8 Penyebab Keguguran serta Dampak Keguguran, Berpengaruh pada Fisik & Psikiologis Ibu

Keguguran dapat memengaruhi aspek fisik dan mental ibu serta kehamilan berikutnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Mengalami keguguran ternyata menyebabkan dampak yang cukup luas. Meskipun keguguran adalah kondisi yang relatif umum, kondisi ini dapat memengaruhi ibu baik secara mental maupun fisik.

Keguguran adalah suatu kondisi ketika embrio atau janin mati atau dinyatakan tidak berkembang sebelum minggu ke-20 kehamilan.

Faktanya, keguguran adalah kondisi yang umum dan sering terjadi. 10 hingga 20% kehamilan berakhir dengan keguguran. Keguguran juga biasanya terjadi di periode awal kehamilan, di mana 8 dari 10 keguguran terjadi dalam 3 bulan pertama. Ada cukup banyak pula ibu yang mengalami keguguran sebelum mengetahui dirinya hamil.

Tanda-tanda keguguran yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut:

  • Mengalami spotting atau perdarahan dari vagina
  • Rasa nyeri atau kram di perut atau pinggang bagian bawah
  • Keluarnya cairan atau semacam jaringan dari vagina

Jika mengalami tanda-tanda seperti di atas, segeralah berkonsultasi dengan dokter agar Bunda dapat segera diperiksa apakah mengalami keguguran atau tidak.

Ibu juga harus tahu apa yang harus dilakukan sebelum merencanakan kehamilan setelah mengalami keguguran.
Berikut adalah beberapa ulasan mengenai keguguran yang perlu Parents ketahui!

Artikel Terkait: 6 Penyebab Keguguran Berulang yang Perlu Bunda Ketahui

8 Penyebab Keguguran

Sumber: Freepik

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

1. Masalah dengan Gen atau Kromosom

Jika keguguran terjadi pada trimester pertama kehamilan (3 bulan pertama), biasanya ini disebabkan oleh masalah pada janin. Sekitar 50% keguguran dikaitkan dengan kromosom yang abnormal. Kromosom adalah 'blok' genetik yang menyusun sel yang akan berkembang menjadi janin.

Jika janin memiliki terlalu banyak atau tidak cukup kromosom, maka ia tidak akan berkembang dengan baik. Penyebabnya sering kali tidak dapat dipastikan. Jika ini terjadi janin tidak akan dapat berkembang secara normal, yang mengakibatkan keguguran.

Masalah kromosom paling sering diakibatkan oleh kesalahan yang terjadi secara kebetulan saat embrio membelah dan tumbuh.

2. Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS)

Sindrom ovarium polikistik atau PCOS adalah suatu kondisi di mana ovarium berukuran lebih besar dari biasanya yang disebabkan oleh perubahan hormonal di ovarium.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

PCOS dikenal sebagai penyebab utama infertilitas karena dapat mencegah pelepasan sel telur (ovulasi). Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa PCOS mungkin juga terkait dengan peningkatan risiko keguguran.

3. Masalah dengan Plasenta

Plasenta adalah organ yang menghubungkan suplai darah ibu dengan bayi. Jika ada masalah dengan perkembangan plasenta, maka juga dapat menyebabkan keguguran.

4. Masalah pada Rahim atau Serviks

Masalah dan kelainan pada rahim juga dapat menyebabkan keguguran pada trimester kedua. Pertumbuhan nonkanker di dalam rahim (fibroid) atau rahim yang berbentuk tidak normal adalah alasan umum terjadinya keguguran.

Dalam beberapa kasus, otot-otot leher rahim (serviks) lebih lemah dari biasanya. Kondisi ini dikenal sebagai serviks yang melemah atau inkompetensi serviks.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Serviks yang melemah dapat disebabkan oleh cedera atau trauma pada area ini, yang biasanya terjadi setelah prosedur pembedahan. Kelemahan otot dapat menyebabkan serviks terbuka terlalu dini selama kehamilan, yang menyebabkan keguguran.

5. Kondisi Kesehatan Ibu

Jika keguguran terjadi setelah trimester pertama kehamilan selesai, itu mungkin diakibatkan oleh kondisi kesehatan tertentu pada ibu.

Beberapa kondisi kesehatan jangka panjang (kronis) dapat meningkatkan risiko keguguran pada trimester kedua, terutama jika tidak diobati atau dikontrol dengan baik, termasuk:

  • Diabetes (jika tidak terkontrol dengan baik)
  • Tekanan darah tinggi yang parah
  • Lupus
  • Penyakit ginjal
  • Kelenjar tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme)
  • Kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme)
  • Sindrom antifosfolipid (APS)

6. Infeksi

Keguguran yang terjadi setelah trimester pertama juga dapat disebabkan oleh infeksi di sekitar bayi, yang menyebabkan kantong ketuban pecah tanpa rasa sakit atau pendarahan atau pembukaan leher rahim yang terlalu cepat.

