Apakah bayi terlihat rewel, menangis, dan kewalahan ketika sedang menyusu karena aliran susu terlalu deras? Jika Bunda mengalami hal ini, bisa jadi Bunda tengah mengalami fast let down.
Fast let down atau aliran ASI yang deras disebut juga overactive let down atau forceful let down. Yuk, kenali lebih dalam mengenai fenomena ini dan cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.
Apa Itu Fast Let Down/Overactive Let Down/Forceful Let Down?
Sumber: Freepik
Menyusui adalah salah satu cara paling efektif untuk memastikan kesehatan dan kesejahteraan hidup anak. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), ASI adalah makanan yang paling ideal untuk bayi.
ASI aman, bersih, dan mengandung antibodi yang membantu melindungi dari banyak penyakit umum pada anak. ASI menyediakan semua energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk bulan-bulan pertama kehidupannya. Pun ASI terus menyediakan hingga setengah atau lebih kebutuhan nutrisi anak selama paruh kedua tahun pertama, dan hingga sepertiga selama tahun kedua.
Menyusui memiliki banyak manfaat. Menurut beberapa penelitian, anak-anak yang disusui/diberi ASI di waktu bayi cenderung tampil lebih baik dalam tes kecerdasan, serta lebih kecil kemungkinannya untuk kelebihan berat badan atau obesitas dan kurang rentan terhadap diabetes di kemudian hari. Ibu yang menyusui juga memiliki penurunan risiko kanker payudara dan ovarium.
Artikel Terkait: 10 Posisi Menyusui yang Baik dan Benar, Mana yang Paling Pas Bun?
Setiap ibu tentunya memiliki perjalanan menyusuinya masing-masing. Ada yang dapat menyusui dengan mudah, ada pula yang mengalami masalah, misalnya dengan pelekatan atau produksi ASI yang ‘seret’. Namun, tak jarang pula ada yang mengalami ASI berlimpah ruah.
Apakah Bunda pernah mengalami kondisi di mana ASI keluar terlampau kuat, hingga mirip seperti semburan?
Saat bayi mulai menyusu, refleks yang melibatkan saraf dan hormon (refleks neurohormonal) akan melepaskan ASI dari payudara. Refleks ini dikenal sebagai milk ejection reflex (MER) dan umumnya disebut let-down.
Jika ASI dikeluarkan dengan sangat kuat, maka disebut sebagai fast let-down atau overactive let-down. Dengan pengeluaran yang cepat, susu mungkin terlihat menyembur dari payudara seperti air dari selang ketika bayi melepaskan mulutnya dari payudara di tengah-tengah aktivitas menyusui.
Aliran yang cepat atau kuat memang tidak selalu menjadi masalah bagi bayi. Banyak bayi menyukai kecepatan yang lebih cepat dan ASI yang menyembur kuat ini merupakan hal yang normal.
Akan tetapi, beberapa bayi mungkin tampak kewalahan dan rewel oleh fast let-down ini. Bayi bisa saja batuk, tersedak, atau melepaskan payudara dan menangis.
Tanda-Tanda Fast Let Down Reflex/Overactive Let Down/Forceful Let Down
Sumber: Freepik
Bunda mungkin tidak menyadari jika mengalami forceful let down karena puting susu dan semburan ASI berada di dalam mulut bayi dan sulit untuk terlihat ketika menyusui.
Saat mengalami fast let down, bayi akan bekerja keras untuk mengatasi aliran ASI, bahkan hingga kewalahan. Ada beberapa tanda-tanda yang ditunjukkan oleh bayi ketika sedang menyusui saat ia mengalami semburan susu yang kuat, yaitu sebagai berikut:
- Tersedak, terlihat seperti tercekik, terkesiap, atau terbatuk-batuk saat menyusui seolah-olah ASI keluar terlalu cepat.
- Sering menarik payudara saat menyusui.
- Menjepit puting dengan mulut untuk memperlambat aliran susu.
- Menelan susu dengan sangat cepat.
- Membuat suara klik saat menyusui karena kehilangan isapan dengan payudara.
- Sering meludah saat atau setelah disusui.
- Perut bergas sehingga perlu sering bersendawa.
- Menyusui hanya dalam periode yang singkat karena sudah mendapat banyak ASI.
- Secara berkala menolak untuk menyusui.
- Terlihat rewel atau menangis, tidak nyaman saat disusui.
Artikel Terkait: Tips Menyusui untuk Ibu Positif COVID-19
Penyebab Fast Let Down/Overactive Let Down/Forceful Let Down
Sumber: Freepik
Overactive let down adalah masalah umum pada 4 hingga 6 minggu pertama menyusui bayi setelah lahir. Hal ini terjadi karena tubuh ibu masih mempelajari berapa banyak ASI yang harus diproduksi untuk bayi.
Jika ibu mengalami oversupply atau terlalu banyak pasokan/produksi ASI, maka hal tersebut dapat menyebabkan fast let down, di mana aliran ASI ke payudara keluar dengan sangat cepat.
Setelah bayi berusia sekitar 2 bulan, tubuh ibu seharusnya sudah mengetahui berapa banyak ASI yang dibutuhkannya. Oleh karena itu, biasanya overactive let down berhenti setelah bayi sudah cukup besar dan lebih ahli menyusui.
Meskipun begitu, ada pula ibu yang masih mengalami fast let down setelah bayi berusia lebih dari 2 bulan.
