Apakah Parents familier dengan istilah baduta? Baduta adalah istilah untuk menyebut anak di bawah usia 2 tahun. Memiliki baduta dalam keluarga dapat menghabiskan banyak waktu. Mereka bergantung pada orang tua atau pengasuh untuk hampir semua hal, dan mereka berubah hampir setiap hari.
Mereka yang mengasuh bayi dan baduta perlu terus menyesuaikan dan belajar dari anak-anak ketika mereka menemukan hal-hal baru tentang diri mereka sendiri, keluarga mereka, dan dunia di sekitarnya.
Pada tahun-tahun awal ini, ibu, ayah, dan orang dewasa lainnya yang terlibat dalam pengasuhan dapat menetapkan pola keterikatan yang mendalam, kepercayaan, dan hubungan yang kuat melalui cara mereka berinteraksi dengan anak mereka, bagaimana mereka menanggapi perilaku anak, dan bagaimana memperkenalkan bayi dan balita ke dunia di sekitar mereka.
Yuk, kenali apa saja yang perlu orang tua perhatikan seputar pertumbuhan dan perkembangan baduta berikut ini!
Artikel Terkait: 4 Perkembangan Anak Usia 2 Tahun yang Jangan Sampai Parents Abaikan!
Baduta Adalah
Sumber: xFrame
Baduta adalah akronim dari kalimat ‘bawah dua tahun’ yang digunakan untuk menyebutkan kelompok anak balita usia 0-23 bulan.
Mengutip dari website resmi Centers for Disease Control and Prevention (CDC), tahun-tahun awal kehidupan seorang anak sangat penting bagi kesehatan dan perkembangannya di kemudian hari.
Salah satu alasan utamanya adalah seberapa cepat otak tumbuh mulai sebelum lahir dan berlanjut hingga anak usia dini. Meskipun otak terus berkembang dan berubah menjadi dewasa, tahun-tahun pertama dapat membangun fondasi untuk pembelajaran, kesehatan, dan kesuksesan hidup di masa depan seorang anak.
Seberapa baik otak berkembang tergantung pada banyak faktor selain gen. Seperti nutrisi yang diterima anak sejak dari dalam kandungan, paparan racun atau infeksi, hingga pengalaman anak dengan relasi kepada orang lain dan dunia.
Anak-anak dilahirkan siap untuk belajar dan memiliki banyak keterampilan untuk dipelajari selama bertahun-tahun.
Mereka bergantung pada orang tua, anggota keluarga, dan pengasuh lainnya sebagai guru pertama mereka untuk mengembangkan keterampilan yang tepat untuk menjadi mandiri dan menjalani kehidupan yang sehat dan sukses.
Bagaimana otak tumbuh sangat dipengaruhi oleh pengalaman anak berinteraksi dengan orang lain, lingkungan sekitar, dan dunianya.
Faktanya, 80% otak manusia sudah terbentuk pada saat mereka mencapai usia 3 tahun. Oleh karena itu, sebelumnya terutama sejak lahir hingga usia 2 tahun perkembangan otak harus dimaksimalkan.
Perkembangan Baduta
Sumber: xFrame
Beberapa tonggak perkembangan baduta adalah perkembangan fisik, emosional, intelektual, dan sosial. Semua tonggak tersebut harus Parents perhatikan!
Perkembangan Fisik
- Kontrol Tubuh
Anak-anak memulai pencapaian fisik mereka dengan mendapatkan kontrol penuh atas tubuh mereka. Tonggak pertama mereka adalah belajar mengangkat kepala. Sedikit demi sedikit, mereka akan belajar untuk menggerakkan anggota tubuhnya dengan berguling dan duduk (biasanya pada usia enam bulan).
- Bergerak
Setelah mendapatkan kontrol yang lebih baik pada tubuh mereka, bayi akan belajar cara menggerakkan tubuh mereka ke tujuan yang mereka inginkan. Mereka juga belajar tentang keseimbangan, kecepatan, dan lain-lain.
Biasanya pada usia 24 bulan, anak-anak akan belajar merangkak, menarik diri, berjalan sambil berpegangan pada furnitur, berdiri, dan kemudian berjalan dua atau tiga langkah tanpa bantuan.
