Languishing belakangan menjadi sebuah istilah populer yang muncul di tengah pandemi. Istilah ini menggambarkan perasan kurang memiliki tujuan hingga merasa kehilangan makna kebahagiaan dan kegembiraan. Umumnya, orang yang mengalami kondisi ini juga merasakan kehampaan dalam hidupnya.
Hal ini tidak dikategorikan sebagai gangguan mental. Hanya saja, ini merupakan kondisi psikologis yang memang kerap muncul. Terkadang kondisi tersebut juga disalah artikan sebagai bentuk depresi tetapi keduanya berbeda.
Apa itu Languishing?
Sumber : Unsplash
Secara bahasa, Languishing diterjemahkan sebagai kegagalan untuk membuat kemajuan atau kesuksesan. Namun, dalam ranah psikologi, istilah tersebut menggambarkan kondisi perasaan yang sulit untuk didefinisikan yang membuat seseorang tidak bisa menyerap hal positif dalam hidupnya.
Psikolog Dr. Adam Grant dalam artikel New York Times 2021 menjelaskan Languishing sebagai perasaan “terjebak” dan hampa dalam hidup. Rasanya seolah-olah seseorang bisa mengacaukan hari-harinya.
“Seperti melihat hidup Anda melalui kaca depan yang berkabut,” ungkap Grant dalam artikelnya.
Grant menggambarkan kondisi ini sebagai perasaan sedikit tanpa kegembiraan dan tanpa tujuan. Misalnya dalam situasi pandemi COVID-19, banyak orang bergulat dalam emosi jangka panjang untuk menghadapinya. Lebih lanjut, Grant menyebut kondisi ini sebagai kesedihan akut yang telah menjadi kondisi kronis.
Selain itu, istilah Languishing juga diperkenalkan oleh sosiolog Dr. Corey Keyes dalam jurnalnya pada tahun 2002. Menurutnya, kata tersebut menggambarkan sebuah keadaan klinis yang dapat dipahami sebagai kehampaan dan stagnasi.
Hal ini bukanlah gangguan mental dan berbeda dari depresi. Ini hanyalah serangkaian emosi negatif yang sering dirasakan. Sepintas kondisi tets mungkin tampak seperti depresi tetapi sebenarnya buka.
Artikel terkait : Cegah Bosan dan Stres, Begini Cara Hadapi Pandemi bersama Si Kecil
Apa Saja Gejalanya?
Sumber : Unsplash
Orang yang menderita kondisi ini memiliki gejala yang berbeda-beda. Namun, secara umum orang yang mengalaminya memiliki tanda-tanda berikut ini.
- Suasana hati yang tidak terlalu senang tetapi juga tidak sedih (sulit diartikan)
- Merasa tidak termotivasi lebih sering dari biasanya
- Merasa tidak tenang tetapi tidak terlalu cemas
- Kesulitan fokus pada tugas-tugas tertentu
- Bersikap apatis terhadap hidup dan kesulitan untuk bersemangat tentang apa pun
- Merasa kehilangan minat dan gairah dalam apapun bahkan hobi
- Perasaan stagnasi
- Merasa terputus dari tujuan hidup tetapi bukan perasaan putus asa.
Languishing Merebak Saat Pandemi COVID-19
Sumber : Unsplash
Pandemi COVID-19 memang mengajukan kehidupan manusia selama beberapa tahun terakhir. Orang-orang harus beradaptasi untuk menghadapi perubahan situasi ini. Hal ini terkadang memunculkan perasaan takut dan juga gelisah. Perasaan-perasaan tersebut diduga melatarbelakangi seseorang mengalami Languishing.
Sebuah studi internasional seperti dikutip dari Very well Health, menemukan hampir 10.000 orang di 78 negara mengalami stres, depresi, dan faktor lain yang terkait dengan COVID-19. Peserta melaporkan tanggapan mereka terhadap lockdown selama COVID-19 yang membuat perubahan drastis dalam kehidupan, pekerjaan, mobilitas serta hubungan mereka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, rata-rata, sekitar 10% orang mengalami Languishing setelah lock down COVID-19. Banyak yang memiliki tingkat kesehatan mental yang rendah terkait dengan masalah keuangan. Alasan terbesarnya karena mereka tidak memiliki cukup biaya untuk memasok kebutuhan hidup mereka.