Cara Mengatasi Fast Let Down/Overactive Let Down/Forceful Let Down
Sumber: Freepik
1. Memperbaiki Posisi Menyusui
Seberapa bayi dapat menangani aliran ASI yang cepat atau deras dapat bergantung pada pelekatannya (cara bayi menempel pada payudara), posisinya (cara digendong), dan seberapa baik mereka dapat mengoordinasikan mengisap, menelan, dan bernapas.
Konsultan laktasi dapat membantu mengidentifikasi apakah pelekatan atau posisi bayi selama menyusui dapat menyebabkan kesulitan dalam mengatur aliran ASI. Jika bayi sekadar ‘menempel’ pada puting susu di mulutnya, maka lebih sulit baginya untuk mengontrol aliran ASI.
Demikian pula posisi tertentu dapat membuat menyusui lebih sulit bagi bayi. Selalu periksa posisi dan pelekatan saat menyusui. Semakin dalam pelekatan, semakin baik bayi dapat mengontrol aliran.
Bunda juga bisa mencoba bersandar dan menyusui dalam posisi berbaring. Posisi menyusui dengan bayi berada di atas payudara dapat membantu memperlambat aliran ASI, karena ASI yang mengalir ke atas bekerja melawan gravitasi.
2. Menghentikan Menyusui Saat Aliran ASI Deras
Jika mengalami fast let down, coba lepaskan bayi dari payudara selama beberapa saat sampai alirannya sedikit melambat. Tampung ASI yang keluar menggunakan wadah atau handuk dan setelah alirannya melambat, bayi mungkin lebih mampu mengatasi alirannya dan menyusu dengan lebih baik.
Selain itu, biarkan bayi melepas payudara sesuai dengan kebutuhannya. Jangan pernah memegang bagian belakang kepala bayi untuk memaksanya ke payudara karena hal ini bisa berbahaya untuk saluran pernapasannya.
3. Memperlambat Aliran ASI Menggunakan Tangan
Bunda bisa memperlambat aliran ASI secara manual dengan menggunakan jari. Caranya mudah, posisikan tangan seolah sedang memegang gunting dan jepit areola di awal menyusui untuk memperlambat aliran ASI.
4. Memompa ASI Sebelum Menyusui
Cara lainnya adalah memeras sedikit ASI sebelum bayi mulai menyusui sehingga alirannya lebih lambat. Peras dengan tangan atau pompa sampai Bunda merasakan ASI mengalir. Kemudian mulailah menyusui bayi.
Akan tetapi, ingatlah bahwa memerah ASI secara teratur sebelum menyusui pada akhirnya dapat merangsang payudara untuk memproduksi lebih banyak susu yang dapat memperburuk situasi jika let down disebabkan oleh produksi ASI yang berlebihan.
Artikel Terkait: Cara Menyusui yang Benar, Kenali Tanda-Tanda yang Terjadi pada Buah Hati
5. Kenali Isyarat Bayi Lapar
Bayi yang terlalu lapar bisa jadi menyusu dengan kurang terkoordinasi dan isapannya lebih kuat karena ia panik.
Oleh karena itu, akan lebih membantu untuk mengenali tanda-tanda bayi ingin menyusu atau lapar, misalnya mengisap jari atau membuka mulut saat area mulutnya disentuh.
6. Susui Bayi Saat Ia Tenang
Bayi akan mengisap dengan lebih lembut dan pelan saat ia sedang rileks, tampak tenang, atau sedang mengantuk. Hal ini pun menyebabkan aliran ASI bisa menjadi lebih lambat.
7. Susui Bayi Lebih Sering
Menghindari interval waktu yang lama di antara menyusui akan membantu mengurangi pembengkakan dan aliran yang lebih cepat karena peningkatan tekanan ASI di dalam payudara. Ini mengurangi jumlah susu yang menumpuk di antara waktu menyusui, sehingga menyusui lebih mudah diatur untuk bayi.
8. Jangan Lupa Sendawakan Bayi
Sering bersendawa jika melihat bayi menelan udara saat menyusu untuk membantu mengurangi gas di perutnya.
9. Mengurangi Produksi ASI
Jika kelebihan produksi ASI adalah masalah utama penyebab fast let down, Bunda dapat menyesuaikan pasokan ASI agar lebih sesuai dengan kebutuhan bayi. Namun, jangan mencoba mengurangi suplai ASI selama 4-6 minggu pertama karena ini adalah periode saat suplai ASI harus meningkat dengan cepat.
Salah satu metode untuk mengurangi produksi ASI tanpa membatasi pemberian makan bayi disebut block feeding. Jangan membatasi menyusui sama sekali. Jika bayi selesai menyusu di satu payudara dan ingin melanjutkan menyusui, jangan pindahkan bayi ke payudara yang satu lagi, melainkan tetap biarkan ia menyusu di payudara yang sama.
Jika sisi yang tidak digunakan menjadi tidak nyaman karena membengkak, peras sedikit ASI sampai merasa lebih nyaman dan kemudian gunakan kompres dingin. Ini dapat menghambat aliran darah dan produksi susu, dan menenangkan ketidaknyamanan.
Metode lain yang bisa dicoba adalah berpindah antar kedua payudara beberapa kali selama satu kali sesi menyusui.
***
Jika tidak ditangani dengan baik, fast let down bisa menyebabkan bayi tersedak yang berbahaya dan juga gangguan pencernaan misalnya kembung. Semoga informasi ini bisa bermanfaat, ya, Bunda.
Baca Juga:
Bahayakah jika ASI Masuk ke Hidung Bayi? Begini Penjelasannya
Ingin Sukses Menyusui? Parents Jangan Abaikan 7 Tahap Persiapan Ini
Ayah, Lakukan 6 Hal Ini Agar Istri Lancar Menyusui
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.