Dampak depresi ibu pada anak tidak bisa disepelekan. Ibu yang mengalami depresi bisa memengaruhi pola pengasuhan ibu terhadap anak, dan interaksi sang ibu bersama anak.
Perempuan mengalami kondisi emosional yang naik turun selama masa kehamilan, juga setelah bayi lahir. Ibu tidak hanya membutuhkan dukungan selama 9 bulan ketika bayi masih dalam kandungan, namun juga ketika bayi telah lahir.
Menghadapi persalinan tidak hanya memberikan dampak fisik pada ibu, namun kondisi mental dan psikologisnya juga berubah. Hamil dan melahirkan merupakan peristiwa yang mengubah hidup seorang wanita selamanya. Dampaknya ada yang positif ada pula yang negatif.
Oleh sebab itulah, suami dan keluarga terdekat harus membantu ibu melewati masa pasca melahirkan. Hal ini untuk mencegah ibu mengalami depresi, karena dampak depresi ibu pada anak bisa berakibat fatal di masa depan.
Pentingnya menghindari dampak depresi ibu pada anak
Dampak depresi ibu pada anak
Para ibu juga harus memahami pentingnya meminta pertolongan jika mengalami kondisi stres berlebihan setelah melahirkan. Bicaralah pada suami atau orang yang Anda percaya, jangan memendam perasaan sesak sendirian. Banyak ibu yang memiliki melawan depresi dalam diam, hingga ia akhirnya memilih menyerah pada kematian.
Artikel terkait: Ibu Bunuh Diri setelah kalah melawan Depresi Pasca Melahirkan sendirian
Selain ibu, ayah juga rentan terkena depresi pasca melahirkan. Terutama para ayah yang mengambil peranan besar dalam masa kehamilan istri, sehingga dia juga terpapar risiko depresi seperti para ibu.
Meski memang ibu lebih sering terkena depresi, para ayah juga memiliki risiko mengalami depresi pasca melahirkan. Jika kedua orangtua mengalami kondisi depresi, saatnya mencari pertolongan. Sebab, depresi yang tidak ditangani bisa bertambah buruk dan bisa berdampak negatif pada anak.
Artikel terkait: Penelitian: Ayah juga bisa depresi pasca istri melahirkan
Dampak depresi ibu pada anak yang tidak bisa diabaikan
Dampak depresi ibu pada anak
Anak-anak memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi sehingga bisa memahami situasi kompleks. Seperti gerak tubuh dan bahasa dengan kemampuan yang luar biasa. Di satu sisi hal ini membantu anak belajar tentang dunia sekitarnya dalam waktu cepat.
Namun, di sisi lain, kemampuan ini juga membuatnya rentan terkena dampak buruk dari depresi yang dialami orangtua. Kondisi ini membuat mereka rentan mengalami frustasi, kecemasan dan emosi negatif yang disebabkan oleh depresi orangtua.
Anak yang memiliki orangtua penderita depresi memiliki risiko tinggi mengalami masalah emosi dan perilaku buruk. Terutama jika kedua orangtuanya sama-sama depresi.
Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan, depresi pada anak yang terjadi karena orangtuanya mengalami PPD berkaitan erat dengan masalah saat ia tumbuh dewasa. Seperti kecanduan alkohol, narkoba, ADHD, bahkan perilaku kasar.
Untuk itulah, diperlukan sistem untuk mendukung dan membantu para orangtua menghadapi depresi. Karena bukan mereka saja yang terkena dampaknya, anak-anak juga berisiko terpapar dampak negatifnya.
Bila menyadari diri Anda terkena gejala dan tanda-tanda depresi, maka segeralah memeriksakan diri ke dokter. Jangan diam saja atau menyembunyikannya. Karena menyembuhkan diri dari depresi, bukan hanya demi kelangsungan hidup Anda, tapi juga masa depan anak yang lebih baik.
Semoga bermanfaat.
Baca juga:
Waspada! Stres pada ayah bisa pengaruhi perkembangan otak bayi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.