X
theAsianparent Indonesia Logo
theAsianparent Indonesia Logo
kemendikbud logo
Panduan ProdukMasuk
  • Kehamilan
    • Kalkulator perkiraan kelahiran
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
    • Kehilangan bayi
    • Project Sidekicks
  • Artikel Premium
  • Breastfeeding Week 2023
  • Cari nama bayi
  • Perawatan Ibu dan Bayi
  • Kulit Bayi
  • Rangkaian Edukasi
    • Pengasuhan Anak
    • Edukasi Prasekolah
    • Edukasi Sekolah Dasar
    • Edukasi Remaja
  • TAPpedia
  • TAP Rekomendasi
  • Anak
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Anak
    • Praremaja & Remaja
  • Parenting
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Seks
    • Berita Terkini
  • Kesehatan
    • COVID-19
    • Info Sehat
    • Penyakit
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Korea Update
    • Hiburan
    • Travel
    • Fashion
    • Kebudayaan
    • Kecantikan
    • Keuangan
    • Marvelous Asian Mums Special 2021
  • Nutrisi
    • Resep
    • Makanan & Minuman
    • Sarapan Bergizi
  • Belanja
  • Ayah manTAP!
    • Kesehatan Ayah
    • Kehidupan Ayah
    • Aktivitas Ayah
    • Hobi
  • VIP
  • Awards
    • TAP x Tokopedia Awards 2023

Mengenal Emotional Eating yang Dialami Marshanda, Lampiaskan Segala Perasaan pada Makanan

Bacaan 5 menit
Mengenal Emotional Eating yang Dialami Marshanda, Lampiaskan Segala Perasaan pada Makanan

Sederhananya, emotional eating yaitu saat seseorang makan bukan hanya karena lapar, tapi juga untuk memenuhi kebutuhan emosional.

Artis Marshanda membagikan pengalamannya berhasil menurunkan berat badan hingga 9 kg dengan mengontrol emotional eating. Ibu satu anak itu menjelaskan bahwa ia sempat mengalami emotional eating yang menyebabkannya melampiaskan rasa marah, stres, sedih, takut, dan gelisah ke makanan yang tidak sehat.

Terlebih, Marshanda diketahui sedang menjalani pengobatan untuk penyakit bipolar yang diidapnya. Nah, lantas, apa yang disebut dengan emotional eating? Yuk, simak penjelasannya berikut ini! 

Artikel Terkait: Waspada! Ini 4 jenis gangguan bipolar yang bisa menyerang anak

Apa Itu Emotional Eating? 

emotional eating

Manusia tak hanya makan ketika dirinya merasa kenyang. Namun, sebagian orang beralih ke makanan untuk merasa nyaman, menghilangkan stres atau sebagai penghargaan untuk diri sendiri. 

Jika sudah demikian, tak sedikit orang yang memilih junk food, makanan tinggi gula dan kalori, atau jenis makanan tidak sehat lainnya sebagai ‘pembalasan’. Misalnya, ketika Parents memutuskan untuk membeli es krim sebagai penghibur diri saat sedang sedih, atau memesan pizza ketika merasa kesepian dan bosan. 

Melansir dari Help Guide, emotional eating ialah kondisi di saat seseorang menggunakan makanan untuk membuat dirinya merasa lebih baik. Dalam kata lain, hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan emosional bukan karena lapar. 

Sayangnya, mereka yang mengalami kondisi tersebut bukannya merasa lebih baik justru jadi merasa bersalah karena sudah makan berlebihan. 

Siklus Emotional Eating

emotional eating

Sebenarnya, menggunakan makanan sebagai cara untuk menghadiahi diri sendiri atau bentuk perayaan tertentu bukanlah hal yang buruk. Namun, hal tersebut jadi tidak sehat ketika seseorang terjebak di dalam siklus makan sebanyak-banyaknya saat merasa stres, kesal, marah, kesepian, hingga kelelahan. 

Padahal, dengan makan, bukan berarti masalah atau perasaan tak menyenangkan tersebut dapat ditangani. Justru malah membuat Parents lebih stres karena diliputi rasa bersalah akibat terlalu banyak makan makanan berlemak dan tidak sehat.

Perasaan sedih, marah, kesal, dan kecewa, tidak bisa diisi atau ditangani dengan makanan. Makan makanan tak sehat mungkin terasa nikmat saat dilakukan, tetapi tetap saja perasaan yang memicu untuk makan makanan tak sehat itu tetap ada. Bahkan, sebagian orang akan merasa lebih buruk setelah makan dibandingkan sebelumnya. 

