Apakah Parents terbiasa memukul anak jika dirinya melakukan kesalahan? Hati-hati! Orang tua harus menyadari dampak dan bahaya memukul anak sebelum terlambat. Hentikan kebiasaan buruk tersebut sekarang juga ya, Parents.
Selain menciptakan trauma, kemungkinan besar anak akan menjadi pelaku kekerasan pada teman mainnya.
Atau yang lebih buruk, bahaya memukul anak diwariskan kepada keturunannya nanti. Tentu Anda tidak mau hal ini terjadi, bukan?
Simak apa saja bahaya memukul anak, karena pada dasarnya kekerasan bukanlah jawaban dalam menghadapi masalah dengan anak.
Artikel Terkait: Marak Terjadi Kekerasan pada Anak, Kenali Tanda-Tanda yang Muncul Jika Anak Mengalaminya
Daftar isi
Apa Saja Bahaya atau Dampak Memukul Anak?
1. Menciptakan Tradisi Kekerasan Berulang
Masa kanak-kanak adalah masa ketika seseorang meniru semua yang dilakukan orang dewasa.
Bila Anda terbiasa memukul anak saat marah, jangan heran jika kelak melihatnya melakukan hal sama pada adiknya.
Kebiasaan orang tua memukul akan menciptakan persepsi dalam diri anak, bahwa kekerasan boleh saja dilakukan. Sehingga, dia akan bersikap agresif dan memiliki kecenderungan memukul teman sebaya saat ada masalah.
Lebih daripada itu, anak juga akan mengadopsi metode kekerasan saat dirinya dewasa dan menjadi orang tua.
Mungkin Anda bermaksud baik dengan memukul anak, atau tidak terlalu keras saat memukulnya.
Namun, yang akan diingat anak adalah kekerasan bisa dijadikan alat untuk mengungkapkan emosi.
Akibatnya, dia bisa melakukan hal sama kepada orang lain.
Sadari hal ini, dan hentikan kebiasaan memukul anak dengan alasan apapun juga.
Selain pukulan, kekerasan verbal seperti bentakan, teriakan atau ancaman pada anak jika dia tidak berkelakuan baik juga sama buruknya.
Hal ini akan memberi kesan bahwa anak tidak cukup berharga untuk dicintai orang tuanya sendiri.
2. Merendahkan Nilai Diri Anak
Citra diri anak dibangun dari persepsi orang lain tentang dirinya. Apabila dia terbiasa dipukul oleh orang tua, dia akan merasa dirinya lemah dan tak berdaya.
Bahkan di dalam keluarga yang penuh cinta sekalipun, kekerasan kecil seperti tamparan di bokong, atau pukulan dengan penggaris di telapak tangan, akan membuat anak memiliki persepsi ganda terhadap citra dirinya di mata orang tua.
Di satu sisi, orang tua terlihat mencintainya, dengan memenuhi segala kebutuhannya.
Namun di sisi lain, kekerasan yang dilakukan orang tua juga menorehkan luka batin yang tidak akan sembuh dalam waktu lama.
Hal ini akan menimbulkan kebingungan dalam diri anak, sehingga dia tidak bisa menentukan nilai dirinya sendiri.
Apakah dia seseorang yang disayangi, atau seseorang yang bisa disakiti jika melakukan kesalahan kecil?
Bila sejak kecil dia terbiasa menerima kekerasan dari orang tua, anak akan sulit membela dirinya dari bullying ketika dewasa.
3. Menurunkan Nilai Anda sebagai Orang Tua
Seringkali, aksi memukul atau membentak anak membuat orang tua dihantui perasaan bersalah.
Bahkan, terkadang muncul juga perasaan gagal menjadi orang tua, karena tidak bisa mengendalikan emosi saat berhadapan dengan anak.
Namun, karena tidak tahu apalagi yang harus dilakukan, orang tua akhirnya melakukan hal tersebut berulang-ulang.
