bulan

  • ASI atau sufor 6-8 ons
  • MPASI 4-6 kali= Sereal bayi 1-2 sendok makan (sdm).

6 hingga 8 bulan

  • ASI atau sufor 6-8 ons
  • MPASI 3-5 kali tiga sampai lima= Sereal bayi 2-4 sdm, crackers 2, roti 1/2 potong, jus/air 0-3 ons, buah/ sayuran 2-3 sdm, daging atau kacang-kacangan 1-2 sdm.

8 hingga 12 bulan

  • ASI atau sufor 6-8 ons
  • MPASI 3-4 kali= Keju 1/2 ons atau yoghurt 1/2 cangkir, sereal bayi 2-4 sdm, roti 1/2 potong, crackers 2 atau pasta 3-4 sdm, jus/air 3 ons, buah/sayuran 3-4 sdm, daging atau kacang 3-4 sdm.

Sementara bayi tidak membutuhkan air atau jus tambahan untuk menghidrasi. Air atau jus direkomendasikan diberikan setelah usia 12 bulan. Ketika Bunda memberikannya, disarankan diberikan dalam wadah cangkir untuk membantu transisi dari botol.

Tips Tambahan:

  • Hangatkan makanan bayi di mangkuk atau botol (tertutup) dalam panci berisi air hangat atau di bawah aliran air keran hangat. Kocok wadah sesekali untuk memastikan isinya panas/hangat merata.
  • Selalu beri makan bayi dalam posisi tegak dengan sendok. Untuk anak berkebutuhan khusus, konsultasikan dengan terapis mengenai tempat duduk/makan adaptif untuknya.
  • Jangan biarkan anak tertidur dengan makanan/botol susu di mulutnya. Ini dapat menyebabkan kerusakan gigi, bayi berisiko tersedak dan infeksi telinga.
  • Jangan memberikan makanan padat dalam botol. Ini juga dapat menyebabkannya tersedak atau makan berlebihan, serta memperlambat perkembangan keterampilan makan bayi.
  • Susu sapi tidak boleh ditambahkan ke dalam makanan hingga bayi berusia 1 tahun.
  • Madu tidak disarankan diberikan hingga bayi berusia 1 tahun karena bisa menyebabkan botulisme (suatu kondisi yang disebabkan oleh racun).
  • Bebaskan bayi dari botol setelah ulang tahun pertamanya.
  • Dampingi bayi saat ia makan dan dorong ia untuk makan/minum dengan baik dan menghabiskannya.
  • Jangan tunda memberikan makanan pemicu alergi, seperti kacang tanah, telur dan ikan, karena belum tentu ini bisa menyebabkan alergi pada bayi. Makanan-makanan ini merupakan makanan pencegah eksim, asma, rinitis alergi, dan alergi, dan mengenalkannya lebih dini kepada bayi justru dapat menurunkan risiko alergi terhadap makanan tersebut.

Anak GTM

GTM merupakan singkatan dari ‘Gerakan Tutup Mulut’ yang biasa diberikan pada bayi yang sulit makan saat memasuki tahap pemberian MPASI. Melansir laman IDAI, ada beragam faktor penyebabnya, antara lain:

  • Penyakit/kelainan organik yang mendasari
  • Interaksi biologis dan faktor lingkungan terutama keluarga
  • Pemberian nutrisi yang kurang tepat mengenai komposisi makanan, tekstur maupun tata cara pemberiannya

Dalam hal ini, perilaku orang tua yang memegang peranan penting dalam feeding rules MPASI anak. Sebab, memang orang tua yang mengenalkan pertama kali makanan pada anak dan mengajarkan anak tata cara makan yang benar.

Feeding Rules MPASI untuk Mengatasi Anak GTM

Untuk membantu Bunda mengatasi masalah GTM pada anak, ikuti teori praktik feeding rules MPASI Bernard-Bonnin dalam jurnal Canadian Family Physician berikut ini:

Jadwal

  • Buat jadwal makanan utama dan makanan selingan (snack) yang teratur.
  • Pemberian makan sebaiknya tidak lebih dari 30 menit.
  • Jangan menawarkan camilan lain saat makan, kecuali minum.