Emotional eating juga akan menambah masalah baru dalam hidup. Misalnya, ketika seseorang akhirnya berhenti untuk makan makanan sehat untuk menangani emosinya sehingga berakibat pada peningkatan berat badan yang signifikan dan ia akan mulai merasa tak berdaya atas makanan dan perasaan yang dirasakannya. 

Meski begitu, masih belum terlambat untuk melakukan perubahan positif. Parents bisa mempelajari cara-cara yang lebih sehat untuk mengatasi emosi dengan menghindari pemicu, menaklukan hasrat untuk makan tidak sehat hingga akhirnya menghentikan kebiasaan makan saat merasa emosional. 

Artikel Terkait: Anak mulai sulit makan? Hati-hati alami gangguan makan anoreksia!

Penyebab Emotional Eating

emotional eating

Melansir dari Healthline, mulai dari stres, kekhawatiran finansial, masalah kesehatan, hingga pergulatan hubungan bisa jadi penyebab seseorang mengalami kondisi gangguan makan tersebut.

Ini merupakan salah satu kondisi yang bisa menyerang laki-laki maupun perempuan. Namun, menurut penelitian, kondisi tersebut  lebih sering dialami perempuan dibanding laki-laki

Selain itu, emosi negatif juga bisa jadi penyebab seseorang merasa hampa atau mengalami kekosongan emosional. Makanan diyakini sebagai cara untuk mengisi kekosongan tersebut dan rasa ‘utuh’ palsu. Faktor lainnya yang menyebabkan seseorang mengalami hal ini ialah: 

  • Menarik diri dari lingkungan sosial 
  • Kebutuhan emosional
  • Tidak pernah terlibat dalam kegiatan tertentu menghilangkan stres, sedih, dan lainnya 
  • Tidak memahami perbedaan fisik dan emosi lapar 
  • Menggunakan self-talking negatif yang berhubungan dengan binge-eating

Semua itu dapat menciptakan siklus makan emosional yang mengubah kadar kortisol sebagai respons terhadap stres, yang mengarah ke ‘mengidam’ makanan yang tidak sehat sebagai pelampiasan.

Artikel Terkait: Ini risiko bila ibu hamil alami gangguan makan alias eating disorder!

Cara Mencegah

Mengenal Emotional Eating yang Dialami Marshanda, Lampiaskan Segala Perasaan pada Makanan

Ketika emosi negatif mengancam untuk memicu emotional eating, Parents dapat mengambil langkah-langkah berikut ini untuk mengendalikan rasa ingin makan berlebihan tersebut.

Melansir dari Mayo Clinic, berikut sejumlah tips mengendalikan kondisi tersebut. 

1. Buat Catatan Harian Makanan

Tuliskan apa yang Anda makan, berapa banyak yang Anda makan, kapan Anda makan, bagaimana perasaan Anda saat makan dan seberapa lapar Anda. Seiring waktu, Anda mungkin melihat pola yang mengungkapkan hubungan antara suasana hati dan makanan.

2. Mengatasi Stres

Jika stres berkontribusi pada kebiasan emotional eating, cobalah teknik manajemen stres seperti yoga, meditasi, atau teknik pernapasan sebagai usaha untuk menjinakkan stres yang dialami. 

3. Dukungan dari Orang Sekitar

Jika berkomitmen untuk tidak melakukan emotional eating adalah hal yang berat, maka kini saatnya mendapatkan dukungan dari orang sekitar seperti sahabat dan keluarga. Jangan ragu untuk bergabung di komunitas atau kelompok pendukung. 

4. Lawan Kebosanan

Alih-alih makan saat merasa sedih atau marah, alihkan perhatian Anda dengan mengganti perilaku yang lebih sehat. Misalnya, berjalan-jalan, nonton film, bermain dengan kucing, mendengarkan musik, membaca, atau menelpon teman. 

5. Singkirkan Godaan

Jangan menyimpan makanan yang tidak sehat di rumah. Apabila Parents merasa marah atau sedih, maka berusahalah untuk berjalan-jalan di sekitar rumah hingga perasaan Parents lebih baik dan emosi lebih terkendali. 

Jika tidak, gantilah dengan camilan sehat. Jika Parents merasa ingin makan atau mencamil, maka pilihlah makanan yang lebih sehat juga bergizi seperti sayuran dan buah.

Itulah penjelasan dan cara mengatasi emotional eating yang dialami oleh Marshanda. Kini, Marshanda telah berhasil menurunkan berat badan hingga 9 kg dan terbebas dari emotional eating. Potret terbarunya pun diunggah di Instagram. 