Artikel terkait : Cegah Stres Hadapi Anak Sakit Saat Pandemi, Ini 4 Cara Bisa Parents Lakukan
5 Hal yang Bisa Dilakukan untuk Mengatasinya
Jika merasa mengalami tanda-tanda Languishing cobalah berbicara dengan dokter, psikolog maupun konselor. Hal tersebut menjadi cara terbaik untuk mengatasi segala apapun yang terkait dengan permasalahan psikologis maupun mental.
Namun, menurut Dr. Susan Biali Haas, M.D. dalam artikelnya di Psychology Today, ada beberapa tips yang bisa dilakukan agar kondisi seseorang merasa lebih baik, yakni:
1. Tulislah deskripsi tentang seperti apa kehidupan yang berkembang menurutmu
Sumber : Unsplash
Tulislah apa saja komponen kehidupan yang berkembang menurutmu. Apa saja yang bisa km lakukan pada masa mendatang. Apa saja yang kamu rasa telah hilang dalam hidupmu. Tulisan ini bisa membantumu untuk menetapkan tujuan agar terlepas dari perasaan hampa dan stuck.
2. Fokus pada Orang-orang yang bisa memupuk hubungan
Robert Waldinger memimpin Harvard Study of Adult Development mengungkap bahwa hubungan yang baik dapat membuat kita lebih bahagia dan lebih sehat. Hal tersebut menjadi faktor yang paling kuat dalam kesejahteraan seseorang.
Artikel Terkait: 17 Ciri Anak Alami Stres Selama Pandemi, Parents Perlu Mengenalinya
3. Temukan Kesenangan dan Kegembiraan
Sumber : Unsplash
Mendengar musik favorit, menonton film, maupun rencana lain yang bisa membuat bahagia bisa menjadi pengalaman baru yang bisa membangkitkan energi positif. Tentu saja hal ini bisa meningkatkan kesejahteraan seseorang dan mengurangi stres yang telah dilewati sebelumnya.
4. Cobalah Bergerak untuk Mengatasi Languishing
Berolahraga, sesering mungkin, untuk meningkatkan suasana hati, menjernihkan pikiran, dan membuat tubuh menjadi sehat. Cobalah untuk melakukan aktivitas fisik setiap hari, bahkan jika itu hanya berjalan kaki singkat. Meski hanya jalan kaki. Sebuah penelitian dari University of Georgia menunjukkan bahwa jalan santai selama 20 menit tiga hari seminggu dapat secara signifikan meningkatkan perasaan lelah kronis.
5. Renungkan dan kembangkan makna serta tujuan hidupmu
Kondisi “hampa” dan “stagnan” kerap membuat orang kehilangan arah dan tujuan. Merangkai kembali tujuan akan menarik dan mendorong seseorang untuk maju dan berkembang. Hal ini bisa membantu menghilangkan kehampaan yang selama ini dirasakan.
Itulah penjelasan tentang languishing yang sering muncul saat pandemi. Bila Parents merasakan gejalanya, cobalah lakukan tips-tips di atas. Namun, alangkah lebih baik bisa berkonsultasi dengan ahlinya langsung. Semoga bisa mencerahkan!
There’s a Name for the Blah You’re Feeling: It’s Called Languishing
www.nytimes.com/2021/04/19/well/mind/covid-mental-health-languishing.html
5 Steps to Shift from Languishing to Thriving
www.psychologytoday.com/us/blog/prescriptions-life/202106/5-steps-shift-languishing-thriving
Are You Languishing? These Are the Signs and What to Do
psychcentral.com/depression/what-is-languishing
What Is Languishing, and What Can We Do About It?
www.verywellhealth.com/what-is-languishing-5181172
***
Baca juga :
5 Cara Menciptakan Rumah Aman dan Nyaman, si Kecil Bebas Stres
5 Cara Cegah Stress Akibat Komunikasi Virtual Selama Pandemi, Wajib Tahu!
Studi Buktikan Ibu Hamil Rentan Stres Semasa Pandemi, Ini Cara Mengatasinya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.