Pada usia 24 bulan, anak-anak dapat mulai berlari, menendang bola, dan berjalan naik turun tangga sambil memegang tangan seseorang.
Perkembangan Emosional
- Komunikasi
Mulai dari bayi, mereka belajar bagaimana melakukan senyum sosial sebagai bagian dari tonggak perkembangan emosional mereka.
Anak-anak tersenyum dan tertawa ketika mereka menginginkan sesuatu. Mereka menoleh, memejamkan mata, atau menangis ketika mereka tidak menyukai atau menginginkan sesuatu.
Menangis adalah sarana komunikasi utama ketika kebutuhan bayi dan balita tidak terpenuhi. Menangis pada usia balita adalah bukan tanda dari perilaku buruk atau manipulasi, melainkan murni cara mereka berkomunikasi atau menyampaikan sesuatu.
- Mengelola Emosi Mereka
Anak-anak kecil belajar mengelola emosi mereka melalui cara pengasuhan orang dewasa dan orang lain yang menanggapi mereka secara positif, dapat diandalkan, dan menunjukkan bahwa mereka menikmati kebersamaan.
Perkembangan Intelektual
- Eksplorasi
Bayi dan balita belajar dengan mengeksplorasi menggunakan tangan dan mulut mereka. Ini juga disebut dengan fase oral. Mereka akan membenturkan, melempar, menjatuhkan, mengocok, dan memasukkan barang ke dalam mulut mereka untuk memahami sesuatu.
Selama tahun keduanya, balita lebih banyak bergerak, dan sadar akan siapa diri mereka sendiri dan sekitarnya. Seiring bertambahnya usia bayi, keinginan mereka untuk mengeksplorasi objek dan orang baru juga meningkat.
- Berbicara
Berbicara dimulai dengan mengoceh atau babbling, yang mengarah pada belajar secara bertahap untuk mengatakan dan menanggapi kata-kata dan frasa sederhana.
Pada usia 2 tahun, seorang anak biasanya akan memiliki kosakata berjumlah sekitar 50 kata. Saat mereka belajar berbicara, mereka akan menggunakan kalimat yang terdiri dari dua dan tiga kata.
Balita juga dapat mengenali nama orang dan benda yang dikenalnya, membentuk frasa dan kalimat sederhana, serta mengikuti petunjuk dan arahan sederhana.
Sosial
- Membangun Koneksi dengan Sekitarnya
Anak-anak mulai membangun koneksi dengan orang-orang di sekitar mereka dengan menggunakan banyak cara, seperti mereka belajar menggunakan senyum, tangisan, dan ekspresi lainnya untuk membangun koneksi dengan orang tua dan orang lain, yang kemudian akan membimbing mereka ke apa yang diinginkan atau dibutuhkan anak. Respons positif dari orang tua dan pengasuhnya akan memperkuat pertumbuhan.
Bayi dan balita dapat merespons perubahan perilaku, ekspresi wajah, dan emosi orang lain. Mereka belajar berinteraksi saat orang lain merespons dengan tepat apa yang mereka lakukan.
- Mengekspresikan Emosi dan Memercayai Orang Lain
Bayi dan balita mengungkapkan keheranan, kegembiraan, dan kesedihan tentang apa yang mereka lihat dan alami.
Melalui keterikatan mereka pada pengasuhan orang tua dan orang dewasa lain, bayi belajar bahwa mereka dapat memercayai dunia di sekitar mereka sebagai tempat yang aman dan nyaman.
Balita juga akan menunjukkan kemandirian yang lebih besar, mulai menunjukkan perilaku menantang, mengenali diri mereka sendiri dalam gambar atau cermin, dan meniru perilaku orang lain, terutama orang dewasa dan anak-anak yang lebih besar.
Artikel Terkait: Panduan Lengkap Perkembangan Milestone Anak 2 Tahun
Kebutuhan Gizi Baduta
Sumber: xFrame
Masa pertumbuhan baduta yang mungkin akan terlihat sangat cepat adalah pada usia 0 hingga 1 tahun, dan akan agak melambat pada usia 1 tahun ke atas. Tahun-tahun baduta adalah masa transisi, terutama antara 12-24 bulan, ketika mereka belajar makan makanan dan menerima rasa dan tekstur baru.
