X
theAsianparent Indonesia Logo
theAsianparent Indonesia Logo
kemendikbud logo
Panduan ProdukMasuk
  • Kehamilan
    • Kalkulator perkiraan kelahiran
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
    • Kehilangan bayi
    • Project Sidekicks
  • Artikel Premium
  • Breastfeeding Week 2023
  • Ruam Popok Expert
  • Cari nama bayi
  • Perawatan Ibu dan Bayi
  • Kulit Bayi
  • Rangkaian Edukasi
    • Pengasuhan Anak
    • Edukasi Prasekolah
    • Edukasi Sekolah Dasar
    • Edukasi Remaja
  • TAPpedia
  • TAP Rekomendasi
  • Anak
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Anak
    • Praremaja & Remaja
  • Parenting
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Seks
    • Berita Terkini
  • Kesehatan
    • COVID-19
    • Info Sehat
    • Penyakit
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Korea Update
    • Hiburan
    • Travel
    • Fashion
    • Kebudayaan
    • Kecantikan
    • Keuangan
    • Marvelous Asian Mums Special 2021
  • Nutrisi
    • Resep
    • Makanan & Minuman
    • Sarapan Bergizi
  • Belanja
  • Ayah manTAP!
    • Kesehatan Ayah
    • Kehidupan Ayah
    • Aktivitas Ayah
    • Hobi
  • VIP
  • Awards
    • TAP x Tokopedia Awards 2023

Memaknai Disonansi Kognitif, Ketika Keyakinan dan Tindakan Seseorang Berbeda

Bacaan 4 menit
Memaknai Disonansi Kognitif, Ketika Keyakinan dan Tindakan Seseorang Berbeda

Dapat memicu kecemasan, apa itu disonansi kognitif?

Dalam kehidupan, seseorang bisa saja menemukan hal yang tidak sesuai dengan realita. Adakalanya, momen tertentu akan membuat Anda terpaksa melakukan sesuatu yang sejatinya bertentangan dengan kata hati. Dalam ilmu psikologi, hal ini erat kaitannya dengan disonansi kognitif.

Definisi Disonansi Kognitif

Adalah Leon Festinger, sosok yang pertama kali mengusulkan teori disonansi kognitif pada 1957 silam. Teori Disonansi Kognitif berpusat pada bagaimana manusia mencoba menggapai konsistensi internal.

Gejala Disonansi Kognitif

Ia menganjurkan manusia agar memastikan bahwa apa yang dilakukan dan diyakini sebisa mungkin konsisten. Jika keduanya tidak berjalan beriringan, maka bisa menyebabkan relasi tidak harmonis. Festinger meyakinkan bahwa ketika disonansi terjadi, ada yang harus diubah agar seluruhnya kembali selaras.

Festinger mencontohkan disonansi yang dihadapi seorang perokok. Seseorang sudah tahu bahwa merokok tidak bagus untuk kesehatan. Namun, ia tetap saja merokok dalam waktu lama.

Akibat aneka penyakit muncul, ia lalu memutuskan berhenti agar selaras dengan keyakinannya. Namun, orang ini bisa jadi mengubah pemikiran. Ia akan berdalih bahwa merokok nikmat untuk dilakukan dan ampuh mengurangi beban stres.

Contoh lain dari disonansi adalah makan daging. Hal ini bisa menjadi disonansi karena makan daging tidak sejalan dengan kepedulian terhadap hewan. Untuk menghapus disonansi tersebut, seseorang yang makan daging mengurangi kepedulian terhadap hewan agar bisa makan daging tanpa merasa berdosa.

Artikel terkait: Mengenal Tipe Coping Mechanism, Strategi Beradaptasi dengan Stres dan Trauma

Gejala Disonansi Kognitif

Memaknai Disonansi Kognitif, Ketika Keyakinan dan Tindakan Seseorang Berbeda

Faktanya, disonansi tidak terjadi dalam hidup seseorang secara otomatis. Dengan kata lain, tidak semua orang akan langsung melakukan perubahan ketika dirasa ada keyakinan dan perilakunya berlawanan.

