Pemerintah China kembali mengisolasi sebuah desa di salah satu provinsi. Pasalnya, pes bubonic atau wabah pes menginfeksi salah satu warganya hingga meninggal di sana. Penasaran dengan fakta wabah pes bubonic yang membuat pemerintahan setempat menjadi siaga?
Seberapa bahayakah penyakit ini?
Fakta Wabah Pes Bubonic yang Menyerang China
Melansir dari laman Detik Health, warga China dilaporkan meninggal karena wabah pes bubonic atau bubonic plague. Peristiwa tersebut pun membuat pemerintah China menerapkan siaga 3 terkait pencegahan dan penularan wabah tersebut hingga akhir 2020 nanti.
Seorang warga di Mongolia Dalam atau setingkat provinsi di China diberitakan terinfeksi penyakit ini. Ia merupakan warga Desa Suji Xincun, Distrik Damao Banner.
Sang pasien yang terinfeksi tersebut dinilai mengalami kegagalan multiorgan sehingga ia tidak mampu bertahan. Nyatanya, ini bukanlah kasus wabah pes pertama yang menelan korban jiwa. Sebelumnya, ada juga warga China yang dikonfirmasi meninggal akibat pes bubonic .
Sementara, laman Kompas menuliskan jika pihak berwenang sudah menutup desa Suji Xincun tersebut sebagai upaya pencegahan penyebaran wabah pes. Pengecekan juga dilakukan kepada seluruh warga dan pemerintah menganjurkan agar setiap rumah di sana melakukan disinfektan setiap hari.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut beberapa fakta mengenai pes bubonic yang sedang menyerang China selengkapnya:
#1. Termasuk Penyakit Zoonosis
Berdasarkan penjelasan Badan Organisasi Dunia (WHO), pes bubonic merupakan salah satu jenis dari penyakit pes atau sampar. Penyakit ini termasuk ke dalam jenis penyakit zoonosis.
Artinya, kondisi penyakit yang dialami awalnya menyerang hewan, tetapi kemudian bisa berkembang dan ditularkan kepada manusia. Hewan yang kerap terinfeksi virus ini umumnya adalah hewan pengerat seperti tikus, hamster, bajing, landak, dan sebagainya.
Penyakit pes juga dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan organ yang terinfeksi, yakni:
- Bubonic Plague: Yang sedang mewabah di China, penyakit pes yang menyerang sistem limfatik atau yang menyebabkan gejala pembesaran kelenjar getah bening.
- Pneumonic Plague: Disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyebar hingga paru-paru.
- Septicemic Plague: Disebabkan oleh infeksi bakteri yang akhirnya berkembang biak dalam aliran darah.
Menurut WHO, jenis penyakit pes yang paling umum adalah bubonic plague. Orang yang terinfeksi akan mengalami kelenjar getah bening, kemudian bisa meradang dan menimbulkan luka terbuka yang bernanah.
#2. Disebabkan oleh Bakteri
Penyakit pes secara umum disebabkan oleh bakteri. Lebih tepatnya adalah bakteri Yersinia pestis. Tidak hanya oleh hewan pengerat, bakteri ini juga bisa saja dibawa oleh beberapa jenis hewan seperti kelinci, kambing, domba, hingga hewan peliharaan seperti kucing.
Bahkan menurut Pusat Keamanan Pangan dan Kesehatan Masyarakat di Lowa State University, ada 200 spesies hewan yang berisiko terinfeksi virus ini.
#3. Paling Umum Ditularkan Lewat Gigitan Kutu
Bakteri Yersinia pestis ini umumnya disebarkan melalui kutu yang biasa menghinggapi hewan lain.
Menurut keterangan WHO, medium penularan penyakit pes yang paling umum adalah melalui gigitan kutu. Manusia bisa terinfeksi saat ia digigit oleh kutu pembawa bakteri yang sebelumnya hinggap di hewan peliharaan mereka.
Selain itu, penularan juga bisa melalui droplet atau air liur saat melakukan kontak langsung dengan pengidap lain.
Melansir dari laman Halodoc, beberapa kondisi juga bisa menjadi faktor risiko yang meningkatkan seseorang terinfeksi penyakit pes. Kondisi tersebut di antaranya:
- Orang yang tinggal di pedalaman atau di daerah yang memiliki sanitasi buruk.
- Yang sering bersentuhan langsung dengan hewan seperti peliharaan. Atau orang yang kerap mengunjungi tempat yang banyak hewan pengerat seperti sering berkemah di gunung, bepergian ke hutan, dan sebagainya.