Lingkungan

  • Bayi makan dalam lingkungan yang menyenangkan (tidak boleh ada paksaan untuk makan).
  • Siapkan serbet untuk alas makan agar tidak berantakan.
  • Tidak ada distraksi (mainan, televisi, perangkat permainan elektronik) saat makan.
  • Jangan memberikan makanan sebagai hadiah.

Prosedur

  • Berikan makanan dalam porsi kecil.
  • Berikan makanan utama dulu, baru diakhiri dengan minum.
  • Dorong anak untuk makan sendiri.
  • Bila anak menunjukkan tanda tidak mau makan (mengatupkan mulut, memalingkan kepala, atau menangis), tawarkan kembali makanan dengan cara ‘netral’ yaitu tanpa membujuk ataupun memaksa.
  • Bila setelah 10-15 menit anak tetap tidak mau makan, akhiri proses makan.
  • Budna hanya diperkenankan membersihkan mulut anak jika ia sudah selesai makan.

Dengan melakukan tepat seperti feeding rules MPASI, diharapkan si kecil tidak akan melakukan GTM lagi.

Artikel terkait: Bocah 5 Tahun Ini Trauma Makan Nasi, Jalani Terapi Khusus Agar Mau Makan Lagi!

7 Penyebab Anak GTM

1. Menolak Makanan

Ada banyak alasan mengapa bayi menolak makanan. Mungkin mereka kenyang, kelelahan, terganggu dengan situasi atau udara di sekitarnya, atau bayi sedang sakit. Dan tiap bayi biasanya akan merasakan fase ini.

2. Menolak Makanan Baru

Hampir setiap anak melewati periode penolakan makanan baru. Untungnya, sebagian besar anak bisa keluar dari masalah ini, meskipun kadang-kadang ada juga yang mengalaminya hingga berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.

Bila bayi menunjukkan ketidaksukaan pada makanannya, kreatiflah dengan membuat makanan baru yang Anda buat terlihat mirip dengan makanan favoritnya. Misalnya, saat mengenalkan ubi jalar, haluskan dan campur dengan wortel kesukaannya.

Lalu, mulai makanan baru dalam porsi yang sangat kecil. Biarkan ia memakannya sebanyak 3 suapan. Bila ia suka, lanjutkan. Namun bila tidak, jangan bereaksi berlebihan, Bunda bisa memberikannya kembali di jam makan berikutnya.

Kebutuhan makan bayi berbeda dengan orang dewasa, begitu juga dengan jadwal makannya. Jadi Bunda jangan khawatir, bila ia lapar, umumnya bayi akan memukul-mukul sendok. Atau jika sudah kenyang, ia akan memalingkan wajah atau mengatupkan mulutnya.

Yang pasti, selalu berikan makanan sehat pada buah hati Bunda dan hindari junk food. Jika kondisi bayi membuat Bunda khawatir, segera konsultasikan dengan dokter anak Anda.

3. Rewel dan Picky Eater

Ini hal yang banyak dikeluhkan orang tua: “Bayi saya picky eater!”

Sabar, Bunda, bisa jadi ia rewel karena sedang tumbuh gigi, kelelahan, atau memang belum siap untuk makanan padat. Coba saja berikan dulu makanan yang familier di matanya untuk memberikannya kenyamanan, sambil sesekali menyela mulutnya dengan makanan baru.

4. Tersedak

Beberapa bayi ada yang sudah bisa makan makanan padat di usia 4-6 bulan. Namun, karena memang kemampuan bayi di usia itu belum bisa mengunyah dan menelan makanan dengan baik, tak sedikit juga yang mengalami tersedak atau muntah.

Bila bayi kesulitan menelan makanan padat, coba kurangi isi sendoknya. Jika ia masih tersedak, itu tanda ia belum siap untuk menerima makanan padat.

