Bagaimana cara mengajari anak tidak menjadi pelaku bullying?
Menghilangkan aksi bullying di lingkungan internal sekolah masih menjadi PR (pekerjaan rumah) bersama. Terbaru, tindakan perundungan terjadi di Binus School Serpong dan menyeret anak Vincent Rompies. Karena itulah, cara mengajari anak tidak menjadi pelaku bullying harus dipahami orang tua.
Aksi Bullying Melibatkan Anak Sekolah
Adalah Farrel Legolas Rompies, putra sulung Vincent yang diduga terlibat dalam aksi bullying yang viral di media sosial. Dalam sebuah video berdurasi 41 detik, Farrel dan belasan temannya merundung adik kelasnya. Akibatnya, korban harus dilarikan ke rumah sakit.
“Iya (anak Vincent Rompies terlibat). Sejauh ini dalam penanganan sekolah dan menjadi prioritas untuk ditindaklanjuti, sejauh ini kita sudah memanggil yang terlibat dan masih dalam proses. (Sanksi) mengikuti aturan sekolah yang sudah ada,” kata Corporate PR Binus University Haris Suhendra melansir laman Detik.
Adapun peristiwa itu terjadi di warung belakang sekolah. Korban yang diduga ingin bergabung menjadi geng sekolah disebut harus melakukan beberapa hal yang diminta oleh senior, termasuk mendapati kekerasan fisik.
Kanit PPA Polres Tangerang Selatan Ipda Galih menyebut dari hasil pemeriksaan awal, korban diduga dirundung lebih dari satu orang pelaku. Proses visum telah dilakukan untuk memeriksa seluruh luka yang dialami oleh korban.
“Terhadap luka yang dialami sudah kita lakukan visum, akibat dari perbuatan kekerasan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang pelaku. Di sebagian tubuhnya ada banyak luka memar, juga ada luka bakar akibat terkena suatu benda yang panas,” jelas Ipda Galih. Lebih lanjut, penyidik masih menunggu hasil.
Merembet ayahnya, akun Instagram Vincent digeruduk oleh netizen yang meminta Vincent bertanggung jawab atas tingkah laku sang anak. Beberapa netizen bahkan mengancam akan ‘memboikot’ acara Vincent jika berita yang beredar benar adanya.
Parents, bullying bukanlah tindakan yang dibenarkan. Berikut cara mencegah perilaku negatif ini pada anak sejak usia dini. Baca sampai habis!
Artikel terkait: Jadi Buah Bibir, Berikut 5 Fakta Tindakan Bullying di Korea Selatan
Cara Mengajari Anak Agar Tidak Menjadi Pelaku Bullying
Berikut beberapa cara dasar yang dapat Parents lakukan untuk mengajari anak agar tidak menjadi pelaku bullying atau perundungan.
1. Kenalkan pada Anak tentang Perbedaan yang Dimiliki Setiap Individu
Gambar: Freepik
Cara perrtama yang dapat Parents lakukan untuk mengajari anak agar tidak menjadi pelaku bullying adalah dengan mengenalkan kepada mereka tentang perbedaan yang dimiliki oleh setiap orang.
Anak-anak tidak hanya perlu diajarkan mengenai perbedaan SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan). Melainkan, ajarkan juga anak untuk memahami dan menghormati apa pun perbedaan yang mungkin bisa ditemukan antara satu orang dengan orang lainnya.
Perbedaan tersebut misalnya, dari bakat dan minat, kondisi ekonomi, tingkat pendidikan, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan sebagainya.
Sebagai contoh, mungkin anak memiliki teman yang kurang baik dalam nilai pelajaran. Maka, ajarkan pada anak untuk tidak menganggap temannya itu bodoh dan jangan memusuhi atau mengolok-oloknya. Sebaliknya, anak bisa mengajak temannya tersebut untuk belajar bersama.
