Situasi pandemi belum berakhir, kasus covid-19 makin terasa dekat dengan kehidupan kita. Berikut ini adalah pengalaman terkena COVID-19 yang kualami bersama keluargaku.
Pengalaman Terkena COVID-19: “COVID-19 itu nyata adanya….”
Bismillah…
Sudah 2021 nih, tapi pandemi masih merajalela. Terlepas dari berdebatan apakah COVID-19 nyata atau hanya opini inilah adanya dan mau tidak mau kita tetap harus beradaptasi dengan keadaan new normal.
Stay at Home.
Semua orang memiliki pendapat masing-masing tentang hal ini, tetapi inilah ceritaku. Ini nyata bukan hanya cerita fiktif belaka.
Aku berprofesi sebagai salah satu tenaga medis yang bekerja di Unit Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Di masa pandemi banyak perubahan yang aku rasakan, mulai dari tata cara pakaian kerja, tata cara pelayanan, hingga yang lainnya semua diatur dengan SOP khusus.
Terasa berat memang, karena belum terbiasa. Tapi, ini adalah salah satu ikhtiar untuk memerangi virus COVID-19.
Hari hari berlalu, orang-orang mulai berjatuhan, standar pelayanan pun diperketat dengan segala daya dan upaya serta doa dan semangat yang membara. Aku ikut berperan untuk memerangi COVID-19.
Artikel Terkait: Positif COVID-19, Ibu Ini Melahirkan Bayinya Saat Koma
Sampai Hari Itu Pun Tiba…
Pengalaman terkena covid-19 seorang tenaga kesehatan.
Suatu ketika hari di mana yang kutakutkan terjadi, ibu mertuaku berpulang ke Rahmatullah. Hati ini rasanya hancur berkeping keping, tak tau apa yang telah terjadi itu kenyataan. Walaupun ku berharap semua ini hanya mimpi, tapi inilah yang telah terjadi.
Tubuhku gemetar, makan tak enak, rasanya ku hanya ingin menangis sekencang-kencangnya. Tapi ku harus tetap terlihat tegar di hadapan anakku yang masih kecil dan bergantung padaku.
Tiba-tiba tubuhku terasa lemas, tenggorokanku terasa panas terbakar, hingga badanku juga demam tinggi. Aku langsung menggunakan masker karena ku tak ingin sakitku menyebar pada keluarga di rumah, terlebih pada si kecil.
Makan pun rasanya sangat tak enak. Karena perasaan panas. Aku coba minum air secara perlahan dan sering berharap ini hanya panas dalam biasa.
Tetapi saat ku ukur, suhu badanku mencapai 38,2 °C. Aku mulai panik dan takut serta ada perasaan bertanya di hati, jangan-jangan aku terinfeksi COVID-19.
Aku pun Pergi ke Rumah Sakit…
Pengalaman terkena covid-19 seorang tenaga kesehatan.
Tanpa pikir panjang suami ku langsung membawaku ke RS pada sore hari setelah pemakaman mertuaku. Aku diperiksa dengan SOP penanganan COVID-19.
Observasi awal pun ku jalani dengan pemeriksaan tekanan darah, suhu tubuh, serta pemberian cairan infus dan pemeriksaan darah lengkap.
Awalnya, dokter mengatakan aku hanya kekurangan nutrisi dan ada peradangan. Hasil rapid test ku saat itu non reaktif. Syukurlah dalam hatiku, semoga semuanya baik-baik saja karena ku tak ingin membebani suami karena saat itu adalah saat ia kehilangan ibunya.
Aku dikasih obat penurun demam dan cairan infus dan akhirnya demamku turun dan badanku jauh lebih enak. Pikirku, malam ini akan kembali bersama keluarga di rumah, terlebih si kecil yang benar- benar tak bisa jauh dariku.
Malam mulai larut aku direkomendasikan untuk pemeriksaan rontgen, pikirku mungkin ini semua karena SOP pelayanan COVID-19. Bismillah lah berharap semua baik baik saja.
Artikel Terkait: Risiko Long Covid Lebih Rentan Dialami Perempuan, Kenali Gejalanya!
Namun… Hasil Rontgen pun Mengejutkan
Malam semakin larut dan akhirnya hasil rontgen ku keluar. Zedaarrr, bagai di sambar geledek hasil rontgenku mengatakan jika ada peradangan pada paru paru dan ini mengakibatkan aku harus diisolasi ditempat khusus, karena adanya kemungkinan aku terinfeksi COVID-19.
Mendengar hal ini kedua kalinya suamiku menangis terisak isak. Rasanya hatiku hancur untuk kedua kalinya. Bagaimana dengan suami dan si kecil, saat itu perasaan ku melayang entah kemana.
Ku coba menguatkan diriku dan suamiku. Kami sepakat akan terus semangat demi si kecil dan keluarga di rumah.
Bismillah ucapku dan suami. Suamiku mulai mengambil barang keperluanku selama isolasi dan terpisah dengan keluarga.
Pengalaman terkena covid-19 seorang ibu.
Pukul 23.00 WIB aku sampai di tempat isolasi, bayangku aku bakal merasakan sakitnya seperti terpenjara jauh dari orang yang ku sayangi terlebih anakku yang masih kecil.
Keesokan harinya petugas di sana memanggilku dan mengantarkan makan pagi beserta obat yang harus aku minum. Setelah sarapan kami dipanggil ke teras untuk berjemur dan berolahraga.
Hari demi hari ku lalui, banyak hal yang terjadi dari perasaan tidak enak diperutku, dadaku terasa tertekan, tak bisa menarik nafas panjang, batuk saat menahan nafas, makan tak bisa lahap, hingga banyak obat yang harus aku minum dalam satu hari.
