“Bayi minum ASI rasanya udah benar, bahkan aku susun jadwalnya juga. Kenapa beratnya nggak naik juga ya?” – Pernahkah terpikir hal ini, Parents? Atau jangan-jangan Anda sedang mengalaminya?
Tipikal Berat Badan Bayi
Bun, seluruh bayi tumbuh dengan polanya tersendiri dan pastinya setiap bayi berbeda. Tahukah Bunda bahwa bayi yang baru lahir walaupun disusui dapat kehilangan 10% beratnya, lho, selama lima hari pertama kehidupannya!
Selanjutnya saat si kecil berusia 10 hari hingga dua minggu, mereka harus mendapatkan kembali berat yang hilang. Nantinya, selama tiga bulan ke depan bayi yang disusui akan bertambah sekitar satu ons sehari.
Hal ini bisa saja berbeda pada setiap anak, bisa jadi pertumbuhan bayi satu lebih lambat dengan bayi lain pun sebaliknya. Asalkan bayi menyusui dengan baik dan pemeriksaan kesehatan juga rutin, hal ini seharusnya tidak menjadi masalah.
Saat pertama kali menyusu atau inisiasi menyusui dini (IMD), waktu menyusui bayi berkisar kurang lebih selama 15 menit. Setelahnya, bayi akan minta menyusu lagi 2-2,5 jam setelahnya.
Mengutip laman resmi, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan bahwa jadwal menyusui bayi baru lahir sebaiknya sekitar 8-12 kali dalam sehari. Sementara untuk rentang waktu dalam sekali menyusui, bayi biasanya membutuhkan kurang lebih 10-15 menit.
Waktu menyusui tersebut berlaku untuk satu sisi payudara, lalu ASI dari sisi payudara yang lain bisa diberikan di sesi menyusui selanjutnya. Beberapa minggu awal, bayi menyusui tergantung keinginannya.
Jeda waktu antara setiap jadwal menyusui bayi baru lahir yakni berkisar 1,5-3 jam sekali. Seiring bertambahnya usia, jadwal menyusui bayi umumnya menjadi lebih rutin dan teratur.
Selain jadwal, lamanya bayi menyusui juga bisa berbeda. Hal ini disebabkan beragam faktor yaitu:
- Produksi ASI yang tersedia
- Cepat atau lambatnya aliran ASI yang diisap
- Kelancaran let down reflex (LDR) atau refleks yang merangsang ASI keluar dengan lancar saat menyusui
- Posisi menyusui
- Bayi sedang dalam kondisi mengantuk
- Bayi mudah terganggu oleh hal-hal yang terjadi di sekitarnya
Artikel terkait: Kesadaran Memberi ASI Eksklusif Menurun di Masa Pandemi, Apa Alasan para Busui?
Mengapa Bayi Minum ASI Tetapi Berat Rendah?
Terdapat sejumlah alasan mengapa bayi sudah rajin minum ASI namun berat badan lambat bertambah. Salah satunya kemungkinan bayi tidak mendapatkan cukup ASI. Sejumlah faktor juga bisa menjadi penyebabnya:
1. Perlekatan Keliru
Adanya kekeliruan dalam melekatkan mulut bayi ke payudara menjadi salah satu hal yang memicu. Anak merasa kesulitan mendapatkan ASI karena posisi tidak pas. Bisa jadi ASI yang didapat menjadi tidak cukup. Disarankan bagi bunda untuk mendekap bayi menempel ke dada bunda, sehingga tidak ada jarak antara dada bunda dengan dada bayi, untuk lebih mengoptimalkan perlekatan mulut bayi ke payudara bunda.
2. Jarang Menyusui
Menyusui bayi yang baru lahir setidaknya setiap dua hingga tiga jam sepanjang siang dan malam selama enam hingga delapan minggu pertama. Jika mereka ingin menyusui lebih sering, turuti saja ya Bunda, karena prinsip ASI on demand, sesuai kebutuhan sang bayi.
Seiring bertambahnya usia anak, mereka tidak perlu menyusui lama untuk mendapatkan ASI yang mereka butuhkan. Namun, selama beberapa minggu pertama, usahakan bayi Anda tetap terjaga dan aktif mengisap selama mungkin.