Anak yang kurang dalam hal akademik bisa saja memiliki kemampuan lebih di bidang yang lain. Misalnya, pada bidang non akademik seperti olahraga, kesenian, dan sebagainya.
Anak juga perlu mengenal perbedaan latar belakang dari setiap orang. Dengan adanya perbedaan, bukan berarti anak boleh membedakan seseorang lebih baik daripada yang lain.
Tekankan pada anak bahwa ia harus dapat hidup berdampingan, berteman, saling membantu dan menghargai perbedaan-perbedaan orang lain yang ada di sekitarnya.
Artikel terkait: 6 Film Horor tentang Bullying, Balas Dendam pada Para Perundung
2. Bercanda Itu Ada Batasnya
Tidak ada salahnya si kecil bercanda dengan teman sebayanya, kok. Malah, aktivitas ini bisa menjadi salah satu cara untuk membangun kedekatan dengan teman. Hanya saja, berikan pemahaman pada anak bahwa bercandaan itu juga ada batasnya ya, Parents.
Ajarkan pada anak bahwa bercanda itu tidak boleh menyakiti hati maupun fisik lawan bicara. Apabila lelucon yang dilontarkan menyakiti hati orang lain, atau tindakan ‘bercanda’ kita malah melukai teman, maka itu artinya bercandaan sudah melewati batas.
Misalnya, mengatakan teman ‘gendut’, ‘bodoh’, dan kata-kata menyakiti lainnya itu termasuk ejekan, bukan bercandaan. Hindari juga bercandaan dengan tindakan yang berisiko seperti sliding kaki teman, memukul, dan sebagainya karena itu sudah termasuk perundungan dan kekerasan yang harus dihindari anak.
3. Ajarkan Bagaimana Cara Berkomunikasi dengan Orang Lain Secara Tepat
Gambar: Freepik
Cara berikutnya untuk mengajari anak agar tidak menjadi pelaku bullying adalah dengan memberitahukannya bagaimana ia harus berkomunikasi dan memberlakukan orang lain dengan tepat. Dalam hal ini, anak bisa mencontoh langsung dari Parents dalam kehidupan sehari-hari.
Saat menyampaikan sesuatu kepada orang lain, jangan sampai orang merasa tersinggung atau sakit hati. Dalam berkomunikasi, anak juga perlu belajar menahan diri. Misalnya, tidak semua yang dikatakannya harus langsung dikatakan karena merasa bebas berpendapat, tanpa memikirkan perkataannya terlebih dahulu.
Begitu pula dalam caranya memberlakukan orang lain. Seperti kata pepatah, perlakukan orang lain dengan seperti apa kita ingin diperlakukan. Jika anak ingin dipelakukan dengan baik, maka ia juga harus bersikap baik kepada orang-orang yang ada di sekitarnya.
Cara berkomunikasi dan memerlakukan orang lain dengan tepat ini tidak hanya berlaku di dunia nyata, tetapi juga ketika anak berinteraksi di media sosial. Meskipun berada di media sosial, bukan berarti anak boleh berkomentar negatif terhadap apa yang dilihatnya.
Artikel terkait: Kronologi Kasus Bullying Bertahun-tahun pada Karyawan KPI dan Pandangan Psikolog
4. Jelaskan Secara Kontekstual Tentang Apa yang Benar dan Salah
Gambar: Freepik
Mengajarkan anak tentang perilaku mana yang benar dan mana yang salah tidak cukup hanya secara tekstual saja. Anak juga perlu dibimbing untuk mengerti konteks dari perbuatan benar dan salah tersebut.
Sebagai contoh, mencuri uang teman itu perbuatan yang salah, sehingga perlu ditegur, diberi nasihat, hingga diberi sanksi. Namun, memberitahukan bahwa mencuri itu perbuatan yang salah harus dibarengi dengan mengajarkan untuk mengetahui konteks mengapa pelaku sampai mencuri.