Tergantung pada usia, ukuran, dan tingkat aktivitasnya, baduta membutuhkan sekitar 1.000-1.400 kalori per hari, terdiri dari karbohidrat, lemak sehat, protein, vitamin, dan mineral.
Anak yang lebih kecil mungkin terlihat tidak banyak makan, apalagi pada masa awal-awal perkenalan makanan. Nutrisi adalah tentang rata-rata, jadi jangan panik jika anak tampak tidak mencapai target setiap harinya. Tetap tenang dan cobalah untuk menyediakan berbagai macam nutrisi dalam makanan yang diberikan pada anak.
Makanan untuk Baduta
Sumber: xFrame
Membiasakan baduta dengan makan sehat adalah awal yang baik untuk menyiapkan mereka hidup dan tumbuh dengan kebiasaan-kebiasaan yang sehat. Berikut adalah rekomendasi nutrisi harian bayi berdasarkan usia.
0-6 Bulan
Sampai makanan diperkenalkan saat bayi siap, ASI atau susu formula bayi yang diperkaya zat besi adalah semua yang dibutuhkan bayi untuk mendapatkan nutrisinya. Jumlah ASI atau susu formula yang dibutuhkan bayi akan berubah seiring pertumbuhannya.
Jika menyusui secara eksklusif, bayi di usia ini juga butuh vitamin D tambahan karena kadar dalam ASI sangat rendah.
6-12 Bulan
ASI atau susu formula masih merupakan sumber nutrisi terpenting bagi bayi, tetapi di usia ini bayi sudah dapat mulai diperkenalkan dengan makanan padat.
Mulailah memperkenalkan makanan padat yang dihaluskan seperti puree atau bubur saat bayi siap, biasanya antara 4 dan 6 bulan. Mulailah menambahkan finger food yang bertekstur lembut antara usia 6-8 bulan. Parents juga dapat mulai menambahkan makanan yang dicincang dan finger food yang lebih keras di usia 8-12 bulan.
Dalam masa MPASI, tawarkan berbagai makanan dari semua kelompok makanan seperti sayuran, buah-buahan, biji-bijian, daging/protein, dan produk olahan susu.
Ikuti isyarat lapar dan kenyang yang diberikan bayi, seperti membuka mulut saat sendok sudah dekat, meraih sendok atau makanan, menunjuk ke makanan, menjadi bersemangat saat makanan disajikan, dan mengekspresikan keinginan untuk makanan tertentu dengan kata-kata atau suara.
Tetapkan jadwal makan dan camilan yang konsisten, dan beri makan bayi di lingkungan yang menyenangkan di mana Parents dapat berinteraksi dengan mereka dan menghindari distraksi seperti mainan atau yang lainnya.
12-24 Bulan
Pada usia ini, anak seharusnya sudah lebih mahir dengan kemampuan makannya dan sudah terbiasa. Mulai dari usia 12 bulan mereka sudah dapat makan makanan keluarga atau yang sama dengan yang dimakan oleh orang dewasa.
Tetap tawarkan berbagai jenis dan kelompok makanan yang berbeda. Makanlah bersama balita dan sertakan mereka di meja makan untuk makan bersama keluarga. Tetapkan pula rutinitas makan dan camilan anak, dan buat waktu makan menjadi pengalaman yang menyenangkan di lingkungan yang bebas stres dan distraksi.
Akan tetapi, ingatlah bahwa balita memiliki perut yang berukuran kecil sehingga mereka tidak bisa makan dengan porsi orang dewasa. Akan lebih baik jika mereka makan porsi kecil seperti 5 sampai 6 kali sehari.
Merupakan hal yang wajar jika seorang anak menolak makanan baru saat pertama kali ditawarkan, terutama yang rasanya pahit seperti sayuran. Namun teruslah mencoba, karena menurut penelitian, beberapa anak mungkin memerlukan hingga 15 atau 20 kali percobaan sebelum menerima makanan baru.
Jangan memaksa anak untuk makan, dan jangan menunjukkan tanda-tanda frustrasi atau kemarahan jika anak memutuskan untuk tidak makan makanan yang diberikan kepadanya. Selalu ada waktu berikutnya untuk mencoba menawarkan makanan baru lagi.
Parents juga dapat membiarkan anak makan dan minum sendiri dengan peralatan yang sesuai dengan usianya seperti sendok bayi, piring balita, dan sippy cup untuk melatih kemandiriannya.