3. Rasa Sakit
Tak kalah penting cobalah cek apakah bayi mengalami sariawan di mulutnya? Jika ya, hal ini bisa membuat bayi tidak bisa menyusui dengan baik. Hal inilah yang membuat berat lambat bertambah.
Artikel terkait: Terungkap, Ini Khasiat Kandungan Gula Dalam ASI untuk Tumbuh Kembang Bayi
4. Tounge Tie maupun Lip Tie
Tounge tie maupun Lip tie dapat menghambat proses menghisap ASI, karena lidah bayi sulit bergerak fleksible untuk memerah ASI dan mulut bayi sulit untuk membuka secara lebar, sehingga sebagian besar areola bunda tidak dapat masuk ke mulut mungil sang bayi. Bila dijumpai kondisi seperti ini sebaiknya bunda segera berkonsultasi ke konselor laktasi, apakah kondisi ini masih bisa di observasi atau perlu dilakukan tindakan frenektomi atau release tounge tie maupun lip tie.
5. Jumlah ASI Sedikit
Kondisi ibu juga memungkinkan bayi tidak cukup menyusui, misalnya jumlah ASI yang sedikit. Teruslah rangsang bayi untuk ASI mengalir deras. Anda juga bisa berkonsultasi dengan konselor laktasi untuk solusi terbaik.
Di samping itu, beberapa faktor risiko bisa jadi adalah penyebabnya:
- Bayi lahir prematur. Bayi prematur atau yang lahir sebelum usia 37 minggu umumnya tidak memiliki energi untuk menyusui selama mungkin. Mereka mudah mengantuk karena kondisi tubuhnya.
- Masalah oral. Adanya masalah di mulut juga membuat sulit bayi menyusu, utamanya jika payudara ibu cenderung besar. Bayi dengan masalah di lidah atau bibir sumbing bisa jadi mengalami masalah yang sama.
- Sakit kuning. Bayi dengan penyakit kuning juga membuat ia mudah mengantuk dan malah tidak tertarik menyusui.
- Refluks. Bayi dengan refluks gumoh atau muntah setelah menyusu juga bisa mengalami berat bertambah lambat walaupun sudah rajin menyusui. Ketika muntah ASI keluar, ditambah lagi asam dari refluks yang dapat mengiritasi tenggorokan dan kerongkongan.
- Penyakit. Bayi dengan penyakit atau infeksi mungkin tidak dapat menyusui dengan baik. Mereka sulit menambah berat badan, terutama jika mengalami diare atau muntah.
- Masalah neurologis. Kondisi seperti sindrom Down dapat menghambat kemampuan bayi untuk menyusu dengan benar.
Yang Sebaiknya Dilakukan..
Ketika kondisi ini tengah Bunda rasakan, bukan berarti harus berhenti menyusui. Periksalah perlekatan dengan benar, pastikan mulut bayi menempel dengan benar. Susui bayi setiap dua hingga tiga jam sekali atau setiap kali bayi ingin menyusu.
Hindari memberikan dot karena dot bisa mengganggu proses menghisap ASI pada payudara bunda. Usahakan bayi aktif menyusui sekitar 20 menit per sekali sesi menyusui. Jika ia mulai mengantuk, buatlah tetap terjaga dengan mengubah posisi atau mengajak mengobrol.
Jika masalahnya ada pada produksi ASI, Anda bisa memanfaatkan booster ASI atau minuman aman untuk meningkatkan kuantitas ASI. Jika terpaksa harus beralih ke susu formula, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi terbaik.
Semoga bermanfaat!
Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Jika Parents ingin berdiskusi seputar pola asuh, keluarga, dan kesehatan serta mau mengikuti kelas parenting gratis tiap minggu bisa langsung bergabung di komunitas Telegram theAsianparent.
Baca juga:
Bagaimanakah Rasa, Warna dan Bau ASI yang Normal? Ini Penjelasannya!
Amat Dianjurkan WHO, Yuk Mengenal Metode Responsive Feeding MPASI!
Perbedaan ASI Foremilk dan Hindmilk, Mana yang Lebih Baik?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.