Parents, penerapan disiplin positif kepada anak perlu Anda lakukan. Pasalnya, kedisplinan merupakan suatu hal yang si kecil butuhkan. Hal ini bisa menumbuhkan kemandirian dalam diri anak yang akan dibawa dan bermanfaat ketika dewasa.
Selain menumbuhkan sikap mandiri, disiplin secara umum juga punya banyak manfaat, lo. Beberapa manfaat yang bisa didapatkan oleh si kecil dengan memiliki sikap ini di antaranya:
- Melatih ia mandiri
- Membangun rasa percaya dirinya
- Membantu ia lebih fokus
- Dapat membuat anak menjadi pribadi yang menghargai waktu
- Membuat anak lebih bahagia dan tubuh menjadi lebih sehat
Nah, ada banyak, ya, ternyata manfaat dari sikap disiplin pada anak. Namun, mengajarkan perilaku disiplin pada anak itu agaknya susah-susah gampang. Terutama jika sang buah hati masih terbilang kecil dan tengah berada di fase memberontak.
Lantas, bagaimana cara menumbuhkan disiplin pada anak secara tepat? Untuk mengetahui jawabannya, yuk, simak ulasan berikut ini.
Penerapan Disiplin Positif kepada Anak yang Bisa Parents Lakukan
Beberapa waktu lalu, Komunitas theAsianparent Indonesia menggelar sesi Kuliah Telegram (Kulgram) seru bersama Syafitri, Pelatih Pendidikan Keluarga dari Komunitas Keluarga Kita. Di sana, dibahas tentang disiplin positif dan penerapan bijaknya yang bisa Parents ajarkan kepada anak.
Menurut Syafitri, disiplin positif itu merupakan cara orang tua dalam menumbuhkan kemampuan anak, serta memberikan kesempatan kepada mereka untuk mencapai hal tersebut sejak dini.
Maka dari itu, dalam menumbuhkan sikap disiplin kepada anak, kita sebagai orang tua juga perlu mengetahui sifat dan tahapan perkembanganya berdasarkan usia.
Syafitri juga mengungkap, “Sebagai orang tua, tentunya kita tidak akan bisa selamanya hadir untuk mendampingi anak. Maka, karakter disiplin dan kemandirian perlu diterapkan padanya. Ini bisa dimulai dengan mengenali lagi anak kita.”
“Seperti apa sifafnya, serta kira-kira dia sedang ada di tahap perkembangan yang seperti apa? Sehingga, kita nantinya bisa memberikan respons tepat dan cara pengasuhan yang sesuai dengan keunikan dari anak kita,” ungkap perempuan yang akrab disapa Sisi ini.
Dalam penerapan disiplin positif sendiri, komunikasi merupakan kunci utama. Apabila tidak terjadi komunikasi efektif antara orang tua dan anak, maka yang ada hanyalah pola pendisiplinan satu arah. Entah anak jadi objek yang dikendalikan, anak tidak bisa bebas berpendapat, atau bahkan menjadi tidak berdaya.
“Ada banyak cara untuk mencitai anak dengan lebih baik, yaitu menanam karakter disiplin padanya secara positif. Caranya, adalah dengan mengajarkan anak disiplin menggunakan konsep konsekuensi, bukan hukuman,” lanjut Sisi.
Perbedaan Hukuman dengan Konsekuensi
Hukuman dan konsekuensi merupakan dua tindakan berbeda. Dari kata dasarnya sendiri, hukuman agaknya terdengar lebih negatif dibandingkan dengan konsekuensi. Hal ini juga ternyata selaras dengan cara kerja dari kedua aktivitas tersebut.
Hukuman yang diberikan kepada anak umumnya akan lebih banyak membawa dampak negatif. Anak jadi ketakutan, tidak berdaya, menjadi merasa bersalah, dan ia akan terus bergantung pada pemberi hukuman.
Dengan diberlakukannya hukuman, anak juga jadi cenderung bertindak atau melakukan sesuatu bukan berdasarkan kemauan dan kesadarannya. Melainkan ia takut mendapat hukuman.
Berbeda dengan konsekuansi. Ini lebih ke arah situasi yang berdampak pada seseorang akibat perilaku atau keputusannya sendiri.
Foto: Pantip.com
“Alih-alih hukuman, kita bisa mengajarkan anak konsep konsekuensi. Hal ini dimaksudkan untuk membuat anak mejadi sadar akan adanya akibat langsung dari tindakannya. Harapannya, ia jadi akan termotivasi secara alami untuk membuat pilihan yang baik dan berperilaku benar,” ungkap Sisi.
Selain itu, menurut Sisi, dengan menerapkan konsekuensi, orang tua juga jadi tidak dipandang sebagai pihak otoriter yang membalas perilaku tidak baik anak dengan cara menyakiti. Namun, bisa menjadi sebagai tempat nyaman untuk ia belajar dari kesalahan.
Secara jangka panjang, penerapan konsekuensi juga bermanfaat untuk membantu anak mandiri, mengajarkan anak bertanggung jawab, serta menumbuhkan penghargaan pada diri sendiri.
Syarat Menerapkan Konsekuensi
Ada beberapa hal atau syarat yang perlu Parents tahu. Hal ini dilakukan agar makna konsekuensi sendiri tidak dikaburkan atau berbenturan dengan hukuman. Untuk menerapkan konsekuensi pada anak, syaratnya adalah:
- Konsekuensi perlu berhubungan dengan kesalahan anak, jangan memberikan konsekuensi yang sama sekali tidak mendasar.
- Pemberian konsekuensi juga perlu masuk akal. Artinya, Parents perlu menyesuaikan konsekuensi berdasarkan usia. Misalnya, untuk balita, mereka juga perlu dibantu untuk diberikan contoh cara mengerjakannya.
- Konsekuensi harus memberikan pengalaman belajar pada anak, dari anak tidak paham menjadi paham.
- Menjaga harga diri anak. Konsekuensi diberikan tanpa membentak, memaki, apalagi berkata kasar. Hindari juga menyebut kesalahan anak secara berulang terutama kepada orang lain. Ini akan menjadi pengalaman memalukan dan traumatis pada anak nantinya.
Keempat syarat tersebut merupakan bagian dari penerapan disiplin positif pada anak. Dalam penerapannya sendiri memang tidak mudah, Parents. Namun, tentunya hal ini bukanlah hal mustahil yang bisa dilakukan. Jika dilakukan secara benar, sabar, dan penuh cinta, maka anak juga akan paham dengan sendirinya dan sikap disiplin pun bisa tertanam padanya secara alami.
“Penerapan disiplin positif itu sifatnya dua arah. Minta dan dengarkan feedback dari anak. Bangun ikatan emosional yang sehat dengan mereka. Ingat, raising childern, raising ourselves. Mengasuh anak juga merupakan bagian dari proses orang tua bertumbuh,” pungkas Sisi.
***
Baca juga:
5 Tahapan Penting Psikologi Anak, Bagaimana Parents Harus Menghadapinya?
15 Ciri-Ciri Anak Indigo, Apakah Si Kecil Juga Memilikinya?
Anti Bosan Liburan Sekolah, 5 Hal Ini yang Perlu Parents Siapkan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.