Emotional Eating and How to Stop It
www.helpguide.org/articles/diets/emotional-eating.htm

Weight loss: Gain control of emotional eating
www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/weight-loss/in-depth/weight-loss/art-20047342

Emotional Eating: What You Should Know
www.healthline.com/health/emotional-eating

Baca Juga:

Salah Makan Sebabkan Gangguan pada Anak

Cerita mitra kami
Nikmati Layanan Konsultasi Dokter Gratis Hasil Kolaborasi Lifebuoy dan Halodoc untuk Perlindungan Keluarga Sehat
Nikmati Layanan Konsultasi Dokter Gratis Hasil Kolaborasi Lifebuoy dan Halodoc untuk Perlindungan Keluarga Sehat
4 Cara Mudah Tetap Sehat & Bebas Kuman Saat Liburan
4 Cara Mudah Tetap Sehat & Bebas Kuman Saat Liburan
5 Manfaat Minum Susu Setiap Hari, Tak Sekadar Memenuhi Kebutuhan Kalsium 
5 Manfaat Minum Susu Setiap Hari, Tak Sekadar Memenuhi Kebutuhan Kalsium 
Bebas Stress, Ini Cara Agar Si Kecil Mau Minum Obat Batuk Tanpa Dipaksa
Bebas Stress, Ini Cara Agar Si Kecil Mau Minum Obat Batuk Tanpa Dipaksa

4 Jenis Gangguan Makan pada Anak yang Jarang Disadari dan Tips Mengatasinya

Awas, Anak Bisa Kena Gangguan Pola Makan! Cegah Sedini Mungkin

 

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.

img
Penulis

lolita

Diedit oleh:

Finna Prima Handayani

  • Halaman Depan
  • /
  • Info Sehat
  • /
  • Mengenal Emotional Eating yang Dialami Marshanda, Lampiaskan Segala Perasaan pada Makanan
Bagikan:
  • Cara Menurunkan Panas Anak dengan Bawang Merah, Parents Pernah Coba?

    Cara Menurunkan Panas Anak dengan Bawang Merah, Parents Pernah Coba?

  • Kapan Harus Menghubungi Dokter? Catat Tanda-Tandanya Berikut!

    Kapan Harus Menghubungi Dokter? Catat Tanda-Tandanya Berikut!

  • Rentan Terhadap Berbagai Penyakit, Ini Dampak Gula Bagi Kesehatan Anak

    Rentan Terhadap Berbagai Penyakit, Ini Dampak Gula Bagi Kesehatan Anak

  • Cara Menurunkan Panas Anak dengan Bawang Merah, Parents Pernah Coba?

    Cara Menurunkan Panas Anak dengan Bawang Merah, Parents Pernah Coba?

  • Kapan Harus Menghubungi Dokter? Catat Tanda-Tandanya Berikut!

    Kapan Harus Menghubungi Dokter? Catat Tanda-Tandanya Berikut!

  • Rentan Terhadap Berbagai Penyakit, Ini Dampak Gula Bagi Kesehatan Anak

    Rentan Terhadap Berbagai Penyakit, Ini Dampak Gula Bagi Kesehatan Anak

Daftarkan email Anda sekarang untuk tahu apa kata para ahli di artikel kami!
  • Kehamilan
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
  • Tumbuh Kembang
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Praremaja
    • Usia Sekolah
  • Parenting
    • Pernikahan
    • Berita Terkini
    • Seks
    • Keluarga
  • Kesehatan
    • Penyakit
    • Info Sehat
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Keuangan
    • Travel
    • Fashion
    • Hiburan
    • Kecantikan
    • Kebudayaan
  • Lainnya
    • TAP Komuniti
    • Beriklan Dengan Kami
    • Hubungi Kami
    • Jadilah Kontributor Kami
    • Tag Kesehatan


  • Singapore flag Singapore
  • Thailand flag Thailand
  • Indonesia flag Indonesia
  • Philippines flag Philippines
  • Malaysia flag Malaysia
  • Sri-Lanka flag Sri Lanka
  • India flag India
  • Vietnam flag Vietnam
  • Australia flag Australia
  • Japan flag Japan
  • Nigeria flag Nigeria
  • Kenya flag Kenya
© Copyright theAsianparent 2023. All rights reserved
Tentang Kami|Tim Kami|Kebijakan Privasi|Syarat dan Ketentuan |Peta situs
  • Fitur
  • Artikel
  • Beranda
  • Jajak

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

theAsianparent heart icon
Kami ingin mengirimkan Anda informasi terbaru seputar gaya hidup.