5. Bikin Berantakan

Istilahnya “feeding the floor” (memberi makan lantai) karena memang setiap kali bayi makan, makanannya banyak terbuang/tercecer di lantai. Saat makan bayi lebih banyak menghabiskan waktu bermain dan menjatuhkan makanan daripada memakannya.

Biasanya tanda kemandirian untuk makan sendiri pada bayi mulai muncul di usia 9 bulan. Saat itu ia mulai ingin memegang kendali atas makanannya: Memegang sendok dan menyuap makanan sendiri kemulutnya.

Meski yang ada justru ‘kekacauan’, tetapi biarkan saja, Bunda. Langkah ini penting dalam membantu bayi belajar, tumbuh, dan lebih mandiri lagi. Untuk menguranginya, pasangkan slabber (bib berkantung) pada lehernya.

6. Alergi dan Intoleransi Makanan

Alergi makanan (berkaitan dengan kekebalan tubuh) terjadi pada hingga 8% anak-anak dan dapat muncul tiba-tiba. Gejalanya mulai dari diare, muntah, ruam, sakit perut hingga masalah pernapasan dan pembengkakan wajah/tubuh. Alergi makanan yang paling umum pada anak adalah susu, kedelai, telur, gandum, kacang-kacangan, dan kerang.

Intoleransi makanan pada anak lebih umum terjadi daripada alergi makanan. Meskipun gejalanya mungkin serupa –perut bergas, kembung, diare, dan sakit perut- intoleransi makanan melibatkan sistem pencernaan bayi, bukan sistem kekebalannya. Masalah ini umumnya berkaitan dengan laktosa, jagung, atau gluten.

7. Gumoh, Refluks, atau Muntah

Hampir semua bayi pernah mengalami gumoh. Bunda dapat mengurangi kemungkinan bayi bergumoh dengan menyendawakannya secara teratur, menghindari makan berlebihan, menjaga bayi tetap tegak saat makan, dan tidak beraktivitas fisik setelah makan.

Kalau refluks adalah ketika isi perut kembali naik ke kerongkongan bayi. Untuk membantu mengelola refluks, beri makan bayi sedikit-sedikit atau lebih lambat, longgarkan popoknya setelah makan, jaga posisinya tegak setelah makan setidaknya selama 30 menit, dan tidak bermain setelah makan.

Sementara muntah bisa disebabkan banyak hal, seperti sistem pencernaan yang belum matang, infeksi, obat-obatan, mabuk perjalanan, dan masih banyak lagi. Meski bisa sembuh dengan sendirinya, jangan abaikan ketika bayi mengalaminya.

Bila muntah terjadi lebih dari 24 jam, segera bawa bayi ke dokter karena berisiko dehidrasi. Terutama pada muntah bayi Anda melihat darah, anak tampak kesakitan, atau disertai diare.

Muntah yang kuat pada bayi dapat disebabkan oleh kondisi fisik yang disebut pyloric stenosis, yaitu kondisi yang menghalangi makanan bergerak ke usus dari lambung.

Masalah pada feeding rules MPASI dapat disebabkan oleh banyak hal. Jadi tidak ada salahnya Bunda mengonsultasikannya dengan dokter anak atau ahli gizi bila terus merasa khawatir, terutama jika bayi tidak tumbuh dengan tepat atau tidak mencapai tonggak pertumbuhannya.

Hubungi dokter anak bila bayi terus kehilangan berat badan, tampak lesu, dehidrasi, muntah, tersedak, atau diare yang menetap, atau lainnya.

Diharapkan dengan adanya feeding rules MPASI si kecil enggak ada drama lagi setiap kali mau makan, ya, Bunda.

Baca juga:

15 Trik Membujuk Bayi Susah Makan

Anak susah makan bikin khawatir, ternyata ini penyebab dan cara mengatasinya

10 Penyebab Bayi Tidak Nafsu Makan dan Cara Mengatasinya