Tahukah Parents bahwa sampai saat ini eklampsia dan pre-eklampsia adalah penyebab kematian ibu nomor dua terbesar di Indonesia? Pre-eklampsia pun bisa terjadi berulang, untuk itu Parents perlu tahu mencegah preeklampsia pada kehamilan kedua.
Hal ini dipaparkan oleh dr. Grace Valentine, Sp. OG, dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dari RS Pondok Indah.
Ia memaparkan bahwa kasus ibu hamil yang mengalami pre-eklampsia di Indonesia setidaknya ada 128.273 kasus per tahun atau sekitar 5,3 persen. Kecenderungan yang ada dalam dua dekade terakhir ini tidak memperlihatkan adanya penurunan yang nyata terhadap kasus pre-eklampsia.
Dikutip dari laman CNN, salah satu kasus ibu hamil yang akhirnya harus merenggang nyawa karena preeklamsia berat adalah Raden Ajeng Kartini. Tokoh perempuan yang luar biasa ini meninggal akibat preeklampsia. Setelah melahirkan, Kartini mengalami tekanan darah yang naik dan sempat mengalami kejang.
Kepada theAsianparennt, dr, Grace mengatakan bahwa pre-eklampsia merupakan sebuah komplikasi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi atau hipertensi serta adanya tanda-tanda kerusakan organ seperti kerusakan ginjal yang ditunjukkan oleh tingginya kadar protein dalam urin (proteinuria) yang terjadi pada setelah kehamilan di atas 20 minggu.
Nyatanya, kondisi preeklampsia bisa terjadi secara berulang. Artinya, setelah mengalami preeklamsia di kehamilan pertama, Bunda masih memiliki risiko mengalaminya kembali.
Kondisi ini tentu saja perlu diwaspadai, sebab, seperti yang dikatan dr. Grace, jika preeklampsia terjadi berulang, maka tentu saja bisa membahayakan janin dan ibunya. Bahkan, jika kejadian ini berulang maka bisa lebih buruk.
“Perlu dipahami bahwa ibu hamil yang memiliki riwayat pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya, maka akan berisiko lebih tinggi mengalami pre-eklampsia kembali pada kehamilan berikutnya,” tegasnya.
Dr Grace menambahkan, bahwa pada umumnya pre-eklampsia yang terjadi berulang, risiko dan komplikasi yang terjadi pada kehamilan berikutnya memang lebih berat, dan pre-eklampsia terjadi lebih dini daripada kehamilan sebelumnya.
“Perempuan dengan riwayat pre-eklampsia, tanpa severe features (gambaran yang berat), berisiko mengalami pre-eklampsia pada kehamilan berikut sebesar 5 persen. Sedangkan wanita dengan riwayat pre-eklampsia dengan severe features, dan muncul pada usia kehamilan kurang dari 30 minggu, berisiko hingga 70 persen mengalami pre-eklampsia pada kehamilan berikutnya,” tegasnya.
Oleh karena itu, salah satu upaya mencegah ibu hamil mengalami preeklampsia secara berulang, dr. Grace menyarankan agar ibu hamil melakukan pemeriksaan atau skrining. Harapannya, kondisi ibu dan janin bisa diketahui dengan pasti.
“Pre-eklampsia ini memang sering kali berkembang tanpa gejala apapun. Namun pre-eklampsia dapat dideteksi pada pemeriksaan antenatal yang rutin dengan pemeriksaan tekanan darah dan pemeriksaan protein dalam urin pada pemeriksaan laboratorium” paparnya saat ditanya bagaimana mencegah preeklampsia pada kehamilan kedua.
“Hal utama yang perlu diperhatikan adalah kenaikan tekanan darah sistole ≥140 mmHg dan diastole yang mencapai ≥90 mmHg. Bila ditemukan tekanan darah yang meningkat pada kehamilan, segera konsultasikan ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan.”
Apa penyebab ibu hamil alami pre-eklampsia?
Lebih lanjut, dr. Grace mengatakan, penyebab pre-eklampsia hingga saat ini belum dapat diketahui secara pasti. Namun diduga kondisi pre-eklampsia disebabkan karena pembentukan plasenta yang kurang sempurna.
Plasenta itu sendiri merupakan kumpulan pembuluh darah yang menghubungkan aliran darah antara janin dan ibu. Ini adalah organ penting yang berfungsi untuk menyalurkan darah dan memasok kebutuhan nutrisi janin dari ibu.
“Pada wanita dengan pre-eklampsia, pembuluh darah plasenta ini tidak berkembang secara normal. Pembuluh tersebut bentuknya lebih sempit dari pembuluh darah normal dan bereaksi secara berbeda terhadap sinyal hormon.”
“Pada akhirnya hal tersebut menyulitkan aliran darah yang dialirkan ke janin. Sehingga mekanisme tubuh ibu, yang nalurinya akan selalu melindungi janin dalam kandungan, akan membuat tekanan darah menjadi lebih tinggi agar jumlah darah yang sampai ke janin lebih banyak.”
Mencegah preeklampsia pada kehamilan kedua
Selain itu, dr. Grace mengingatkan salah satu upaya mencegah preeklampsia pada kehamilan kedua. penting untuk membatasi asupan garam dan mendapat cukup asupan kalium dari makanan sehari-hari.
“Hal ini dapat mengurangi risiko ibu hamil mengalami peningkatan tekanan darah, baik sebelum kehamilan maupun saat kehamilan. Konsumsilah buah-buahan dan sayuran yang kaya akan nutrisi.
Asupan vitamin, mineral, dan antioksidan juga penting untuk kehamilan sehat. Hindari makanan dalam kemasan, makanan berkadar gula tinggi, makanan berpengawet, dan makanan yang digoreng. Batasi juga konsumsi makanan dengan kadar protein tinggi,” pungkas dokter kandungan yang juga berpraktik di RS Pondok Indah Puri Indah.
Semoga bermanfaat.
Baca juga:
Takut jadi duda, suami ini ingatkan gejala pre-eklampsia pada istri hamil
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.