9 Bahaya Memukul Anak, Hati-hati Sebabkan Trauma

Bahaya memukul anak bisa menimbulkan trauma, bahkan kekerasan berulang pada generasi berikutnya. Ini solusinya!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Apakah Anda terbiasa memukul anak jika dirinya melakukan kesalahan? Hati-hati! Orangtua harus menyadari dampak dan bahaya memukul anak sebelum terlambat. Hentikan kebiasaan buruk tersebut sekarang juga. 

Selain menciptakan trauma, kemungkinan besar anak akan menjadi pelaku kekerasan pada teman mainnya. Atau yang lebih buruk, bahaya memukul anak diwariskan kepada keturunannya nanti. Tentu Anda tidak mau hal ini terjadi bukan?

Simak apa saja bahaya memukul anak, agar Anda sadar bahwa kekerasan bukanlah jawaban dalam menghadapi masalah dengan anak.

Apa Saja Bahaya atau Dampak Memukul Anak?

1. Menciptakan Tradisi Kekerasan Berulang

Masa kanak-kanak adalah masa ketika seseorang meniru semua yang dilakukan orang dewasa. Bila Anda terbiasa memukul anak saat marah, jangan heran jika kelak melihatnya melakukan hal  sama pada adiknya.

Kebiasaan orangtua memukul akan menciptakan persepsi dalam diri anak, bahwa kekerasan boleh saja dilakukan. Sehingga dia akan bersikap agresif, dan memiliki kecenderungan memukul teman sebaya saat ada masalah. Lebih daripada itu, anak juga akan mengadopsi metode kekerasan saat dirinya dewasa dan menjadi orangtua.

Mungkin Anda bermaksud baik dengan memukul anak, atau tidak terlalu keras saat memukulnya. Tapi, yang akan diingat anak adalah kekerasan bisa dijadikan alat untuk mengungkapkan emosi. Akibatnya, dia bisa melakukan hal sama kepada orang lain.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sadari hal ini, dan hentikan kebiasaan memukul anak dengan alasan apapun juga.

Selain pukulan, kekerasan verbal seperti bentakan, teriakan atau ancaman pada anak jika dia tidak berkelakuan baik juga sama buruknya. Hal ini akan memberi kesan bahwa anak tidak cukup berharga untuk dicintai orangtuanya sendiri.

2. Merendahkan Nilai Diri Anak

Citra diri anak dibangun dari persepsi orang lain tentang dirinya. Apabila dia terbiasa dipukul oleh orangtua, dia akan merasa dirinya lemah dan tak berdaya.

Bahkan di dalam keluarga yang penuh cinta sekalipun, kekerasan kecil seperti tamparan di bokong, atau pukulan dengan penggaris di telapak tangan, akan membuat anak memiliki persepsi ganda terhadap citra dirinya di mata orangtua.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Di satu sisi orangtua terlihat mencintainya, dengan memenuhi segala kebutuhannya. Namun di sisi lain, kekerasan yang dilakukan orangtua juga menorehkan luka batin yang tidak akan sembuh dalam waktu lama.

Hal ini akan menimbulkan kebingungan dalam diri anak, sehingga dia tidak bisa menentukan nilai dirinya sendiri. Apakah dia seseorang yang disayangi, atau seseorang yang bisa disakiti jika melakukan kesalahan kecil? 

Bila sejak kecil dia terbiasa menerima kekerasan dari orangtua, Anak akan sulit membela dirinya dari bullying ketika dewasa.

3. Menurunkan Nilai Anda sebagai Orangtua

Seringkali, aksi memukul atau membentak anak membuat orangtua dihantui perasaan bersalah. Bahkan terkadang muncul perasaan gagal menjadi orangtua, karena tidak bisa mengendalikan emosi saat berhadapan dengan anak. Namun, karena tidak tahu apalagi yang harus dilakukan, orangtua akhirnya melakukan hal tersebut berulang-ulang.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Orangtua adalah sosok orang yang dicintai, dihormati dan dipercaya oleh anak. Bukan ditakuti. Apabila anak sering menerima kekerasan dari orangtua, rasa hormat yang ia miliki pada ayah atau ibunya lama-lama akan terkikis. Hingga timbul perasaan benci pada orangtua sendiri.

Selain itu, kekerasan juga merusak hubungan orangtua-anak. Memberi jarak dalam sebuah hubungan yang seharusnya berlandaskan cinta dan kasih sayang.

4. Menimbulkan Kasus KDRT yang Lebih Buruk

Seperti kita tahu, ungkapan bahwa anak kecil semakin dilarang semakin dilakukan. Apabila setiap kesalahan yang diperbuat anak diberi hukuman kekerasan, berapa banyak kekerasan yang akan Anda lakukan padanya karena tidak patuh?

Orangtua yang tidak tahu cara lain membuat anak menjadi patuh, akhirnya akan jatuh pada kebiasaan menghukum dengan kekerasan. Awalnya hanya membentak, lalu tamparan di tangan, lalu pukulan di bokong. Hingga sabetan penggaris di punggung.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tentunya Anda tidak mau menjadi orangtua yang melakukan kekerasan pada anak dan membuatnya menjadi trauma.

5. Memukul Tidak Membuat Anak Menjadi Lebih Disiplin

Menjadikan pukulan sebagai hukuman untuk mendisiplinkan anak, tidak akan mengubah perilaku anak menjadi lebih baik, justru malah sebaliknya. Anak akan cenderung membangkang.

Prinsip perilaku yang baik adalah : anak akan melakukan hal yang benar jika dia merasa dirinya benar. Kekerasan dalam bentuk apapun akan membuat anak merasa ada yang salah di dalam dirinya. Sehingga hal ini pun tercermin dari perilakunya.