Orang tua adalah sosok orang yang dicintai, dihormati dan dipercaya oleh anak. Bukan ditakuti.
Apabila anak sering menerima kekerasan dari orang tua, rasa hormat yang ia miliki pada ayah atau ibunya lama-lama akan terkikis. Hingga timbul perasaan benci pada orang tua sendiri.
Selain itu, kekerasan juga merusak hubungan orang tua-anak. Memberi jarak dalam sebuah hubungan yang seharusnya berlandaskan cinta dan kasih sayang.
Artikel Terkait: Penyanyi Kelly Clarkson Memukul Anak untuk Mendisiplinkan Mereka, Ini Alasannya!
4. Menimbulkan Kasus KDRT yang Lebih Buruk
Seperti kita tahu, ungkapan bahwa anak kecil semakin dilarang semakin dilakukan.
Apabila setiap kesalahan yang diperbuat anak diberi hukuman kekerasan, berapa banyak kekerasan yang akan Anda lakukan padanya karena tidak patuh?
Orang tua yang tidak tahu cara lain membuat anak menjadi patuh, akhirnya akan jatuh pada kebiasaan menghukum dengan kekerasan.
Awalnya hanya membentak, lalu tamparan di tangan, lalu pukulan di bokong. Hingga sabetan penggaris di punggung.
Tentunya Anda tidak mau menjadi orang tua yang melakukan kekerasan pada anak dan membuatnya menjadi trauma.
5. Memukul Tidak Membuat Anak Menjadi Lebih Disiplin
Menjadikan pukulan sebagai hukuman untuk mendisiplinkan anak, tidak akan mengubah perilaku anak menjadi lebih baik, justru malah sebaliknya. Anak akan cenderung membangkang.
Prinsip perilaku yang baik adalah anak akan melakukan hal yang benar jika dia merasa dirinya benar.
Kekerasan dalam bentuk apapun akan membuat anak merasa ada yang salah di dalam dirinya. Sehingga hal ini pun tercermin dari perilakunya.
Jadi, hentikan kebiasaan memukul sebagai hukuman dalam mendisplinkan anak.
Artikel Terkait: 5 Cara Mendisiplinkan Anak Tanpa Harus Memukul
6. Memukul Menciptakan Amarah dalam Diri Anak dan Orang Tua
Anak-anak belum bisa berpikir rasional seperti orang dewasa, dan persepi anak-anak sangatlah berbeda dari orang tua.
Orang tua bisa saja berpikir bahwa pukulan adalah hukuman yang pantas bagi anak.
Namun, yang dirasakan anak adalah ketidakadilan, penghinaan, hingga perasaan tidak dihargai sebagai manusia.
Dampaknya, anak akan menjaga jarak dari orang yang memukulnya. Juga dari orang lain karena ia merasa tidak ada yang bisa mengerti perasaannya sebagai manusia. Sehingga dia akan sulit bersosialisasi akibat amarah terhadap dunia yang mengendap di dalam dirinya.
Sedangkan pada orang tua, dia akan merasa sudah bisa melepaskan diri dari amarah. Dengan cara melampiaskannya kepada anak.
Hal ini bisa menjadi candu, yang membuat orangtua mengulangi hal tersebut. Cobalah cara lain dalam melepaskan amarah Anda, jangan biarkan anak menjadi korban.
7. Pukulan Membawa Kenangan Buruk
Anak yang sering dipukul orang tuanya, atau diberi hukuman dalam bentuk kekerasan lain akan memiliki luka hati yang sulit disembuhkan.
Dia akan mengenang masa kecilnya sebagai hal traumatis dan tidak menyenangkan.
Kenangan buruk saat dihukum orang tua, akan menutupi kenangan indah yang ia miliki. Terutama, jika kenangan indah tersebut hanya sedikit.
Hal ini karena kecenderungan manusia untuk mengingat hal yang buruk dibandingkan hal baik.
