Melakukan swakarantina akibat pandemi Covid-19 di rumah bersama keluarga nyatanya tidak mudah. Kondisi ini kian berimbas ke segala arah, termasuk perekonomian keluarga. Tak sedikit yang mengeluh manajemen keuangan rumah tangga jadi morat marit.
Apakah hal ini berlaku buat Parents?
Setidaknya, kondisi ini dirasakan oleh beberapa keluarga. Sebut saja Tiwi, seorang ibu dari dua orang anak ini mengeluh kalau cash flow keluarganya menjadi kacau lantaran dirinya harus bekerja di rumah. Termasuk sang suami dan anaknya yang belajar dari rumah.
Sejak virus corona merebak di Indonesia, Tiwi terpaksa harus menghentikan semua kesibukannya di luar rumah karena perusahaan menganjurkan demikian. Ia mengaku, keputusan tersebut memang terbaik. Bahkan, semula dirinya berpikir bahwa ini kesempatan untuk keluarganya mengencangkan ‘ikat pinggang’.
“Saya pikir, bagus juga, nih. Selain memang untuk alasan kesehatan, saya juga bisa lebih irit. Nggak perlu keluar uang untuk transportasi dan makan siang di kantor. Tapi mau dua minggu di rumah, yang terjadi justru sebaliknya. Kantong saya malah jebol!” urainya saat berbincang dengan theAsianparent ID.
Berbeda dengan kisah Risna. Perempuan 33 tahun yang memiliki usaha wedding organizer ini juga mengeluh kalau penghasilannya menurun drastis. Alasannya, banyak pasangan yang berpikir ulang menghelat pesta pernikahan di tengah virus yang belum juga mereda. Penghasilan yang tak pasti membuat Risna harus pintar memutar otak karena hidupnya tentu harus berjalan.
Manajemen keuangan rumah tangga di tengah corona, apa yang sebaiknya dilakukan?
Tak bisa dipungkiri, penyebaran virus Covid-19 yang kian masif mengubah lini kehidupan semua orang dari beragam aspek. Tak terkecuali keuangan.
Tiwi dan Risna hanyalah segelintir masyarakat yang memiliki tantangan mengatur keuangannya di tengah pandemi Covid-19 ini. Satu yang pasti, kedua perempuan ini menyadari bahwa meskipun virus corona tengah merebak, roda ekonomi terus berputar.
Apa yang harus dilakukan?
Dalam hal ini, Metta Anggriani selaku Certified Financial Planner mengungkapkan bagaimana virus asal Wuhan ini memengaruhi keuangan dan apa yang harus dilakukan untuk menyikapinya.
Saat berbincang dengan theAsianparent ID, Metta tak menampik bahwa pandemi ini memang memberikan pengaruh yang besar terhadap bidang ekomoni, termasuk di dalamnya keuangan keluarga.
Diakui olehnya, besar kecilnya dampak corona virus terhadap keuangan keluarga memang sangat bergantung pada beberapa hal. Antara lain faktor internal dan eksternal. Oleh karena itula ia menegaskan, mengetahui manajemen keuangan rumah tangga yang baik penting untuk dilakukan agar perihal keuangan tetap berjalan lancar di tengah kondisi yang sedang tidak menentu seperti sekarang.
Tidak sedikit keluarga yang mengaku kalau pengeluaran jadi kian membengkak. Mengingat ada beberapa perlengkapan kesehatan yang memang perlu disiapkan. Sebut saja masker, hand sanitizer, dan biaya tak terduga lainnya. Belum lagi, ketersediaan medical kit yang kian langka di pasaran akibat panic buying membuat harga melonjak drastis.
Kenaikan harga pun juga mulai terasa pada produk rumah tangga lainnya seperti kebutuhan bahan pokok.
Apa yang harus dilakukan?
Menjawab hal ini, Metta memaparkan ada sejumlah kiat perencanaan keuangan yang sebaiknya dilakukan.
-
Evaluasi sumber penghasilan
Dengan peningkatan kasus infeksi corona di Indonesia, tidak berarti membuat seluruh sektor usaha turut terdampak. Bagi Parents yang tidak terlalu terdampak jalani kehidupan dengan normal tetapi tetap waspada dan menjaga kesehatan. Namun, jika dampak signifikan amat terasa terhadap sumber penghasilan, maka penyesuaian anggaran wajib dilakukan.
Telusuri keuangan Anda, apakah cash flow bulanan masih aman? Jika Parents mendapat kesempatan bekerja dari rumah apakah menekan atau malah Anda menjadi sulit berhemat karena banyaknya godaan?
Momen ini juga bisa dimanfaatkan untuk memberikan pengertian pada anggota keluarga apa yang sedang terjadi dan bagaimana kondisi arus kas keuangan Anda saat ini. Jelaskan pada anak dengan bahasa yang mudah dipahami terkait pengeluaran untuk makan dan camilan harian yang tidak bisa sebebas seperti biasanya.
