Bagaimana, sih, cara memulai reksadana?
Sebagai financial planner, ada sebuah percakapan yang biasanya saya kerap hadapi:
A: Bu, aku tuh pengen coba investasi A,B,C deh, tapi takut karena belum ada pengalaman.
B: Lho, kenapa takut?
A: Kalau uangku hilang gimana?
B: Sudah coba dipelajari belum instrument investasinya?
A: Belum
B: Nggak ada jalan pintas selain riset, dan nggak ada jalan untuk punya pengalaman selain mencoba. Jadi, yuk, kenalan pelan-pelan sama produk investasi lebih dulu.
Artikel terkait: 10 Cara Cerdas untuk Para Ibu Atur Keuangan Keluarga, Dipraktikan Yuk!
Sekarang kita kenalan dulu sama Reksadana ya, apa dan bagaimana, sih, cara memulai Reksadana?
Hal pertama yang perlu dipahami tentu saja memahami apa yang dimaksud dengan reksadana. Sebuah instrumen investasi yang menghimpun dana dari masyarakat untuk ditempatkan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi.
Yang membedakan Reksadana dari investasi lain adalah mutual alias ‘keroyokan’. Contoh sederhananya begini, “Saya ingin uangku dapat return seperti deposito (4-5%) tapi kalau buka deposito di bank kan minimal 10 juta rupiah, uangku kurang.”
Maka, alternatifnya bisa beli reksadana pasar uang. Dengan penyertaan yang lebih sedikit, maka Bunda bisa mendapatkan return seperti deposito.
Kok bisa? Ya, karena belinya ‘keroyokan’ sama investor yang lain. Manajer investasi kumpulkan uang dari banyak investor retail seperti Bunda, jumlahnya jelas lebih besar dari investor individu.
Baru, deh, kemudian dia investasikan di Deposito, rate imbal hasilnya tentu beda dong antara yang desposito cuma 10 juta (individu) dengan yang invest milyaran? Itulah mengapa lebih untung untuk taruh uang di Reksadana pasar uang dibandingkan dengan deposito biasa.
Contoh lainnya:
Aku mau beli saham BCA (32 ribu per lembar), tapi uangku cuma 100 ribu, nggak cukup dong beli 1 lot (100 lembar, 3,2 juta rupiah), nah alternatifnya aku bisa beli reksadana saham yang ‘mengandung’ saham BCA. Nggak perlu keluarin duit 3,2 juta sekali beli karena Reksadana saham bisa dibeli mulai dari 100 ribu rupiah.
Jadi, sekarang sudah kebayang, ya kira-kira reksadana itu apa?
Artikel terkait: 6 Tips Mengatur Keuangan Keluarga dengan Gaji Kecil
Cara Memulai Reksadana
Pahamai apa saja jenis-jenis reksadana umum yang ada di pasaran:
1.Reksadana Pasar Uang (Money Market Mutual Fund)
Alokasi dana 100% pada instrumen pasar uang, seperti deposito, SBI (Sertifikat Bank Indonesia), atau Obligasi dengan masa jatuh tempo kurang dari satu tahun. Relatif stabil dan cenderung tidak fluktuatif. Sesuai untuk tujuan investasi jangka pendek (kurang dari satu tahun) karena resikonya rendah. Bisa juga jadi produk alternatif tempat bunda simpan dana darurat.
2.Reksadana Pendapatan Tetap
Alokasi dana minimum 80% pada instrumen obligasi. Sesuai untuk Anda dengan tujuan investasi jangka menengah (1-3 Tahun). Terdapat pembagian keuntungan tunai atau tambahan unit penyertaan yang dibagikan berkala untuk beberapa reksa dana jenis ini.
3.Reksadana Campuran
Sesuai namanya alokasi dana diinvestasikan pada instrumen pasar uang, obligasi, atau saham. Sesuai untuk tujuan investasi jangka menengah sampai panjang (3-5 Tahun). Alokasi aset lebih fleksibel sehingga lebih adaptif dengan kondisi pasar.
4.Reksadana Saham
Alokasi dana minimum 80% pada instrumen saham. Potensi pertumbuhan relatif tinggi karena bersifat agresif Sesuai bagi tujuan investasi jangka panjang (Diatas 5 tahun) dengan profil risiko yang agresif. Gak usah dicek sering-sering kalo kamu jantungan, sebulan sekali atau per quarter untuk evaluasi lebih dari cukup.
Eh, Tunggu dulu, saya akan memberikan tips tambahan lain biar mulainya nggak bingung:
1.Buka rekening untuk beli reksadana
Jaman sekarang pilihannya banyak, bisa datang ke bank, sekuritas atau market place reksadana. Pilih mana yg praktis aja bun!
2. Ketahui bagaimana cara daftarnya
Isi formular, cek profile resiko, pilih jenis reksadana, pilih manajer Investas- setor uang ke rekening RD- selamat, bunda sudah punya investasi reksadana.
3.Tentukan tujuan investasi
Setiap keluarga tentu saja memiliki tujuan keuangan yang berbeda-beda. Baik dana pendidikan anak, pensiun, membeli rumah atau pun dana darurat. Nah, ini tentu saja perlu disesuaikan dengan jenis reksadananya. Semakin pendek waktunya, pilih yang resiko nya paling rendah.
Artikel terkait: 5 Kesalahan yang Masih Dilakukan Saat Siapkan Dana Pendidikan Anak
4. Evaluasi Secara Berkala
Secara berkala, per semester atau per tahun evaluasi kinerja nya ya. Apakah sesuai target. Jika tidak, bisa pertimbangkan untuk ganti produk.
Memilih produk reksadana yang ada di pasaran. Ini banyak sekali ya? Ya tidak ada jalan pintas selain belajar dan riset. Tapi, coba sini aku kasih bocoran dengan memperhatikan hal-hal ini:
- Historical Lihat kinerja reksanada 10, 5,3 tahun terakhir.AUM (Aset under management) Menunjukan seberapa besar dana yang mereka Kelola, semakin besar semakin liquid.
- Return Bandingkan dengan return IHSG, imbal hasil obligasi atau deposito, kalo wajar dan gak terlalu jauh, isinya sehat (lihat di fund fact sheet)Cek juga kredibilitas manajer investasinya, google aja, kalo pernah ada berita negative mending jangan. Pilih yang bisa dipercaya ya. Jika semua check list ok. Give a go!
Sudah paham cara memulai reksadana, bagaimana cara kerjanya, paham jenis, sudah paham peruntukkannya untuk tujuan keuangan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Tinggal mulainya saja nih, yuk, gerak biar uangmu berkembang mengalahkan inflasi! Sudah siap jadi investor? Mari!
Baca juga:
Jangan sampai salah! Begini cara kelola keuangan saat pandemi Covid-19
Catat, 5 Instrumen Investasi Ini Bisa Dipilih Saat Resesi Ekonomi
Kakeibo, Cara Atur Keuangan Ala Jepang Ini Bikin Parents Tidak Boros
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.