Biasanya, seseorang baru menyadari ketika ada rasa tertentu muncul. Bisa berupa cemas, malu, bahkan menyesal. Mengutip Simply Psychology, berikut gejala yang akan timbul:

  • Merasa cemas sebelum melakukan sesuatu atau mengambil keputusan.
  • Membenarkan atau merasionalisasi keputusan atau tindakan yang telah Anda ambil.
  • Merasa malu akan tindakan yang Anda ambil atau kecenderungan untuk menyembunyikannya.
  • Merasa bersalah atau menyesal tentang sesuatu yang pernah Anda lakukan.
  • Menghindari percakapan tentang topik tertentu atau informasi yang bertentangan dengan keyakinan.
  • Melakukan sesuatu karena tekanan sosial
  • Mengabaikan informasi yang menyebabkan disonansi

Penyebab Disonansi Kognitif

Gejala Disonansi Kognitif

1. Tekanan

Disonansi seringnya terjadi akibat adanya tekanan bahkan paksaan sosial dari orang lain. Sebut saja lembaga pendidikan, tempat kerja, atau lingkungan pergaulan. Misalnya melakukan pekerjaan yang sebenarnya tidak sejalan dengan prinsip Anda, semata-mata agar bermasalah dengan atasan.

2. Keputusan

Adanya dua pilihan membuat seseorang harus memilih, dan inilah yang bisa memicu disonansi. Contoh, bingung memilih pekerjaan di antara dua perusahaan karena berbagai pertimbangan. Ketika sudah memilih, Anda akan mencari argumen untuk menguatkan bahwa keputusan tersebut tidak sepenuhnya salah.

3. Ingin Mencapai Tujuan

Disonansi juga dapat terjadi ketika seseorang tengah berjuang keras meraih impian, lalu mengevaluasi secara negatif. Misalnya ketika impian yang ada di depan mata saat ini benar-benar Anda impikan, tetapi durasinya terlalu panjang untuk dicapai.

Artikel terkait: Memahami Sikap Defensif, Strategi Bertahan yang Dilakukan Seseorang saat Hadapi Kritik

Bagaimana Cara Mengatasi Disonansi Kognitif?

Gejala Disonansi Kognitif

Mengalami tentangan batin antara keyakinan dan tindakan bisa menimbulkan rasa tak nyaman. Rasa malu dan bersalah tidak teratasi bisa jadi berujung stres. Oleh karena itu, cobalah melakukan beberapa hal untuk meminimalkannya:

  • Memperkuat keyakinan. Tips untuk mengatasi munculnya disonansi adalah menebalkan keyakinan. Jika Anda meyakini bahwa dampak emisi gas rumah kaca tidak baik, carilah informasi baru yang akan membuat Anda semakin yakin dengan tindakan yang akan dilakukan nantinya.
  • Meminimalisasi yang sudah jelas bertentangan. Contoh nyata adalah pria yang peduli akan kesehatan akan mengurangi duduk dalam waktu lama. Namun, style ini bisa berubah jika ia berada dalam lingkungan yang membiasakan sebaliknya.
  • Ubah keyakinan. Trik yang dapat dicoba adalah mengubah keyakinan. Terlebih jika keyakinan ini sudah sangat jelas berlainan dengan tindakan Anda selama ini.

Dalam buku “A Theory of Cognitive Dissonance”, Festinger menjelaskan secara gamblang trik yang dapat dicoba. Ia menggunakan contoh perokok sebagai gambaran yang lekat dengan kehidupan sehari-hari.

Menurut Festinger, seseorang akan sangat mungkin terus merokok jika menganggap aktivitas itu memang menyenangkan. Oleh karenanya, tebalkan keyakinan bahwa merokok memang sungguh merugikan kesehatan.

Demikian serba serbi perihal disonansi kognitif, semoga bermanfaat!