Anak perlu belajar mengapa temannya sampai mencuri? Apakah temannya sangat terdesak sehingga harus mencuri
Perbuatan mencuri uang memang tidak dapat dibenarkan. Namun, buatlah anak memahami konteks dari perbuatan mencuri yang dilakukan oleh temannya itu. Ini bertujuan agar sikap anak tidak menjadi berlebihan.
Jangan sampai ketika temannya sudah mengakui dan menyesali perbuatannya, mendapatkan sanksi dari sekolah, tetapi anak masih terus mengolok-oloknya atau bahkan memusuhi. Ini dapat menyebabkan terjadinya perundungan (bullying).
5. Ajak Anak Berdiskusi Santai Membahas Kasus Kriminal
Gambar: Freepik
Kasus kriminal yang terjadi di sekitar anak atau yang diliput media, mungkin membuat beberapa orang tua khawatir jika anak meniru perbuatan tersebut. Namun, merasa khawatir saja tidak cukup.
Parents perlu membuka diskusi bersama anak tentang kasus kriminal yang terjadi. Ini bertujuan agar anak mengetahui seperti apa kehidupan di dunia nyata.
Buatlah diskusi yang berlangsung di antara Parents dan anak terasa santai tapi serius. Parents dapat menjelaskan pada anak dengan menggunakan kalimat-kalimat yang mudah ia mengerti.
Misalnya, menjelaskan kepada anak seperti apa kesalahan pelaku, mengapa perbuatannya salah, dan bagaimana dampak yang ditimbulkannya terhadap korban.
Jika anak melontarkan pertanyaan, jawablah secara bijak dan tepat.
Selain itu, Parents juga bertanya kembali kepada anak bagaimana pendapatnya tentang kasus tersebut. Berdiskusi seperti ini dapat melatih kemampuan berpikir secara kritis yang dimiliki anak.
Dengan informasi yang jelas, anak bisa memiliki pemahaman yang baik mengenai perbuatan mana yang tidak boleh ditiru, mengapa ia tidak boleh melakukannya, serta dapat melatih dirinya untuk berempati membayangkan bagaimana jika ia berada di posisi korban.
6. Dukung Anak untuk Berani Melawan Tindakan Bullying
Gambar: Freepik
Cara berikutnya yang dapat Parents lakukan untuk mengajari anak agar tidak menjadi pelaku bullying adalah dengan memberanikannya melawan tindakan negatif tersebut. Diamnya anak ketika melihat adanya bullying dapat menjadi dukungan pasif untuk terus membiarkan terjadinya perundungan.
Parents perlu memberanikan anak untuk melaporkan kepada guru atau orang tua jika ia melihat adanya kasus bullying di lingkungan sekolah atau bermainnya. Dengan keberanian ini, diharapkan anak-anak lainnya yang semula pasif bisa turut mengambil peran untuk menghentikan bullying.
Selain itu, ajarkan juga kepada anak untuk tidak meninggalkan korban bullying, melainkan justru mendekatinya dan mau menjadi temannya.
Bullying memang sudah selayaknya menjadi perhatian bersama. Kasus ini menelan banyak korban yang mengalami trauma hingga waktu lama, bahkan juga tidak sedikit korban yang kehilangan nyawa.
Maka, sebagai orang tua, Parents memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak agar menjauhi tindakan bullying dan menghentikan kasus bullying yang terjadi di sekitarnya. Semoga cara mengajari anak agar tidak menjadi pelaku bullying yang telah dijelaskan dapat bermanfaat.
Baca Juga:
Kasus Bullying di Tasikmalaya Tewaskan Siswa SD, Siapa yang Bertanggung Jawab?
Agar Tak Jadi Korban Bullying, Ajarkan Anak Bersikap Tegas dengan 7 Cara Ini!
11 Drama Korea Angkat Isu Bullying, Menguras Emosi tapi Penuh Pesan Moral!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.