-
Hitung ulang anggaran rumah tangga
Ini saatnya bagi Parents mengecek portofolio aset, seberapa besar tabungan yang dimiliki sanggup menjadi tameng menghadapi situasi darurat seperti wabah Covid-19 ini? Sudahkah Parents memiliki asuransi untuk melindungi diri dan keluarga, bahkan aset itu sendiri? Apakah premi asuransi yang Anda bayarkan rutin setiap bulannya turut menanggung penanggulangan wabah corona?
-
Perbesar saldo dana darurat
Menurut Metta, dana darurat menjadi hal penting lain yang sebaiknya menjadi perhatian. Dalam situasi yang sedang tak menentu di mana perekonomian terkena imbas, Parents sebaiknya mengubah fokus tujuan keuangan dengan menambah saldo dana darurat sebagai cadangan.
Mengingat fungsinya yang hanya boleh diambil dalam situasi darurat, simpanlah dana satu ini dalam rekening terpisah dari rekening kebutuhan harian. Khawatir akan terpakai tidak karuan, pisah dana ini dalam bentuk instrumen yang likuid atau udah dicairkan, tetapi aksesnya terbatas untuk Anda mudah mengambilnya.
Deposito, emas, reksa dana pasar uang, juga mata uang asing adalah instrumen yang Metta rekomendasikan karena instrumen ini tergolong mudah dicairkan namun membutuhkan effort untuk kita mengambilnya pada waktu tertentu.
Metta menuturkan, masih banyak orang yang bingung berapa alokasi dana yang seharusnya disiapkan untuk dana darurat. Kebanyakan mengandalkan persentase spesifik dari gaji bulanan. Padahal, dana darurat yang ideal adalah pengalian dengan pengeluaran rutin bulanan.
Bagi yang belum menikah, disarankan menyiapkan dana darurat 3x pengeluaran bulanan, sementara pasangan muda dianjurkan untuk menganggarkan dana darurat sebesar minimum 6x pengeluaran rutin bulanan. Semakin banyak anggota keluarga yang harus ditanggung, maka sebaiknya jumlah dana darurat yang disiapkan semakin besar.
Jika selama ini Parents belum memiliki, saatnya untuk menyusun ulang prioritas perencanaan keuangan dan putuskan adakah pos yang sekiranya bisa ditunda untuk kemudian dana tersebut diambil untuk keperluan tidak terduga. Misalnya, dana yang sedianya disiapkan untuk perjalanan ibadah atau korbankan dana perjalanan mudik tahun ini berhubung situasi yang tidak menentu.
Kendati begitu, alangkah lebih baik jika Anda mulai menyisihkan dana darurat setiap bulannya sehingga tidak mengganggu pos anggaran lainnya.
Bijak berbelanja di tengah virus corona
Sejak pemerintah mengumumkan adanya warga negara Indonesia yang positif terjangkit virus corona membuat masyarakat panik. Tak sedikit orang yang bertindak spontan menimbun masker bahkan sembako karena khawatir dengan wabah yang ada. Padahal, tanpa disadari kultur ini akan membuat kebutuhan semakin meningkat dan ‘mencekik’ pihak lain yang kondisi ekonominya tidak terlalu baik.
Oleh karena itu, penting bagi Parents merunut kembali apa sih sebenarnya kebutuhan pokok keluarga selama ini dan fokuslah pada hal itu. Belilah barang sesuai kebutuhan dan hindari memanfaatkan situasi. Pada dasarnya, lakukan kiat berikut agar tidak panik belanja di tengah situasi seperti ini
-
Kenali karakter diri sendiri
Apakah Anda termasuk orang yang cenderung mudah gelisah? Siapa di antara Anda dan pasangan yang lebih tenang menyikapi situasi apapun? Hal ini adalah sesuatu yang krusial karena akan berdampak pada kondisi keuangan, apalagi dengan situasi seperti sekarang ini.
-
Tak kalah penting: bedakan keinginan dan kebutuhan
Jangankan sedang dalam kondisi darurat, membedakan mana kebutuhan dan keinginan nampaknya juga sulit dilakukan dalam situasi normal. Benar kan, Parents?
Menurut Metta pada dasarnya aktivitas belanja dibagi dalam tiga kategori, yaitu wajib artinya memang harus dipenuhi demi keberlangsungan hidup seperti bahan makanan dan minuman, lalu kebutuhan. Maksudnya, esuatu yang bisa disesuaikan, tetapi sifatnya tidak mendesak). Terakhir keinginan, sebatas hal yang diinginkan namun bisa ditunda pelaksanannya. Misalnya liburan, kongkow pada akhir pekan dan hal yang bersifat kesenangan.
Apabila arus keuangan sedang goyang lantaran imbas wabah corona, kedepankan rasionalitas saat belanja. Jangan belanja saat sedang lapar dan emosi karena kedua kondisi tersebut cenderung membuat seseorang kalap dan membeli sesuatu secara berlebihan.
Selain itu, jangan lupa untuk menahan diri melakukan pembelian besar dan sifatnya cicilan. Hindari berhutang agar keuangan tetap lancar.
Semoga tips ini bermanfaat ya, Parents.
Baca juga :
Kakeibo, Cara Atur Keuangan Ala Jepang Ini Bikin Parents Tidak Boros
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.