Jadi, hentikan kebiasaan memukul sebagai hukuman dalam mendisplinkan anak.

Artikel terkait: 5 Cara mendisiplinkan anak tanpa harus memukul

6. Memukul Menciptakan Amarah dalam Diri Anak dan Orangtua

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Anak-anak belum bisa berpikir rasional seperti orang dewasa, dan persepi anak-anak sangatlah berbeda dari orangtua. Orangtua bisa saja berpikir bahwa pukulan adalah hukuman yang pantas bagi anak. Namun, yang dirasakan anak adalah ketidakadilan, penghinaan, hingga perasaan tidak dihargai sebagai manusia.

Dampaknya, anak akan menjaga jarak dari orang yang memukulnya. Juga dari orang lain karena ia merasa tidak ada yang bisa mengerti perasaannya sebagai manusia. Sehingga dia akan sulit bersosialisasi akibat amarah terhadap dunia yang mengendap di dalam dirinya.

Sedangkan pada orangtua, dia akan merasa sudah bisa melepaskan diri dari amarah. Dengan cara melampiaskannya kepada anak. Hal ini bisa menjadi candu, yang membuat orangtua mengulangi hal tersebut. Cobalah cara lain dalam melepaskan amarah Anda, jangan biarkan anak menjadi korban.

7. Pukulan Membawa Kenangan Buruk

Anak yang sering dipukul orangtuanya, atau diberi hukuman dalam bentuk kekerasan lain akan memiliki luka hati yang sulit disembuhkan. Dia akan mengenang masa kecilnya sebagai hal traumatis dan tidak menyenangkan.

Kenangan buruk saat dihukum orangtua, akan menutupi kenangan indah yang ia miliki. Terutama, jika kenangan indah tersebut hanya sedikit. Hal ini karena kecenderungan manusia untuk mengingat hal yang buruk dibandingkan hal baik.

Berusahalah membuat kenangan indah sebanyak mungkin dengan anak, dan bukan kenangan buruk yang bisa menghantuinya seumur hidup.

8. Bahaya Memukul Anak dalam Jangka Panjang

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui bahaya memukul anak jangka panjang, hasilnya sungguh mengejutkan:

  • Anak yang terbiasa dipukul, tumbuh menjadi orang egois dan antisosial. Dia bisa melegalkan kekerasan dalam mengungkapkan emosi saat menjadi remaja dan dewasa.
  • Gangguan psikologis pada anak yang jarang dipuji, dan lebih sering mendapat kekerasan baik secara verbal maupun fisik. 
  • Studi pada 679 responden menerima pemukulan sebagai cara mendisiplinkan anak. Hasilnya, responden berencana untuk melakukan hal yang sama pada anaknya nanti.
  • Anak yang terbiasa dipukul akan menunjukkan perilaku agresif pada kerabatnya.
  • Orang dewasa yang sering dipukul ketika remaja oleh orangtuanya, cenderung melakukan KDRT pada pasangan 4 kali lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak pernah dipukul orangtuanya. 
  • Banyak orangtua yang dulunya mengalami kekerasan saat kecil, melakukan kekerasan yang sama pada anaknya hingga menyebabkan cedera serius pada anak. 
  • Kebanyakan pelaku kriminal adalah mereka yang kekerasan berlebihan dalam bentuk pendisiplinan. 

9. Pukulan Tidak Akan Membuat Perilaku Anak Menjadi Lebih Baik

Apapun alasannya, kekerasan tidak akan membuat anak menjadi anak baik dalam waktu sekejap. Pukulan yang diterima anak, akan menciptakan jurang antara anak dan orangtua. Juga menimbulkan masyarakat yang tidak ramah anak. 

Tips Mendisiplinkan Anak Tanpa Harus Memukul 

Anak berhak untuk tumbuh di lingkungan yang membuatnya sehat secara mental maupun fisik. Hentikan kebiasaan memberi pukulan saat anak berbuat nakal, atau sebagai cara untuk mendisiplinkan mereka. Selain itu, banyak penelitian yang telah membuktikan, kekerasan tidak akan berhasil menciptakan kebaikan. Terutama kasusnya pada kekerasan terhadap anak.

Alih-alih menegur anak dengan cara memukul, Parents bisa mengubahnya dengan cara menerapkan pola disiplin positif. Artinya, dibandingkan memberinya hukuman, akan lebih baik dan bijak jika kita memberinya pemahaman mengenai konsekuensi. 

Berikut beberapa langkah yang bisa Parents terapkan untuk menumbuhkan sikap disiplin positif pada anak tanpa kekerasan:

  • Mengenalkan perilaku disiplin dengan menerapkan rutinitas sejak dini. 
  • Selalu diskusikan setiap aturan dan kesepakatan yang dibuat antara Anda dan si kecil untuk  kebaikan bersama. 
  • Kenalkan anak pada konsekuensi. Ketika anak berbuat suatu hal yang tidak baik, beri tahu konsekuensinya. 
  • Saat anak berbuat salah, jangan langsung marah-marah apalagi memberinya hukuman berupa pukulan. Tanyakan mengapa ia berbuat demikian, kemudian tegaslah padanya dalam memberikan konsekuensi atas perbuatannya. Jadi, bukan menyudutkan si kecil.  

Itulan dampak atau bahaya memukul anak yang perlu Anda ketahui. Jadi, jangan lagi memukul anak ya, Parents.

 

Baca juga:

Kekerasan Terhadap Anak – Anda pun Bisa Jadi Pelakunya!

6 Jenis Kekerasan Emosional pada Anak yang Dilakukan Orangtua Narsis

Penelitian: Memukul Anak Sebagai Hukuman, Berdampak Buruk Pada Perkembangan Mental dan IQ Mereka

Penulis

Aulia Trisna