Hai, Parents. Nama saya Citra, ingin berbagi pengalaman saya dalam berjuang semasa kehamilan. Serta, dukungan dan hubungan dengan suami selama hamil yang menguatkan saya hingga saat ini.
Saya seorang istri, dan akan menjadi seorang Mama pada tahun ini. Saya juga karyawan swasta, bekerja di sebuah lembaga PAUD atau taman kanak-kanak sebagai seorang guru. Saat ini, saya sedang mengandung anak pertama, usia kandungannya sudah masuk pada trimester ketiga.
Awalnya, ketika saya mengandung, saya merasakan ada hal yang berubah pada diri saya karena ini kehamilan pertama. Jadi, kami pun tidak mengetahui kehamilan ini. Saya bersama dengan suami memang sudah melakukan progam hamil sebelumnya.
Dukungan Suami Selama Hamil Membuatku Kuat Hadapi Banyak Tantangan
Kehamilan pertama ini merupakan perjuangan yang cukup berat. Saya mengalami mual, muntah, sulit makan, pusing dan hal lain yang biasa dialami oleh para Bunda yang pernah mengalaminya.
Pada 6 Minggu kehamilan, saya diminta oleh bidan untuk mengecek detak jantung janin saya melalui USG, lalu saya datang mengecek bersama dengan suami tetapi dokter mengatakan bahwa saat ini belum ada detak jantung janin.
Masih belum dapat dipastikan apakah ini kehamilan normal atau kehamilan kosong, ditambah lagi ketika awal kehamilan saya mengalami flek darah. Saya sangat takut, sedih, khawatir, semuanya bercampur.
Kemudian saya dan suami berdoa terus-menerus agar pada USG berikutnya detak jantung bayi sudah terdengar, kemudian dua minggu setelahnya saya dan suami datang lagi USG dan betapa bahagianya kami mendengar detak jantung bakal bayi kami. Saya sangat terharu lalu meneteskan air mata. Terima kasih Tuhan untuk jawaban doa yang diberikan.
Lalu kami berjuang kembali untuk menaikkan hemoglobin saya dikarenakan sangat rendah dan sampai saat ini masih tergolong rendah. Pada awalnya adalah 7, dan sekarang sudah naik menjadi 9. Kemudian ada rasa khawatir yang terbesit dalam benak saya, yaitu saya hamil pada masa pandemi dan sangat berisiko bagi kandungan saya.
Masih Harus Mengajar Selama Hamil di Masa Pandemi
Selain itu, saya harus tetap bekerja menjalankan tugas saya sebagai seorang guru. Mempersiapkan pembelajaran bagi murid. Apalagi saat ini belajar daring dan luring ada saat kami bertemu lewat online, baik via video call maupun via zoom.
Ada saatnya saya sebagai guru harus home visit ke rumah murid-murid saya, setiap hari harus bertemu dengan rekan-rekan guru, mengerjakan administrasi kantor, dan juga administrasi kelas. Tidak hanya itu, saya juga harus bertemu dengan orangtua murid dengan berbagai masalah dan keluhan dari orangtua saat menemani anak belajar daring di rumah.
Apalagi, tinggal tiga bulan lagi akan memasuki semester ajaran baru. Sebagai guru, saya harus mempersiapkan program untuk semester depan. Lelah mata menghadap komputer berjam-jam, serta duduk cukup lama membuat pinggang terasa sangat nyeri.
Tetapi semuanya itu tidak membuat saya lantas menyerah dan mengeluh karena yang membuat bahagia adalah gerakan janin saya yang menendang-nendang. Memang terasa sakit namun itu membuat saya merasa nyaman dan tenang. Itu membuktikan bahwa janin saya sehat, juga suami saya yang selalu ada buat saya serta rela membantu saya bahkan dalam pekerjaan rumah.
Dukungan Suami Selama Hamil Membuat Saya Kuat
Suami selalu ada ketika saya butuh bantuan. Selalu siap sedia memenuhi keperluan dan keinginan saya.
Dia suka nanyain apa yang lagi saya butuhkan. Siap ngebantuin apa pun dan kapan pun, baik pekerjaan rumah sekalipun. Suami juga suka ajak debay-nya ngobrol, cerita, nyanyi dan juga berdoa.
Setiap pagi suami juga selalu ngajakin jalan supaya pas persalinan nanti bisa lebih kuat dan siap. Dan malamnya karena Bumil sulit tidur, kadang suami nemenin sampai bisa tidur sambil dipijitin. Saya jadi merasa sangat istimewa.
Saya bangga dan salut dengan suami karena tidak mudah mengerjakan pekerjaan rumah yang super banyak. Suami enggak mengeluh tapi sebenarnya terlihat lelah juga di wajahnya, tetapi suami saya berusaha untuk selalu mengerjakan semuanya sebisa yang dia mampu. Saat hamil seperti ini, suami jadi lebih pengertian dan perhatian banget.
Cara kami dalam membangun rumah tangga ini ialah, dengan saling menerima satu dengan yang lain. Tidak saling menyalahkah, saling memaafkan, saling membantu, terbuka satu sama lain dalam hal komunikasi.
Jika ada konflik, kami enggak mau berlarut-larut, langsung kami bicarakan ketika saat makan maupun saat sedang baring berdua di kamar.
Suamiku tercinta, saya bangga padanya. Saya bahagia bisa menjadi istrinya dan saya mencintainya, teman seumur hidup saya.
Saya seorang ibu, seorang istri dan pekerja swasta. Banyak tantangannya, tapi saya tetap bahagia karena dukungan suami, terutama selama menjalani tantangan selama hamil. Bunda, kita adalah wanita kuat dan hebat. Suami juga punya peran penting dalam kehidupan kita. Komunikasi dan keterbukaan adalah awal kebahagiaan.
***
Ditulis oleh Bunda Yulia Citra.
Baca juga:
Penuh Perjuangan, Ini Ceritaku dan Keluarga Terinfeksi Covid-19
Sering Stres dan Nggak Percaya Diri? Coba 4 Tips Anti Insecure Ini, Bun!
Mengalami Hipospadia, Anakku Harus Dioperasi Saat Usianya Masih 8 Bulan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.