Setiap ibu tentu memiliki kisah perjuangannya tersendiri mulai dari merencanakan kehamilan, menjalani kehamilan, hingga persalinan. Beberapa diantaranya ada juga yang mengalami kehamilan berisiko tinggi karena kondisi kesehatan yang dihadapi, salah satunya kondisi preeklampsia. Kali ini, salah seorang pembaca setia TheAsianparent Indonesia mencoba berbagai cerita preeklampsia pada kehamilannya yang pertama.
Cerita Preeklampsia seorang ibu
Ia adalah Mama Mimi yang tergabung dalam komunitas di aplikasi TheAsianparent Indonesia. Melahirkan di usia kehamilan masih 30 minggu, begini kisah dan perjuangannya.
Cerita preeklampsia Mama Mimi.
Sebelumnya mungkin tak pernah terpikir di benak Mama Mimi bahwa ia mengalami preeklampsia, salah satu kondisi serius yang mengancam jiwa janin, maupun ibu saat hamil.
Berikut ini adalah cerita preeklampsia yang dia bagikan di aplikasi theAsianparent Indonesia:
Halo Bun, saya ingin menepati janji saya, sharing tentang preeklampsi yg menyebabkan anak saya lahir prematur di usia kandungan 30 minggu. Semoga bermanfaat ya.
Apa itu preeklamsi? Preeklampsi itu komplikasi pada kehamilan. Dengan gejala seperti tekanan darah tinggi, sesak nafas, sakit di ulu hati, kebocoran protein pada urin, kaki, tangan dan wajah yg membengkak, ketika ditekan kulit tidak kembali seperti semula (berjejak).
Kasus yg saya alami, saya sesak nafas, ulu hati terasa sakit, tangan dan kaki saya bengkak parah, ketika di tekan, malah jadi berlobang dan tidak elastis seperti semula. Wajah saya bengkak, tekanan darah saya naik melebihi 160/110.
Biasanya preeklamsi muncul di TM 2, apa penyebabnya? Bisa jadi keturunan, bisa jadi karna pola makan, bisa jadi karna kelainan plasenta, bisa jadi karna tubuh kita mengartikan janin sebagai racun, dan menghambat aliran darah ke plasenta sehingga tekanan darah pada ibu melambung tinggi.
Cerita preeklampsia yang membuat seorang ibu harus melahirkan secara prematur.
Ada banyak faktor yang bisa membuat seorang ibu mengalami kondisi ini, salah satunya karena faktor riwayat keluarga, seperti yang Bunda Mimi alami. Oleh karena itu, Bunda yang juga mengalami riwayat kondisi ini wajib waspada, ya.
“Kalau pada kasus saya, saya terkena preeklamsi karna turunan dari kedua orangtua yang memang hipertensi.
Padahal dulunya tidak pernah punya tekanan darah tinggi, selama TM 1 pun tekanan darah normal, tp melonjak naik di usia kandungan 20 minggu. Makanan dan stres manajemen juga bisa mempengaruhi tekanan darah ibu hamil.
Kenapa preeklamsi sangat berbahaya? Karna kalau dibiarkan, janin akan kekurangan gizi disebabkan peredaran darah di plasenta tidak lancar, bisa menyebabkan bayi meninggal dalam kandungan, atau melemah dan harus dilahirkan dini.
Preeklamsi juga berbahaya untuk sang ibu, karna bisa menyebabkan kematian, pendarahan, atau kejang. Apabila sudah menimbulkan kejang dan kebutaan, itu disebut eklamsi.”
Cerita preeklampsia saat hamil.
Bagi Bunda yang sudah pernah mengalami kejadian serupa seperti dirinya, Bunda Mimi memberikan pesan agar kondisi tersebut tak lagi terjadi pada kehamilan selanjutnya.
“Ibu-ibu yang pernah mengalami preeklamsi atau eklamsi di kehamilan pertamanya, cenderung akan mengalami hal yg sama di kehamilan kedua. Bagaimana cara mencegahnya?
1. Usahakan kontrol kandungan setiap bulannya. Amati tekanan darah, apakah normal atau tidak.
2. Aware terhadap tubuh. Saat hamil, ibu harus peka terhadap gejala tubuhnya. Kaki bengkak tidak selalu karna kelamaan duduk, kaki bengkak karna preeklamsi apabila di tekan, ia tidak kembali seperti semula, dan membutuhkam waktu lama untuk kembali ke bentuk normal.
3. Jauhi stress. Ibu hamil harus bahagia
4. Minum dan habiskan setiap vitamin yang di resepkan oleh dokter
5. Istirahat yang cukup
6. Jaga pola makan, usahakan berat badan tidak naik secara drastis.
7. Amati gerakan janin, minimal janin harus memiliki 10 gerakan dalam 24 jam.
Apabila sudah mengalami preeklamsi di kehamilan pertama, bagaimana cara mencegahnya di kehamilan kedua?
1. Saat mengetahui hamil, langsung temui dokter obgyn dan jelaskan bahwa Bunda memiliki riwayat preeklamsi
2. Konsumsi vitamin terbaik dan lengkap agar janin mendapatkan semua gizi yang dibutuhkannya, agar nanti amit-amit bayinya harus segera lahir, organnya sudah siap dan matang.
3. Konsumsi obat hipertensi sesuai dengan dosis dokter
4. Lengkapi dg obat herbal spt bawang putih yg di tumbuk, rendaman/rebusan air seledri, habbatussauda, akupuntur, agar membantu tekanan darah tetap stabil.
5. Sensitif terhadap gerakan janin, apabila janin bergerak pasif dalam sehari, langsung hubungi doktermu.
6. Harus dan wajib punya Whatsapp atau nomor telfon dokter utk keadaan gawat darurat.
7. Manajemen stres harus baik, meskipun banyak masalah, bumil harus tetap happy.
8. Usahakan istirahat cukup.
9. Selalu berdoa agar janin sehat dan lahir di waktu yg tepat.
Pernah mengalaminya sendiri, Bunda Mimi membagikan tips yang sudah dipraktikkan pada dirinya sendiri. Ia pun mengingatkan agar Bunda sebaiknya mengikuti saran dan resep dokter terkait dengan obat maupun hal lainnya.
“Dalam kasus yg saya alami, saat mengalami hipertensi, saya selalu konsumsi bawang putih 2 siung di pagi hari, rendaman air seledri, akupuntur setiap seminggu 2 kali, minum habbatussauda dan minum 10 tetes melia propolis setiap hari.
Kesalahan saya adalah, saya jarang sekali minum obat hipertensi dari dokter, karna takut akan mempengaruhi janin saya. Padahal dokter sudah meresepkan obat yg pasti aman untuk ibu hamil.
Terakhir, saya doakan selalu Bunda-Bunda yg sedang hamil selalu lancar dalam kehamilannya. Salam semangat dari Mami dan biyyu,” pungkasnya.
Menanggapi cerita tersebut, banyak Bunda lain yang turut merasa empati juga tak sedikit yang turut bercerita mengenai pengalaman pribadinya di kolom komentar. Nah, Bunda juga bisa berbagi cerita pengalaman pribadi keseharian si aplikasi theAsianparent Indonesia.
Sudah download belum, Bun?
Baca Juga :
Akibat Preeklampsia, Ibu Lahirkan Salah Satu Bayi Terkecil Di Dunia
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.