Satu bulan belakangan ini wajah Pelangi selalu terlihat murung. Gadis mungil yang baru menginjak usia 8 tahun dan sedang duduk di kelas 4 ini juga sering kali beralasan tidak ingin pergi ke sekolah. Mengapa? Apakah Pelangi menjadi korban bullying? Bullying adalah sebuah tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang menyakiti korbannya.
Berbicara mengenai bullying pada anak, belum lama ini theAsianparent berkesempatan mengikuti media diskusi yang digagas RS. Pondok Indah, Jakarta. Jane Cindy Linardi, M.Psi, CGA, Psikolog RS Pondok Indah Bintaro Jaya memparkan tentang bullying yang banyak dialami oleh anak.
Ajarkan pada anak, bullying adalah tindakan tidak pantas dilakukan

“Bullying merupakan tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang menyakiti, mempermalukan, dan seseorang. Dilakukan secara berulang-ulang (dari waktu ke waktu) dengan tujuan untuk membuat korban menderita dan merasa tidak berdaya,” ungkapnya di awal acara.
Ia menambahkan, sebenarnya ada beberapa perilaku yang bisa dikategorikan sebagai tindakan bullying jika memenuhi 3 syarat ini:
- Ada niat pelaku untuk menyakiti korban
- Adanya ketidakseimbangan kekuatan; baik secara fisik, maupun popularitas (bedakan dengan konflik)
- Dilakukan secara berulang-ulang

4 Jenis Bullying
Lebih lanjut, Jane Cindy Linardi menjelaskan tindakan bullying yang kerap dirasakan oleh anak-anak terbagi menjadi 4 kelompok.
- Bullying Fisik, yaitu penindasan yang dilakukan dengan melibatkan kekerasan fisik (memukul, mencekik, meninju, menendang, meludahi, dsb). Termasuk merusak barang milik korban.
- Bullying Verbal, yaitu kekerasan verbal berupa naming (memberi julukan nama), celaan, fitnah, penghinaan, menyebarkan tuduhan yang tidak benar.
- Bully Sosial, yaitu pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengucilan, pengabaian, penyingkiran (termasuk menghasut orang lain untuk ikut mengasingkan korban bullying).
- Bullying Cyber, yaitu tindakan bullying yang muncul seiring perkembangan teknologi. Korban terus mendapat pesan negatif, baik berupa sms, pesan di chat, internet (website), maupun media sosial.
Jane Cindy Linardi, M.Psi mengingatkan, anak yang menjadi korban bullying tentu saja perlu mendapatkan perhatian khusus. Sebab, ada beragam efek negatif yang bisa ditimbulkan bagi korban.
Oleh karena itulah, psikolog yang kerap disapa Jane ini mengingatkan agar orangtua lebih sensisitif dan peka terhadap perubahan perilaku yang ditunjukan oleh anak. Hal ini bisa menjadi salah satu ciri anak telah menjadi korban tindakan bullying.
Berikut 6 ciri anak yang kena bully
- Munculnya perubahan perilaku ke arah negatif (mudah marah, tersinggung, menangis)
- Mudah takut (misalnya, takut tidur sendiri, takut ditinggal orang tua)
- Menarik diri dari lingkungan sosial (mengurung diri di kamar, tidak mau keluar rumah)
- Penurunan minat atau enggan melakukan hobi atau aktivitas kesukaannya
- Menolak pergi ke sekolah (bukan karena masalah akademis atau menghindari tugas atau ujian)
- Kesulitan tidur
Apabila Parents melihat beberapa tanda di atas dialami oleh si kecil, jangan lupa untuk membuka komunikasi dengan anak. Biar bagaimana pun, menjalin komunikasi secara terbuka merupakan kunci utama yang perlu dilakukan. Oleh karena itu, jangan lupa meluangkan waktu secara rutin lakukan sharing session.
Mulai saja dengan menanyakan bagaimana perasaannya saat itu. Adakah yang membuatnya bahagia, atau sebaliknya. Selain itu, jangan lupa untuk menjadi pendengar yang baik dan hadir 100%. Artinya perhatian harus terpusat pada anak, ketika anak sedang berbicara jangan memotong apalagi menganggap cerita anak tidak penting.
“Jangan lupa untuk mengekspresikan rasa sayang pada anak, lewat kalimat yang diucapkan, gestur tubuh, dan tentunya tindakan. Jangan sampai anak merasa tidak diterima oleh lingkungan terdekatnya sendiri,” tambah Jane.
Baca juga:
Bullying di Sekolah
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.