Artikel Terkait: Inilah 10 Cara Mendidik Anak Usia 2 Tahun yang Sering Berulah
Imunisasi Baduta
Sumber: xFrame
Berdasarkan website resmi IDAI, ada 11 vaksin yang diberikan pada anak di bawah usia 2 tahun alias baduta, yakni:
- Vaksin Hepatitis B
- Vaksin Polio
- Vaksin BCG
- Vaksin DPT
- Vaksin PCV
- Vaksin ME/MMR
- Vaksin rotavirus monovalen
- Vaksin influenza
- Vaksin varisela
- Vaksin JE (Japanese enchepalitis)
- Vaksin Hepatitis A
Pola Asuh Baduta
Sumber: xFrame
Dukung Anak untuk Bereksplorasi
Dorong anak untuk mengeksplorasi dan mencoba hal-hal baru. Dukung kemandirian anak yang sedang tumbuh dengan membiarkannya mengambil barangnya sendiri, membantu berpakaian sendiri dan memberi makan dirinya sendiri.
Selalu beri tahu atau tunjukkan kepada anak apa yang harus dia lakukan. Respons perilaku anak yang positif dengan pujian dan Parents bisa menerapkan metode time out untuk hukuman.
Dorong rasa ingin tahu baduta untuk mengenali benda-benda umum dengan berjalan-jalan ke berbagai tempat yang tentunya aman bagi anak-anak seperti taman atau area bermain.
Bermain dengan Anak
Biarkan anak untuk dapat melihat, mendengar, merasakan, bergerak dengan bebas, dan menyentuh orang tua atau pengasuhnya. Mainkan permainan dengan bayi Anda seperti petak umpet, menggunakan buku bergambar sederhana, teka-teki, dan boneka untuk membuat waktu bermain menjadi lebih menarik.
Tersenyumlah sebanyak mungkin dan berikan bayi kenyamanan dan kepercayaan.
Jangan lupa membatasi screen time anak untuk penggunaan gadget. Untuk anak-anak di bawah usia 18 bulan, American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan bahwa sebaiknya balita tidak menggunakan media layar apa pun selain obrolan video (video call).
Berbicara dengan Anak
Berbicara membantu mengembangkan bahasa anak. Jika ia berbicara kata yang masih belum jelas, ulangi dengan kata yang benar untuk membantunya belajar.
Beri tahu bayi nama-nama benda dan orang di sekelilingnya. Dengan demikian, anak akan menunjukkan minat dan segera akan mencoba membuat hubungan antara kata-kata dan objek atau orang.
Parents juga dapat membacakan buku untuk baduta setiap hari dan memintanya untuk menemukan objek tertentu atau menyebutkan bagian tubuh dan objek untuk membantu mereka mendapatkan lebih banyak kosakata.
Ajukan pertanyaan sederhana kepada anak dan tanggapi dengan positif upaya anak untuk berbicara. Gunakan setiap kesempatan untuk terlibat dalam percakapan bersama anak.
Keselamatan Anak yang Utama
Mulai usia 1 tahun, anak akan lebih banyak bergerak, sehingga ia juga akan menghadapi lebih banyak bahaya. Situasi berbahaya dapat terjadi dengan cepat.
Jangan tinggalkan anak di dekat atau di sekitar air (misalnya sungai, danau, selokan) tanpa ada yang mengawasinya. Blokir tangga dengan gerbang atau pagar kecil. Kunci pintu ke tempat-tempat berbahaya seperti garasi.
Jauhkan peralatan dapur, setrika, dan pemanas dari jangkauan anak. Simpan benda tajam seperti gunting, pisau, dan pulpen di tempat yang aman.
***
Membesarkan anak bukan perihal yang mudah, terutama pada baduta yang adalah merupakan masa-masa pertumbuhan dan perkembangan anak paling pesat sehingga harus ekstra hati-hati. Apakah Parents juga memiliki buah hati yang termasuk dalam kelompok usia baduta?
Baca Juga:
5 Tips membesarkan balita yang jarang diketahui orangtua
Cara Merangsang Perkembangan Intelektual Balita
9 Kebiasaan Balita yang Patut Ditiru dan Dilakukan Orang Dewasa
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.