Menyambut bulan Ramadhan, salah satu hal penting yang harus diperhatikan umat muslim adalah utang puasa di tahun lalu. Apakah sudah diqadha atau belum? Jika belum, bagaimana cara membayarnya? Bagaimana jika lupa jumlah utang puasanya? Apakah boleh bayar puasa ramadhan digabung dengan puasa lain?
Pada dasarnya, ketika seseorang berhalangan puasa Ramadhan, maka ia sebaiknya meng-qadha sesegera mungkin, selama masih ingat dan selagi masih hidup. Bayar utang puasa Ramadhan dapat dilakukan secara berturut-turut sesuai jumlah hari yang ditinggalkan atau dikerjakan terpisah.
Pertanyaan terkait hukum dan tata cara qadha puasa Ramadhan tersebut kami rangkum dalam artikel ini. Silakan disimak ya, Parents!
Pertanyaan Seputar Bayar Utang Puasa Ramadhan
1. Siapakah Orang yang Berhak Meng-qadha Puasa Ramadhan?
Orang-orang yang tidak mampu menjalankan puasa Ramadan karena udzur (berhalangan) dapat pula meng-qadhanya pada hari lain. Mereka yang masuk golongan ini adalah:
- Perempuan yang berhalangan karena haid.
- Orang sakit yang masih ada harapan sembuh.
- Musafir (orang yang sedang melakukan perjalanan panjang).
- Ibu hamil/menyusui.
Hal ini sesuai dengan firman Allah:
“… Siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan tersebut pada hari-hari lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin …” (Surah al-Baqarah:184)
2. Bolehkah Niat Qadha Puasa Ramadhan Sekaligus Puasa Syawal?
Puasa sunah Syawal memiliki keutamaan yang besar sesuai hadis Rasulullah:
“Barang siapa yang melaksanakan puasa Ramadan, kemudian dia ikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa selama setahun.” (HR Muslim)
Namun, bagi orang yang memiliki utang puasa Ramadhan dianjurkan untuk meng-qadha segera. Setelah utang puasa Ramadhannya terbayar, maka ia boleh melanjutkannya dengan puasa sunah Syawal.
Kalaupun ia tidak melanjutkan dengan puasa sunah Syawal, ia tetap dinilai mengamalkan sunah puasa Syawal meski tidak mendapatkan ganjaran seperti yang disebutkan di dalam sabda Rasulullah SAW.
3. Bolehkah Bayar Utang Puasa Ramadhan Digabung dengan Puasa Tarwiyah dan Arafah?
Puasa Tarwiyah jatuh pada 8 Dzulhijjah sedangkan Puasa Arafah jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah. Pada hari ini, jamaah haji melaksanakan wukuf di Padang Arafah. Muslim yang tidak melaksanakan ibadah haji dianjurkan untuk berpuasa Arafah.
Lantas bagaimana jika kita memiliki utang puasa Ramadhan tetapi ingin mengqadha utang puasanya pada Hari Tarwiyah dan Arafah?
Pertama, qadha puasa Ramadhannya tetap sah. Sedangkan ia sendiri tetap mendapatkan keutamaan yang didapat oleh mereka yang berpuasa dengan niat puasa sunah Tarwiyah dan Arafah
Sebaiknya kita meng-qadha utang puasanya terlebih dahulu baru kemudian boleh mengamalkan puasa sunah Tarwiyah dan Arafah. Namun, jika utang puasa Ramadhan itu baru teringat jelang hari Arafah, maka sebaiknya kita membayar qadha puasa di hari Arafah.
4. Bolehkah Niat Puasa Sunah Senin-Kamis sekaligus Bayar Utang Puasa Ramadhan?
Seseorang yang hendak mengerjakan qadha puasa Ramadan pada Senin atau Kamis, tidak perlu menggabungkan niat puasa qadha tersebut dengan niat puasa Senin dan Kamis.
Yang perlu dilakukan adalah melafalkan niat qadha puasa, karena qadha puasa itu hukumnya wajib. Apakah kemudian ia mendapatkan pahala puasa Senin atau Kamis karena berpuasa pada hari tersebut maka itu adalah kewenangan Allah.
5. Bagaimana Jika Kita Lupa Jumlah Utang Puasa Ramadhan?
Ada kalanya karena satu dan lain hal, seseorang lupa berapa jumlah pasti utang puasa Ramadhan-nya. Lalu bagaimana cara bayar utang puasa Ramadhan tersebut?
Utang puasa Ramadhan sebanyak apapun itu wajib diqadha karena hukum puasa Ramadhan itu wajib. Selagi puasa wajib itu belum ditunaikan, maka kewajiban itu masih menjadi tanggungannya.
Qadha puasa Ramadan dilakukan sesuai jumlah hari puasa yang ditinggalkan. Jika seseorang lupa dengan jumlah hari yang ditinggalkan, akan lebih baik untuk memakai jumlah maksimum. Dengan demikian, puasa yang mesti dibayarkan tidak akan kurang.
Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami menyarankan agar orang yang lupa jumlah utang puasanya hendaknya memperbanyak puasa sunah dengan niat meng-qadha utang puasa Ramadhan. Jika qadha puasa wajibnya selesai dan ia terus meng-qadha puasanya, maka puasa selebihnya bernilai pahala puasa sunnah.
6. Bagaimana Jika Seseorang Meninggal tetapi Masih Memiliki Utang Puasa?
Jika orangtua sudah meninggal sebelum mengqadha puasa, maka anak-anaknya dianjurkan untuk mengganti sejumlah hari yang ditinggalkan.
Nabi Muhammad saw. bersabda, “Barangsiapa meninggal dunia padahal ia berutang puasa, maka walinyalah yang berpuasa untuknya” (Muttafaq Alaih).
Bacaan, Niat dan Tata Cara Qadha Puasa Ramadhan
Niat qadha puasa Ramadan sendiri, dibaca pada malam hari seperti ketika mengerjakan puasa Ramadhan, dengan lafal bahasa Arab sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.
Artinya, “Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadan esok hari karena Allah Ta’ala.”
Nah, setelah mengetahui hukum mengqadha puasa Ramadhan di atas, semoga Parents tidak kebingungan lagi perihal tata cara bayar utang puasa Ramadhan. Meskipun kita diberi kelonggaran dalam mengqadha, sebaiknya utang puasa dibayar sesegera mungkin karena tidak ada yang bisa mengira umur manusia kecuali Allah SWT.
Sumber: Dalam Islam, NU Online
Baca juga:
Beragam penyakit yang rentan terjadi saat puasa, waspada ya Parents!
Daftar makanan yang sehat & tidak sehat untuk berbuka puasa!
Ramadhan tiba, ajarkan 7 makna puasa ini pada si kecil, yuk!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.