What Is Cognitive Dissonance?
www.verywellmind.com/what-is-cognitive-dissonance-2795012

Cognitive Dissonance
www.simplypsychology.org/cognitive-dissonance.html

Baca juga:

Mengenal Autopilot Life dan 9 Tandanya, Ketika Hidup Bagai 'Disetir' Otomatis

Mengenal Languishing, Perasaan “Hampa” yang Kian Merebak Ketika Pandemi 

Cerita mitra kami
5 Fondasi Belajar yang Perlu Dimiliki Anak Sebelum Masuk Prasekolah
5 Fondasi Belajar yang Perlu Dimiliki Anak Sebelum Masuk Prasekolah
Agar anak usia 2 tahun cerdas, lakukan hal ini, Parents!
Agar anak usia 2 tahun cerdas, lakukan hal ini, Parents!
Mama's Choice Luncurkan Stretch Mark Serum dengan Formula Inovatif
Mama's Choice Luncurkan Stretch Mark Serum dengan Formula Inovatif
5 Manfaat Bermain Peran untuk Anak, Bisa Latih Potensi Prestasi Aktif Bersosialisasinya, Lho!
5 Manfaat Bermain Peran untuk Anak, Bisa Latih Potensi Prestasi Aktif Bersosialisasinya, Lho!

Stockholm Syndrome, Sikap Korban yang Malah Membela Pelaku Kejahatan

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.

img
Penulis

Erinintyani Shabrina Ramadhini

Diedit oleh:

Finna Prima Handayani

  • Halaman Depan
  • /
  • TAPpedia
  • /
  • Memaknai Disonansi Kognitif, Ketika Keyakinan dan Tindakan Seseorang Berbeda
Bagikan:
  • Bukan Hanya Menopause, Ini Penyebab Hot Flashes dan Cara Mengatasinya

    Bukan Hanya Menopause, Ini Penyebab Hot Flashes dan Cara Mengatasinya

  • Mengenal Inferiority Complex Beserta Kiat-kiat Mengatasinya

    Mengenal Inferiority Complex Beserta Kiat-kiat Mengatasinya

  • People Pleaser: Penyebab, Tanda, & Cara Berani Bilang "Tidak"

    People Pleaser: Penyebab, Tanda, & Cara Berani Bilang "Tidak"

  • Bukan Hanya Menopause, Ini Penyebab Hot Flashes dan Cara Mengatasinya

    Bukan Hanya Menopause, Ini Penyebab Hot Flashes dan Cara Mengatasinya

  • Mengenal Inferiority Complex Beserta Kiat-kiat Mengatasinya

    Mengenal Inferiority Complex Beserta Kiat-kiat Mengatasinya

  • People Pleaser: Penyebab, Tanda, & Cara Berani Bilang "Tidak"

    People Pleaser: Penyebab, Tanda, & Cara Berani Bilang "Tidak"

Daftarkan email Anda sekarang untuk tahu apa kata para ahli di artikel kami!
  • Kehamilan
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
  • Tumbuh Kembang
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Praremaja
    • Usia Sekolah
  • Parenting
    • Pernikahan
    • Berita Terkini
    • Seks
    • Keluarga
  • Kesehatan
    • Penyakit
    • Info Sehat
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Keuangan
    • Travel
    • Fashion
    • Hiburan
    • Kecantikan
    • Kebudayaan
  • Lainnya
    • TAP Komuniti
    • Beriklan Dengan Kami
    • Hubungi Kami
    • Jadilah Kontributor Kami
    • Tag Kesehatan


  • Singapore flag Singapore
  • Thailand flag Thailand
  • Indonesia flag Indonesia
  • Philippines flag Philippines
  • Malaysia flag Malaysia
  • Sri-Lanka flag Sri Lanka
  • India flag India
  • Vietnam flag Vietnam
  • Australia flag Australia
  • Japan flag Japan
  • Nigeria flag Nigeria
  • Kenya flag Kenya
© Copyright theAsianparent 2023. All rights reserved
Tentang Kami|Tim Kami|Kebijakan Privasi|Syarat dan Ketentuan |Peta situs
  • Fitur
  • Artikel
  • Beranda
  • Jajak

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

theAsianparent heart icon
Kami ingin mengirimkan Anda informasi terbaru seputar gaya hidup.