#4. Gejala Pes Bubonic Bersifat Umum
Sama seperti virus corona yang kini menjadi pandemi, pes bubonic ini memiliki gejala yang terbilang umum. Artinya, gejala yang ditimbulkan cenderung sulit dibedakan karena mirip dengan gejala penyakit lainnya.
Namun biasanya, penderita pes bubonic ini akan mengalami pembengkakan kelenjar getah bening di bagian bawah lengan, selangkangan, atau leher. Pembengkakan tersebut akan terasa menyakitkan dan biasanya menimbulkan nanah.
Lebih lanjut, beberapa gejala lain yang timbul di antaranya:
- Demam
- Nyeri Kepala
- Nyeri otot, lemas terus-menerus
- Batuk, dengan dahak bercampur darah
- Sesak napas
- Diare, muntah
- Nyeri dada ataupun nyeri perut
- Muncul beberapa pembengkakan di daerah kulit
- Mengalami perdarahan di kulit, mulut, dan hidung
#5. Sebabkan Komplikasi Serius
Pes Bubonic juga kerap dijuluki sebagai ‘black death’, sebuah penyakit yang berbahaya dan mematikan apabila tidak ditangani atau terdiagnosis lebih awal.
Komplikasi serius yang bisa disebabkan oleh penyakit ini adalah peradangan selaput otak. Aliran darah yang terganggu akibat bakteri juga cenderung menyebabkan tidak berfungsinya beberapa jaringan tubuh yang berbahaya bagi kesehatan.
#6. Konsumsi Antibiotik Bisa Jadi Upaya Pencegahan
Belum ada vaksin untuk mencegah penyakit ini. Meski demikian, beberapa ahli menjelaskan bahwa antibiotik bisa menjadi salah satu upaya pencegahan bagi orang yang memiliki risiko tinggi terpapar penyakit ini. Namun, penggunaan antibiotik ini juga tentunya perlu dalam pengawasan dokter dan tidak boleh digunakan secara sembarang.
Selain itu, menjaga kebersihan lingkungan juga merupakan hal utama yang bisa dilakukan untuk mencegah terpaparnya penyakit ini, seperti:
- Senantiasa membuat suasana lingkungan rumah bersih dan bebas dari tumpukan sampah, makanan bekas, atau beragam kondisi yang mengundang hewan pengerat singgah.
- Jaga kebersihan hewan peliharaan. Pastikan agar hewan peliharaan menggunakan produk anti serangga atau kutu.
- Tidurlah terpisah dengan hewan peliharaan untuk mencegah penyebaran bakteri.
- Gunakan pengusir serangga dengan DEET untuk mencegah gigitan kutu.
- Kenakan sarung tangan jika Anda harus menyentuh hewan liar, hidup atau mati.
- Segera konsultasi ke dokter apabila mengalami gejala.
#7. Pes Bubonic Pernah Menjadi Pandemi Mematikan di Eropa
Sumber Foto: Getty Image via Kompas.com
Dilansir dari laman Kompas, penyakit pes ini pernah menjadi pandemi mematikan di Eropa. Sekitar 50 juta orang di sana meninggal karena terjangkit penyakit ini pada pertengahan abad.
Namun, jangan khawatir, menurut para ahli, kecil kemungkinannya penyakit pes ini kembali menjadi pandemi seperti COVID-19. Pasalnya, sudah ada prosedur dan perawatan yang pasti dalam menangani jenis penyakit ini. Salah satunya adalah perawatan pasien yang terjangkit dengan antibiotik.
Hal ini juga dijelaskan oleh dokter penyakit menular di Stanford Health Care, Shanthi Kappagoda.
“Kami sudah memulai merawat pasien yang terjangkit dengan antibiotik. Ini terbilang efektif untuk mengatasi dan mencegah mereka terpapar bakteri kembali,” ungkapnya seperti yang dilansir dari Healthline.
Meski begitu, WHO tetap menganjurkan masyarakat untuk tetap waspada dan menerapkan upaya pencegahan seperti menjaga kebersihan lingkungan. Pasalnya, masih ada kemungkinan jika wabah ini akan terjadi lagi jika upaya pencegahan tidak disiplin dilakukan.
Nah, itulah beberapa fakta mengenai wabah pes bubonic yang kini sedang terjadi di China. Tetap jaga kesehatan dan kebersihan lingkungan agar kita senantiasa terlindungi dari pes bubonic atau penyakit lainnya, ya, Parents!
Artikel telah ditinjau oleh:
dr.Gita PermataSari, MD
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
***
Baca juga:
Kenali Gejala Demam Berdarah Dengue (DBD) Agar Anak-anak Terhindar Darinya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.