Waspada akan beberapa jenis infeksi berikut ini yang dapat meningkatkan risiko keguguran:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • Rubella (campak jerman)
  • Cytomegalovirus (CMV)
  • Vaginosis bakterial
  • HIV
  • Klamidia
  • Gonorea
  • Sifilis
  • Malaria

7. Keracunan Makanan

Keracunan makanan yang disebabkan oleh makan makanan yang terkontaminasi bakteri juga dapat meningkatkan risiko keguguran.

Bunda tidak boleh makan produk susu yang tidak dipasteurisasi saat hamil karena mungkin mengandung bakteri listeriosis. Ibu hamil dengan infeksi Listeria dapat menularkan infeksi ke bayi di dalam kandungan. Infeksi Listeria dapat menyebabkan keguguran, lahir mati, dan persalinan prematur.

Makan daging/telur mentah atau setengah matang juga berbahaya karena mungkin saja mengandung bakteri atau parasit seperti toksoplasma gondii dan salmonella.

Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit Toxoplasma gondii. Jika Bunda terkena toksoplasmosis untuk pertama kalinya saat hamil atau beberapa bulan sebelum hamil, ada risiko kecil yang dapat menyebabkan infeksi dan mengakibatkan keguguran.

Dalam beberapa kasus, ketika ibu hamil mengalami infeksi dan bakteri salmonella masuk ke aliran darah, dapat terjadi sepsis atau infeksi darah yang mengancam jiwa.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

8. Obat-obatan Tertentu

Tidak semua obat aman untuk ibu hamil. Untuk memastikan obat aman dikonsumsi selama kehamilan, selalu tanyakan kepada dokter, bidan atau apoteker sebelum meminumnya.

Beberapa obat yang berbahaya bagi ibu hamil adalah:

  • Misoprostol
    Misoprostol adalah prostaglandin sintetis yang dapat merangsang rahim untuk mengeluarkan janin. Obat ini biasanya digunakan untuk mengatasi sakit maag.
  • Retinoid
    Biasanya obat ini digunakan untuk mengobati eksim dan jerawat, tetapi tergolong berbahaya bagi ibu hamil.
    Penggunaan vitamin A sintetis (retinoid) oleh ibu selama kehamilan dapat mengakibatkan berbagai efek pada janin yang sedang berkembang termasuk keguguran, kelahiran prematur dan berbagai cacat lahir.
  • Metotreksat
    Obat ini digunakan untuk mengobati rheumatoid arthritis. Pada dosis tinggi (50mg atau lebih), metotreksat diketahui menyebabkan keguguran.
  • Obat Antiinflamasi Nonsteroid
    Contoh obat jenis ini adalah ibuprofen, yang digunakan untuk mengobati nyeri dan peradangan. Sebuah penelitian di Kanada baru-baru ini menunjukkan bahwa penggunaan ibuprofen dalam 20 minggu pertama kehamilan dapat meningkatkan kemungkinan keguguran.

Dampak Keguguran secara Fisik

Sumber: Freepik

Sering kali, beberapa jaringan kehamilan dari janin tetap berada di dalam rahim setelah keguguran. Jika tidak diangkat dengan cara dikuret, Bunda mungkin mengalami perdarahan dalam waktu lama atau mengalami infeksi.

Kebanyakan perempuan mengalami perdarahan selama 5 sampai 10 hari setelah kuret sebagai dampak dari keguguran. Rahim juga memerlukan waktu untuk 'pulih' kembali sebelum hamil lagi.

Dampak Keguguran secara Psikologis

Sumber: Freepik

Wajar untuk merasakan banyak perasaan dan emosi setelah mengalami keguguran. Ini adalah normal, dan akan bertahan selama beberapa waktu lamanya.

Selain kesedihan yang mungkin Bunda rasakan, tubuh Bunda juga akan mengalami banyak perubahan hormonal yang mungkin membuat Bunda merasa sangat emosional.

Beberapa perasaan yang mungkin terjadi adalah:

  • Marah
  • Tidak percaya (denial)
  • Kecewa
  • Merasa kosong
  • Sedih
  • Merasa sendirian

Artikel Terkait: Perlukah Melakukan Kuret saat Keguguran? Berikut Penjelasan Lengkapnya, Bun!

