Pernah mendengar istilah GTM atau gerakan tutup mulut? Picky eater? Atau mungkin anoreksia? Kondisi ini sebenarnya beberapa jenis gangguan makan pada anak.
Dalam hal ini dr. Meta Herdiana Hanindita SpA(K) mengingatkan, “Gangguan makan pada anak itu memang bisa macam-macam, istilahnya seperti GTM dan picky eater itu. Tapi sebenarnya kondisi ini bisa diatasi sejak dini pada saat anak memulai MPASI, dan saat itulah aturan makan perlu diperhatikan,” tukasnya.
Aturan makan tersebut terkait dengan aturan jam makan yang rutin, antara makan besar dan snack, menerapkan kebiasaan makan di meja makan atau high chair, serta membiasakan anak makan setidaknya tidak lebih dari 30 menit.
“Kalau sudah 30 menit tapi belum habis, ya tetap sudahi saja. Di sini, kita sebagai orangtua juga bisa melatih anak untuk mengenali rasa lapar. Nanti anak harus sabar, makan pada jam berikutnya yang sudah ditentukan,” papar dokter yang sudah menelurkan beberapa buku ini.
Bagimana dengan gangguan makan Anoreksia?
Bebeda dengan GTM dan picky eater, anoreksia merupakan salah satu jenis gangguan makan yang menjadikan penderitanya rela kelaparan. Meski rata-rata dialami oleh remaja, tetapi jenis gangguan makan ini juga bisa saja terjadi pada anak.
Pasalnya, penderita anoreksia ini memiliki rasa takut berlebihan saat berat badannya bertambah, serta memiliki persepsi ekstrim pada bentuk tubuhnya.
Penyebab, gejala, dan cara mencegah gangguan makan anoreksia pada anak
Anoreksia atau anorexia nervosa merupakan jenis gangguan pola makan yang tidak sehat. Penderita anoreksia cenderung memiliki berat badan yang sangat rendah, tetapi ia sering kali merasa bersalah dan enggan makan karena takut terhadap kenaikan berat badan.
Anoreksia memiliki 2 tipe berbeda, di antara yakni:
- Restrictor type: Sangat membatasi jumlah makanan yang dikonsumsi. Termasuk makanan yang tinggi karbohidrat dan lemak.
- Bulimic type (bulimia): Makan dalam jumlah yang banyak (binge) tetapi memuntahkan kembali makanan tersebut dengan paksa. Penderita bulimia juga kerap menggunakan obat pencahar dalam jumlah besar untuk mengeluarkan makanan yang telah mereka konsumsi.
Dilansir dari Hello Sehat, penderita anoreksia akan berusaha untuk mendapatkan tubuh yang kurus dengan berbagai cara seperti:
- Diet yang terlampau ketat
- Melakukan kegiatan fisik secara berlebihan
- Mengonsumsi obat pencuci perut
- Selalu merasa bersalah dan malu saat makan di depan umum
- Memuntahkan kembali makanan yang telah mereka makan
Gangguan makan ini juga kerap disebut sebagai gangguan emosi. Mengingat persepsi ektrim mengenai bentuk tubuh tercipta pada pemikiran penderita.
Anoreksia juga biasanya dialami oleh masyarakat kelas menengah hingga kelas atas. Namun, kelompok sosial dan ekonomi lainnya pun tetap memiliki kecenderungan untuk mengalami gangguan ini.
Di sisi lain, jenis gangguan makan ini juga lebih rentan terjadi pada remaja perempuan dibandingkan dengan laki-laki.
Meski demikian, seperti yang dilansir dari Kompas, anak perempuan yang belum genap berusia 10 tahun pun sebenarnya sudah memiliki obsesi pada makanan dan berat badan. Sehingga mereka juga terbilang rentan dan bisa mengalami anoreksia.
Menurut data di Inggris, jumlah anak perempuan yang dirawat di rumah sakit akibat anoreksia meningkat dua kali lipat pada 2009. Setiap tahunnya juga, ada 1.500 pasien gangguan makan yang dirawat di rumah sakit. Satu dari enam pasien tersebut merupakan remaja berusia kurang dari 14 tahun.
Penyebab anoreksia pada anak
Hingga saat ini, belum ada penelitian yang bisa menjelaskan secara pasti mengenai penyebab anoreksia secara keseluruhan.
Biasanya, anoreksia diawali dengan diet rutin yang dilakukan oleh seseorang, kemudian berubah menjadi obsesi penurunan berat badan yang ektrim dan tidak sehat.
Menurut Stanford Childern’s Health, hal lain yang bisa menjadi penyebab atau meningkatkan risiko anoreksia di antaranya adalah:
- Persepsi atau sikap lingkungan sosial mengenai bentuk tubuh. Misalnya, persepsi sosial yang menetapkan tubuh langsing seperti aktris atau model sebagai standar kecantikan
- Pengaruh keluarga
- Genetika
- Adanya ketidakseimbangan atau kelainan pada otak
- Masalah perkembangan
- Memiliki masalah mental lainnya seperti gangguan kecemasan
Anak yang mengalami anoreksia juga biasanya berasal dari keluarga yang memiliki riwayat:
- Permasalahan berat badan
- Ibu yang melakukan diet ekstrim juga berisiko memiliki anak yang menderita gangguan pola makan
- Masalah kesehatan mental seperti depresi atau penyalahgunaan zat berbahaya
- Sakit secara fisik
Tidak hanya itu, anak yang berasal dari lingkungan keluarga yang terlalu otoriter dan terlampau kritis juga rentan mengalami anoreksia. Sikap orangtua yang terlalu menghakimi juga akan menjadikan anak kurang percaya diri sehingga ia menerapkan standar ekstrim pada dirinya sendiri, terutama dalam hal bentuk tubuh.
Gejala awal anoreksia pada anak
Gejala anoreksia pada anak memang akan berbeda-beda. Namun, gejala yang ditimbulkan biasanya meliputi:
- Memiliki berat badan sangat rendah
- Anak kerap menunjukkan ketakutan menjadi gemuk saat makan, meskipun berat badannya sebenarnya turun
- Pemikiran menyimpang mengenai bentuk tubuhnya. Ia merasa tubuhnya terlalu gemuk, meski pada kenyataan tubunya sangat kurus
- Terobsesi untuk membuat makanan, tetapi tidak memakannya
- Selalu menolak atau mengalihkan perhatian pada kegiatan lain ketika ia merasa lapar
- Memiliki kebiasaan makan yang aneh
- Menghindari interaksi sosial, perubahan emosi secara drastis, hingga depresi
Beberapa gejala fisik yang terlihat akibat kekurangan gizi karena anoreksia termasuk:
- Kulit sangat kering
- Dehidrasi
- Sakit perut berlebih
- Sembelit
- Kelelahan ekstrim
- Sensitif pada udara dingin
- Kulit menguning
Gejala tersebut juga cenderung mirip dengan masalah kesehatan lainnya. Oleh karena itu, saat si kecil menunjukkan gejala tertentu, jangan ragu untuk segera berkonsultasi ke dokter untuk diperiksa lebih lanjut.
Bagaimana diagnosis dan pengobatan anoreksia pada anak?
Diagnosis anoreksia pada anak dilakukan oleh dokter, psikiater anak atau ahli kesehatan mental lainnya. Sebelum memberikan diagnosis, tentunya anak akan menerima beberapa tes kesehatan terlebih dahulu.
Saat anak sudah didiagnosis anoreksia, maka rangkaian pengobatan yang diberikan biasanya berupa:
- Terapi individu
- Terapi keluarga
- Melakukan terapi perubahan perilaku dan kebiasaan
- Rehabilitas nutrisi
- Obat antidepresan, jika anak juga mengalami depresi
Mencegah anoreksia
Anoreksia merupakan kondisi serius yang juga bisa menyebabkan komplikasi kesehatan lain seperti malnutrisi hingga kematian. Untuk mencegah terjadinya jenis gangguan makan tersebut, tentunya orangtua memainkan peran yang penting dalam hal ini.
Beberapa langkah yang bisa mencegah anoreksia pada anak sejak dini di antaranya:
- Ajarkan pola hidup sehat pada anak.
- Jangan mendorongnya untuk diet apabila ia tidak memiliki masalah berat badan seperti obesitas.
- Upayakan untuk tidak membandingkan anak dengan orang lain, terutama mengenai bentuk tubuh
- Jangan menghakimi dan mengkritik anak terlalu keras
- Bersikap terbuka pada anak
Keluarga terutama orangtua merupakan pilar utama untuk melindungi anak dari berbagai macam penyakit dan gangguan kesehatan seperti anoreksia. Oleh karena itu, tidak ada salahnya Parents bersikap lebih berhati-hati dan berupaya mencari pola asuh terbaik serta tepat untuk si kecil.
Semoga bermanfaat!
***
Baca juga:
Ini risiko bila ibu hamil alami gangguan makan alias eating disorder!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.