Seringkali manusia mengabaikan rasa sakit atau perasaan yang membuat dirinya tidak nyaman di dalam kehidupan sehari-hari. Dikenal dengan istilah denial syndrome, nyatanya sikap denial atau menyangkal kenyataan ternyata tidak baik.
Hal ini seringkali dilakukan tanpa disadari oleh banyak orang sebagai bentuk pertahanan diri untuk menghindari rasa cemas dan takut. Sayangnya tidak selamanya sikap denial membuat seseorang bahagia. Bahkan, jika terus-menerus dilakukan bisa membahayakan kesehatan mental.
Memahami Denial Syndrome
Mengutip Mayo Clinic , istilah ini merujuk pada mekanisme pertahanan diri seseorang untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang menyulitkan. Hal ini seringkali dilakukan bila sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan harapan. Pada saat seseorang merasa cemas dan takut untuk menghadapinya, , maka ia akan cenderung menyangkalnya.
Dalam beberapa kasus, penolakan jangka pendek bisa menguntungkan karena memberi kesempatan untuk menyesuaikan diri dengan masalah dan menghindari stres. Sebaliknya, bila penolakan terjadi berlarut-larut bisa berbahaya bagi mental.
Sebab, menolak fakta dan kenyataan yang terjadi bisa mengganggu kemampuan untuk mengatasi tantangan hidup dan membuat masalah semakin besar. Beberapa contoh sikap denial yang berbahaya antara lain:
- Pasangan suami-istri yang terjerat begitu banyak utang kartu kredit sehingga mereka membuang tagihan karena tidak tahan untuk membukanya.
- Seseorang yang mengalami nyeri dada dan sesak napas tidak percaya bahwa gejala tersebut menandakan serangan jantung dan menunda mendapatkan bantuan.
- Seorang anak remaja yang mendpatkan kekerasan tetapi terus menyangkal kenyataan bahwa dirinya terpengaruh secara mental atas peristiwa tersebut.
Artikel terkait : Noelia Garella, Guru dengan Down Syndrome Pertama dari Argentina
Alasan Seseorang Sering Denial
Menyangkal sesuatu dianggap lebih mudah ketimbang mengakui bahwa ada sesuatu yang salah. Hal ini seringkali dilakukan sebagai cara untuk mengatasi konflik emosional, stres, pikiran yang menyakitkan, informasi yang mengancam, dan kecemasan. Beberapa alasan seseorang menyangkal kenyataan, antara lain:
- Tidak mau menghadapi situasi yang sulit.
- Menghindari masalah yang terjadi
- Enggan menghadapi konsekuensi atas masalah yang terjadi
Artikel terkait : Anaknya lahir dengan Moebius Syndrome, Curhatan Ayah Ini Jadi Viral
Apa Saja Tanda Denial Syndrome?
Seseorang perlu memahami akar permasalahan yang dihadapinya untuk bisa menyelesaikannya. Oleh karenanya, menghindari denial syndrome bisa membantu memberikan kemampuan pertahanan diri yang lebih sehat. Mengutip VOI, berikut tanda-tanda kamu mengalami denial syndrome.
Seseorang yang enggan membicarakan masalah yang terjadi, biasanya juga cenderung memilih untuk mengabaikannya juga. Terkadang orang tersebut mencoba mengubah topik pembicaraan atau mencoba mengalihkan dengan humor.
1. Menunjuk Perilaku Orang Lain Sebagai Bukti
Ia perlu meyakinkan diri untuk membuktikan sesuatu bukanlah masalah. Maka, ia seringkali menunjuk orang lain untuk membuktikan bahwa dirinya tidak sedang dalam masalah.
2. Denial Syndrome Terus Menerus Menggunakan Alasan yang Sama
Alasan atau argumen terhadap suatu masalah, jika diulang-ulang tanpa menunjukkan kemajuan. Padahal, masalah tidak akan selesai tanpa ada titik balik dan mencari cara baru untuk menghadapinya.
3. Selalu Menyalahkan Orang Lain
Orang yang denial seringkali menyalahkan orang lain atas masalah yang terjadi. Padahal, menyalahkan orang lain sama sekali tidak membuat masalah cepat selesai.
4. Melakukan Tindakan Manipulatif
Tindakan manipulatif ini digunakan untuk ‘menipu’ perasaan diri sendiri saat menghindari kenyataan yang terjadi. Bersikap manipulatif justru membuat seseorang semakin mengingkari kenyataan yang terjadi.
5. Orang yang Denial Syndrome Tidak Merasakan Apa-apa
Orang bisa saja sedih atau cemas saat menghadapi suatu masalah baru. Namun, orang yang menyangkal atau mengabaikannya seringkali mengabaikan rasa takut itu dan rasa sakit yang terjadi. Cara ini membuatnya seolah tidak merasakan apapun padahal rasa sakit yang terjadi bisa saja lebih buruk.
Artikel terkait : Waspada Burnout Syndrome, ketika Parents Merasa Terlalu Lelah dengan Pekerjaan
Bagaimana Cara Mengatasi Denial Syndrome?
Adalah wajar jika sesekali melakukan penyangkalan atas masalah yang terjadi. Namun bila terus-menerus terjadi masalah tidak akan selesai dan bahkan menjadi berlarut-larut. Hasrat untuk menyangkal masalah bisa terlalu kuat dan sulit dihadapi. Oleh sebab itu, beberapa strategi bisa diterapkan untuk menghadapi denial syndrome.
- Luangkan waktu untuk memikirkan apa yang sebenarnya ditakuti.
- Pikirkan tentang apa yang mungkin terjadi kalau terus hidup dalam penyangkalan baik secara positif maupun negatif
- Beri ruang untuk memahami perasaan dan ketakutan yang dirasakan oleh diri sendiri
- Tulislah pikiran dan perasaan Yang Sejujurnya
- Bicarakan masalah dengan seseorang yang dipercaya atau orang yang dicintai
- Carilah bantuan profesional
Jika strategi di atas belum bisa mengatasinya. Mencari bantuan profesional merupakan hal yang paling tepat untuk mengatasinya. Inilah penjelasan tentang denial syndrome, kebiasaan menyangkal yang bikin masalah berlarut-larut.
Denial: When it helps, when it hurts
Recognize The 7 Signs Of Denial Syndrome, The Habit Of Denying Statements To Avoid Anxiety
***
Baca juga :
Beragam Tes Down Syndrome Saat Hamil yang Aman untuk Ibu dan Janin
Cinta sejati pasangan down syndrome, 25 tahun menikah hingga maut memisahkan mereka