Kapan Dapat Hamil Kembali Usai Keguguran?

Sumber: Freepik

Pada dasarnya ovulasi bisa terjadi kembali setelah dua minggu pasca keguguran. Namun biasanya, seks tidak dianjurkan selama dua minggu setelah keguguran untuk mencegah terjadinya infeksi.

Jangan lupa bahwa keguguran juga dapat menyebabkan perasaan kehilangan. Parents mungkin juga akan mengalami kesedihan, kecemasan, atau rasa bersalah. Jangan terburu-buru dalam proses berduka hanya karena ingin segera hamil lagi.

Setelah Bunda merasa siap secara emosional dan fisik untuk kehamilan setelah keguguran, mintalah panduan dari dokter atau bidan jika berencana untuk program hamil kembali.

Tes/Prosedur yang Harus Dilakukan Sebelum Merencanakan Kehamilan Kembali

Sumber: Freepik

Setelah satu kali keguguran, mungkin tidak perlu menunggu untuk hamil lagi. Namun, jika Bunda mengalami dua atau lebih keguguran berturut-turut, dokter mungkin merekomendasikan tes kesehatan untuk mengidentifikasi penyebab yang mendasari keguguran berulang sebelum Bunda mencoba untuk hamil lagi.

Berikut adalah contoh tes yang direkomendasikan sebelum mencoba hamil lagi setelah keguguran:

  • USG
    Ultrasonografi dapat mengidentifikasi masalah rahim, seperti fibroid di dalam rongga rahim.
  • Histeroskopi
    Histeroskop dimasukkan melalui serviks ke dalam rahim untuk mendiagnosis dan mengobati masalah intrauterin yang teridentifikasi.
  • Sonohisterografi
    Prosedur ini menggunakan saline yang disuntikkan ke bagian rongga rahim melalui vagina dan leher rahim. Dokter akan mendapatkan informasi tentang keadaan bagian dalam rahim, permukaan luar rahim dan apakah ada penghalang di saluran tuba.
  • Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI)
    Tes pencitraan ini menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk membuat gambar detail rahim.
  • Tes Darah
    Sampel darah ibu akan dievaluasi untuk membantu mendeteksi masalah dengan hormon atau sistem kekebalan tubuh.
  • Tes Kromosom
    Bunda dan Ayah akan melakukan tes darah untuk menentukan apakah kromosom merupakan salah satu faktornya. Jaringan dari keguguran sebelumnya (jika ada) juga dapat diuji.

Dampak Keguguran pada Kehamilan Berikutnya

Sumber: Freepik

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2009, keguguran pada kehamilan sebelumnya diketahui meningkatkan kemungkinan keguguran berikutnya.

Lebih dari 70% perempuan yang mengalami keguguran pada kehamilan pertama mereka dapat untuk menjalani kehamilan berikutnya hingga lebih dari 24 minggu. Namun, masih relatif sedikit yang diketahui tentang potensi komplikasi pada kehamilan kedua ini.

Risiko kelahiran prematur dan kematian perinatal diketahui meningkat pada ibu dengan kasus keguguran sebelumnya. Komplikasi lain termasuk preeklampsia dan perdarahan pada awal kehamilan, tetapi masih dibutuhkan penelitian lanjut seputar hal ini.

Artikel Terkait: 6 Perbedaan Darah Haid dan Keguguran, Perlu Tahu Agar Tak Keliru

Risiko Keguguran pada Kehamilan Berikutnya

Sumber: Freepik

Keguguran biasanya terjadi hanya satu kali. Kehamilan selanjutnya bisa jadi berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Namun, sekitar 1% ibu bisa saja mengalami keguguran berulang.

Setelah dua kali keguguran berturut-turut, risiko keguguran berikutnya akan meningkat menjadi sekitar 28%. Sedangkan setelah tiga kali atau lebih keguguran berturut-turut risiko keguguran berikutnya adalah sekitar 43%.

Keguguran berulang dapat disebabkan oleh faktor kesehatan seperti masalah pembekuan darah, masalah hormon, gangguan autoimun tertentu, gula darah tinggi, dan sindrom ovarium polikistik.

***
Itulah beberapa hal yang perlu diketahui Parents seputar dampak keguguran. Jika Bunda mengalami sekali keguguran, bukan tidak mungkin untuk hamil lagi segera dan melahirkan bayi yang sehat. Namun, apabila Bunda mengalami keguguran berulang, sebaiknya lakukan tes untuk memeriksa kesehatan Bunda dan Ayah. Semoga informasi ini bermanfaat!

Baca Juga: