Kekerasan tidak hanya berbentuk fisik seperti pemukulan, ada bentuk kekerasan lain yang dampaknya lebih merugikan, yakni kekerasan emosional. Kekerasan emosional pada anak terjadi saat orangtua ingin agar anak selalu bergantung padanya, sehingga menggunakan segala cara agar anak tidak berpaling ke orang lain.
Siapa yang sering melakukan kekerasan emosional terhadap anak?
Selain bullying secara verbal di sekolah, anak bisa mendapatkan kekerasan emosional dari orangtua. Yang sering melakukan hal ini adalah tipe orangtua narsis, yang selalu ingin agar anak dekat dengannya, dan selalu bergantung padanya.
Orangtua narsis memiliki watak obsesif, posesif dan manipulatif. Ia melakukan segala cara agar anak tidak bisa mandiri, sehingga selalu bergantung pada orangtua.
Orangtua narsis juga seringkali memaksakan obsesi atau impian pribadinya terhadap anak, memaksa anak berperilaku dan berpenampilan sesuai keinginannya. Sehingga anak tidak memiliki kebebasan untuk menentukan apa yang ia sukai dan apa yang ia tidak sukai.
Jenis-jenis kekerasan emosional yang dilakukan orangtua narsis
Kekerasan emosional bisa berpengaruh buruk terhadap perkembangan mental anak, sehingga lebih baik dihindari. Mengacu pada The Minds Journal, berikut ini adalah 6 jenis kekerasan emosional yang sering dilakukan oleh orangtua narsis.
1. Penolakan
Orangtua narsis yang menampakkan perilaku penolakan terhadap anak, seringkali secara sadar atau tidak sadar membuat anak merasa bahwa dirinya tidak diinginkan. Parahnya lagi, tidak hanya dengan satu cara namun dengan berbagai macam cara.
Bersikap merendahkan anak, atau mengacuhkan kebutuhannya adalah salah satu tipe kekerasan emosional yang mungkin terjadi. Contoh lainnya ialah, menyuruh anak pergi, atau lebih parah lagi, memintanya enyah dari hadapan orangtua.
Memanggilnya dengan nama-nama yang tak pantas, mengatakan bahwa ia tidak berguna, menjadikan anak sebagai kambing hitam, atau menyalahkan dia atas masalah yang terjadi pada saudaranya atau masalah keluarga. Semua hal tersebut adalah kekerasan emosional yang sangat menyakitkan bagi anak.
Menolak untuk bicara atau memeluk anak yang masih kecil saat ia tumbuh, juga bisa dikategorikan sebagai kekerasan. Berikut adalah rincian perilaku penolakan yang bisa berdampak buruk bagi perkembang mental anak.
- Kritik yang diberikan secara terus menerus
- Memanggil dengan nama buruk
- Mengatakan pada anak bahwa dia jelek
- Membentak atau mengutuk anak
- Terus-terusan merendahkan anak, seperti menjulukinya bodoh atau idiot
- Candaan yang merendahkan
- Mengucapkan kata-kata yang mempermalukan anak di depan orang lain
- Menggoda anak mengenai penampilan fisik, atau berat badannya
- Menyatakan penyesalan karena anak tidak terlahir dengan jenis kelamin yang berbeda
- Menolak untuk memeluk atau menunjukkan sikap penuh kasih sayang
- Dengan sengaja meninggalkan anak sendirian di rumah, atau di tengah keramaian
- Tidak mengikutsertakan anak dalam aktivitas keluarga
- Memperlakukan anak yang sudah besar (remaja atau dewasa muda) seperti anak kecil
- Mengucilkan anak dari keluarga
- Tidak mengijinkan anak membuat keputusan sendiri yang masuk akal
2. Mengabaikan anak/orangtua bersikap acuh
Orang dewasa yang memiliki masalah pada pemenuhan emosi, seringkali tidak mampu merespon kebutuhan emosional anak. Mereka tidak bisa menunjukkan keterikatan yang baik atau memberikan pengasuhan yang positif.
Mereka akan menunjukkan sikap tak tertarik pada sang anak, atau menahan kasih sayang mereka. Atau bahkan gagal untuk mengenali kehadiran anak mereka sendiri.
Seringkali, orangtua hanya hadir secara ragawi, namun secara emosional mereka tidak ada. Mereka tidak bisa merespon atau berinteraksi dengan anak, secara terus menerus. Hal ini merupakan kekerasan terhadap emosional dan psikologis anak.
Berikut ini adalah contoh perilaku pengabaian terhadap anak.
- Tidak merespon perilaku spontan balita saat berada di kegiatan sosial
- Enggan menunjukkan perhatian pada momen penting dalam kehidupan anak
- Tidak peduli pada kegiatan sekolah anak, teman-temannya, dan lain-lain
- Menolak untuk membicarakan aktifitas anak dan juga hal-hal yang menarik bagi anak
- Merencanakan liburan atau kegiatan lain tanpa mengikutsertakan anak
- Tidak menerima anak sebagai keturunan
- Enggan memberikan perawatan kesehatan yang dibutuhkan anak seperti perawatan gigi dan sebagainya.
- Tidak melibatkan diri pada keseharian anak
- Gagal melindungi anak
Mengabaikan anak dan menolak terlibat dalam kesehariannya adalah salah satu bentuk kekerasan emosional
3. Membuat anak menjadi gentar/memberikan teror pada anak
Orangtua yang menggunakan ancaman, bentakan, atau mengucapkan kata-kata kasar seperti mengutuk atau sumpah serapah, semua itu akan memberikan dampak serius yang merusak pada psikologis anak.
Mengancam, mengkritik, menghukum anak hanya karena anak menunjukkan emosi yang normal, adalah tindak kekerasan yang tidak dapat diterima. Meski dikeluarkan dalam bentuk kelakar, bisa membuat anak ketakutan dan terintimidasi. Inilah kekerasan emosional terburuk.
Mereka yang menyaksikan atau mendengar kekerasan yang terjadi di dalam sebuah rumah, namun tidak melakukan apapun, juga bisa dianggap sebagai pelaku.
Diantara teror yang bisa membuat anak menjadi gentar dan ketakutan ada di bawah ini:
- Menggoda anak secara berlebihan
- Berteriak, membentak, mengeluarkan sumpah serapah atau menakut-nakuti
- Respon yang tidak terduga dan berlebihan pada perilaku anak
- Ancaman verbal yang ekstrim, seperti akan membuang anak, mengancam akan menghancurkan benda favorit anak, mengancam membunuh peliharaan kesayangannya, mengancam mengusir anak dari rumah
- Amukan marah yang berganti-ganti dengan sikap hangat
- Mencaci maki anggota keluarga di depan anak, atau anak bisa mendengarnya dari ruangan lain
- Memaksa anak menonton tayangan tak manusiawi
- Membuat tuntutan-tuntutan yang tidak konsisten pada anak
- Menampakkan emosi yang berubah-ubah di depan anak
- Mempermalukan anak di depan publik
Sebuah survei melalui telepon pada tahun 1995 menyatakan bahwa saat usia anak mencapai 2 tahun, 90% keluarga telah menggunakan satu atau dua bentuk serangan psikologis pada 12 bulan belakangan.
4. Mengasingkan anak
Orangtua yang melakukan kekerasan dengan cara pengasingan, anak tidak akan diperbolehkan terlibat dalam kegiatan apapun dengan teman sebayanya. Mengurung bayi di kamar, tidak memberinya rangsangan apapun yang bisa membantu pertumbuhannya.
Mencegah anak remaja untuk ikut kegiatan ekstrakurikuler. Mengharuskan anak tetap berada di kamar sejak pulang sekolah hingga keesokan harinya, membatasi asupan makanannya. Atau memaksa anak mengasingkan diri dengan cara menjauhkannya dari teman dan keluarga.
Hal-hal seperti ini bisa sangat merusak dan dianggap sebagai kekerasan emosional, bergantung pada situasi dan tingkat keparahan.
Mengasingkan anak dari dunia luar juga merupakan saah satu bentuk kekerasan emosional
Perilaku dan sikap berikut ini termasuk dalam kategori pengasingan, yang menjadi kekerasan emosional terhadap anak.
- Meninggalkan anak sendirian dalam waktu lama
- Menjauhkan anak dari keluarga
- Tidak membolehkan anak memiliki teman, ataupun berinteraksi dengan anak lain
- Memastikan anak memiliki sikap dan penampilan berbeda dari rekan sebayanya
- Menuntut untuk belajar atau melakukan tugas secara berlebihan
- Mencegah anak berpartisipasi dalam kegiatan di luar rumah
- Menghukum anak karena dia mengikuti kegiatan sosial bersama teman
4. Memberi pengaruh buruk pada anak
Orangtua yang memberi pengaruh buruk pada anak dengan memperlihatkan kepada mereka perilaku buruk seperti mengonsumsi alkohol, narkoba, sikap buruk pada binatang, memperlihatkan konten seksual yang tidak pantas, atau terlibat dalam tindakan kriminal seperti mencuri, penyerangan, judi, dan lain-lain.
Mendorong anak yang masih di bawah umur untuk melakukan hal-hal terlarang adalah kekerasan, dan harus dilaporkan kepada polisi. Berikut adalah pengaruh buruk orangtua yang dikategorikan kekerasan emosional.
- Memuji atau memberi hadiah saat anak melakukan bullying atau perilaku melecehkan kepada orang lain, mencuri, atau berbohong. Juga saat anak melakukan kegiatan seksual atau kekerasan
- Mengajarkan anak untuk bersikap rasis, bias etnik dan fanatik terhadap suku atau agama sendiri
- Mendorong anak untuk bersikap kasar saat melakukan kegiatan olahraga bersama teman
- Memberi anak narkoba, alkohol dan barang ilegal lainnya
6. Eksploitasi
Eksploitasi anak bisa berbentuk manipulasi atau aktifitas yang dipaksakan, tanpa mempedulikan kebutuhan anak untuk berkembang. Contohnya, meminta anak berumur 8 tahun untuk bertanggung jawab menyiapkan makan malam keluarga, hal ini tidak patut dilakukan.
Memberi tanggung jawab pada anak melebihi kemampuan dan usianya, atau menggunakan anak untuk mendapatkan keuntungan. Hal ini disebut kekerasan. Berikut adalah bentuk eksploitasinya.
- Mengharapkan anak kecil dan balita untuk tidak menangis adalah keliru
- Marah saat balita tidak bisa berkembang sesuai umurnya termasuk kekerasan emosional
- Menuntut anak untuk menjaga adiknya yang lebih kecil, atau malah merawat orangtuanya
- Menyalahkan anak atas perilaku salah yang dilakukan saudaranya
- Memberi tanggung jawab yang tidak masuk akal pada anak
- Mengharapkan anak menjadi tulang punggung keluarga
- Mendukung anak untuk berpartisipasi dalam pornografi
- melakukan kekerasan seksual pada anak atau remaja
***
Itulah keenam jenis kekerasan emosional yang dilakukan terhadap anak, bila Anda secara tak sadar telah melakukannya, segera hentikan. Bila melihat tetangga atau orang terdekat melakukannya, laporkan.
Anak berhak untuk tumbuh dengan perasaan bebas, mandiri, dan merasa dicintai. Bila sejak dini ia telah menerima kekerasan baik secara emosional maupun fisik, perkembangan mentalnya akan terganggu, dan ia bisa menjadi orang berperilaku buruk di masa depan.
Mari, stop kekerasan pada anak dengan cara apapun.
Baca juga:
Kekerasan Terhadap Anak – Anda pun Bisa Jadi Pelakunya!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.