Sempat merasa drop, karena seperti tak ada perubahan kesembuhan dan obat yang ku minum tambah banyak.
Tapi keluarga di rumah selalu support aku, dan ada semangat yang luar biasa tumbuh dari hatiku. Pikirku, ada suami dan anakku yang masih sangat membutuhkanku dan aku percaya dengan kekuatan doa pada Sang Kuasa.
Swab 1 dan 2 aku masih dinyatakan postif. Seminggu berlalu swab 3, alhamdulillah aku mendapatkan hasil yang luar biasa, aku dinyatakan negatif 1.
Semangatku makin menggebu untuk sembuh, dan aku harus cepat sembuh pikirku. Hatiku sangat rindu terlebih pada si kecil yang selalu mengharapkanku.
Ujian Kembali Menghampiri Keluargaku….
Keesokan harinya jadwal rapid test ke 2 suami, anak, dan orangtuaku karena kami serumah saat itu. Lagi-lagi apa yang tidak ku harapkan menjadi kenyataan.
Hasil rapid test suami, anak, dan ibuku saat itu reaktif yang mengharuskan mereka untuk Swab. Anak sekecil itu harus diswab, pikirku. Ya Allah rasanya ku hanya bisa menangis seiring berdoa memohon keajaiban dan semua akan baik.
Beberapa hari kemudian hasil swab mereka keluar. Suami dan kedua orangtuaku dinyatakan postif dan hasil tes swab anak ku tidak terbaca dan dianjurkan swab ulang.
Entah begitu banyak dan berat rasanya cobaan ini, hinggaku berpikir apa ini semua karena dosa-dosa ku yang menggunung. Ampuni aku Ya Allah.
Akhirnya kami semua terisolasi. Memang ada perasaan senang dalam diriku karena bisa berkumpul kembali dengan anak dan suamiku, tetapi aku ingin kami semua sembuh. Ya Allah permudahlah semua ini dan jadikan semuanya baik.
Kedua orangtuaku memiliki penyakit komorbid, itu yang kutakutkan, terlebih ayahku yang terlihat sangat pucat dan kurus. Tapi, ku terus mencoba support satu sama lain dan selalu terlihat baik-baik saja. Kuserahkan semuanya padamu Ya Allah.
Artikel Terkait: Dapat Menyerang Anak, Waspada Bahaya Post-Covid MIS-C yang Mengancam Jiwa
Secercah Harapan pun Datang
Jadwal swab ulang anak ku dan swab 4 ku kami jalani, bismillah semoga semuanya negatif hanya itu yang selalu terucap dari mulutku.
Oke semua sudah dilalui hingga dua hari kemudian hasil swab ulang anakku dan swab 4 ku keluar. Hasilnya negatif MasyaAllah. Alhamdulillah rasa bahagia dalam hatiku akhirnya kami bisa pulang ke rumah.
Walaupun suami dan kedua orangtuaku masih harus tetap berjuang, hanya support dan doa yang selalu ku berikan. Walaupun semua terasa sangat berat, tetapi inilah semua takdir yang harus ku jalani. Aku harus kuat walaupun berat.
Hari hari berlalu dengan begitu berat…
Jadwal swab 2 suami dan kedua orangtuaku, bagai tak lepas selalu doa keluar dari mulutku berharap semua hasilnya negatif dan baik saat itu.
Hasil swab keluar dan alhamdulillah negatif. Hingga swab 3 dan kembali hasilnya negatif.
Suami dan kedua orangtuaku akhirnya bisa pulang kembali berkumpul bersama di rumah. Saat itu, perasaan ku sangat bahagia, tak lepas ku ucap syukur dalam mulut ku. Berharap tak ada lagi yang terkonfirmasi postif COVID-19, hingga dimusnahkan virus ini dari muka bumi.
Hikmah dari Pengalaman Terkena Covid-19 dan Pesan untuk Semua Orang
Inilah ceritaku, ini nyata pengalaman terkena COVID-19 yang kualami dan ini adalah sebuah pembelajaran penuh dalam kehidupanku. Dari apa yang kualami, berikut ini beberapa hal yang bisa kubagikan.
Tak semua orang yang terjangkit virus COVID-19 memiliki gejala. Tetapi, kebanyakan gejala yang dialami adalah demam, batuk kering, tenggorokan terasa panas/terbakar, dada seperti tertekan, tak bisa bernafas panjang, hilang rasa, dan hilang penciuman.
Hal yang harus dilakukan saat mengalami gejala, secepatnya periksakan diri pada faskes terdekat dan ikuti semua anjuran dari petugas kesehatan agar penanganan bisa berjalan dengan baik.
Hal yang harus dilakukan jika terinfeksi, minum obat teratur, istirahat cukup, makan teratur, berolahraga teratur/berjemur, jaga kebersihan, jaga pikiran agar tetap positif thinking, terus semangat, dan berdoa.
Terlepas dari percaya atau tidak dengan nyatanya COVID-19, tetap terus ikuti anjuran dari pemerintah dan petugas kesehatan, InsyaAllah semua akan baik baik saja.
Inilah pengalaman terkena COVID-19 satu keluarga, saat merasakan bahwa COVID-19 itu nyata yang bisa kubagikan. Semoga bermanfaat untuk semua. Terima kasih.
****
Baca Juga:
Vaksin COVID-19 untuk Lansia, Apakah Aman Diberikan?
Vaksin COVID-19 untuk Lansia, Apakah Aman Diberikan?
Penerima Vaksin COVID-19 Tak Dianjurkan Langsung Pulang, Ini Alasannya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.