Berusahalah membuat kenangan indah sebanyak mungkin dengan anak, dan bukan kenangan buruk yang bisa menghantuinya seumur hidup.
8. Bahaya Memukul Anak dalam Jangka Panjang
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui bahaya memukul anak jangka panjang, hasilnya:
- Anak yang terbiasa dipukul, tumbuh menjadi orang egois dan antisosial. Dia bisa melegalkan kekerasan dalam mengungkapkan emosi saat menjadi remaja dan dewasa.
- Gangguan psikologis pada anak yang jarang dipuji, dan lebih sering mendapat kekerasan baik secara verbal maupun fisik.
- Studi pada 679 responden menerima pemukulan sebagai cara mendisiplinkan anak. Hasilnya, responden berencana untuk melakukan hal yang sama pada anaknya nanti.
- Anak yang terbiasa dipukul akan menunjukkan perilaku agresif pada kerabatnya.
- Orang dewasa yang sering dipukul ketika remaja oleh orangtuanya, cenderung melakukan KDRT pada pasangan 4 kali lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak pernah dipukul orangtuanya.
- Banyak orang tua yang dulunya mengalami kekerasan saat kecil, melakukan kekerasan yang sama pada anaknya hingga menyebabkan cedera serius pada anak.
- Kebanyakan pelaku kriminal adalah mereka yang kekerasan berlebihan dalam bentuk pendisiplinan.
9. Pukulan Tidak Akan Membuat Perilaku Anak Menjadi Lebih Baik
Apapun alasannya, kekerasan tidak akan membuat anak menjadi anak baik dalam waktu sekejap.
Pukulan yang diterima anak, akan menciptakan jurang antara anak dan orangtua.
Juga menimbulkan masyarakat yang tidak ramah anak.
Tips Mendisiplinkan Anak Tanpa Harus Memukul
Anak berhak untuk tumbuh di lingkungan yang membuatnya sehat secara mental maupun fisik.
Hentikan kebiasaan memberi pukulan saat anak berbuat nakal, atau sebagai cara untuk mendisiplinkan mereka.
Selain itu, banyak penelitian yang telah membuktikan, kekerasan tidak akan berhasil menciptakan kebaikan. Terutama kasusnya pada kekerasan terhadap anak.
Alih-alih menegur anak dengan cara memukul, Parents bisa mengubahnya dengan cara menerapkan pola disiplin positif.
Artinya, dibandingkan memberinya hukuman, akan lebih baik dan bijak jika kita memberinya pemahaman mengenai konsekuensi.
Berikut beberapa langkah yang bisa Parents terapkan untuk menumbuhkan sikap disiplin positif pada anak tanpa kekerasan:
- Mengenalkan perilaku disiplin dengan menerapkan rutinitas sejak dini.
- Selalu diskusikan setiap aturan dan kesepakatan yang dibuat antara Anda dan si kecil untuk kebaikan bersama.
- Kenalkan anak pada konsekuensi. Ketika anak berbuat suatu hal yang tidak baik, beri tahu konsekuensinya.
- Saat anak berbuat salah, jangan langsung marah-marah apalagi memberinya hukuman berupa pukulan. Tanyakan mengapa ia berbuat demikian, kemudian tegaslah padanya dalam memberikan konsekuensi atas perbuatannya. Jadi, bukan menyudutkan si kecil.
Artikel Terkait: Balita Kasar dan Suka Memukul Anak yang Lebih Kecil, Salah Siapa?
Itulan dampak atau bahaya memukul anak yang perlu Anda ketahui. Jadi, jangan lagi memukul anak ya, Parents.
***
Baca juga:
6 Jenis Kekerasan Emosional pada Anak yang Dilakukan Orangtua Narsis
Penelitian: Memukul Anak Sebagai Hukuman, Berdampak Buruk Pada Perkembangan Mental dan IQ Mereka