Tak pernah terpikirkan di benak Patricia Lestari Taslim bahwa ia memiliki anak berkebutuhan khusus (ABK). Tidak ingin menyerah dan bersedih, kehadiran putrinya, Maria Clara Yubilea Sidharta atau biasa disapa Lala justru membawa banyak hal kebaikan dalam kehidupannya.
Lala, ABK dengan banyak keistimewaan
Lala dan Patricia menjadi sosok ibu dan anak yang inspiratif dalam perjuangannya bersama-sama hingga di titik yang sekarang. Belum lama ini rupanya ibu dan anak ini sama-sama diwisuda dari Universitas Negeri Yogyakarta dengan predikat yang memuaskan.
Dengan segala keterbatasannya, sejak kecil telah divonis sebagai anak berkebutuhan khusus (gifted) rupanya Lala menorehkan prestasi yang luar biasa. Di usianya yang relatif muda, 19 tahun, dirinya dinobatkan menjadi wisudawati termuda dengan predikat Cumlaude dengan IPK 3,76 dari UNY, jurusan Bahasa dan Sastra Jerman.
anak berkebutuhan khusus (ABK)
Kehadiran Lala pun rupanya menjadi salah satu motivasi tersendiri bagi sang ibu. Patricia yang secara khusus meneruskan studinya dalam bidang S2 Pendidikan Luar Biasa UNY. Hal ini memang sengaja dilakukan agar dirinya bisa mengetahui banyak hal sebagai bekal mendampingi si kecil secara maksimal, juga membantu orangtua lain yang sama-sama berjuang membesarkan anak ABK.
Lika-liku perjuangan Lala dan sang ibu ini mereka tuangkan dalam sebuah karya tulis buku mengenai best practice orangtua dalam mengasuh anak berkebutuhan khusus. Bekerjasama dengan salah satu dosen PLB UNY, buku dengan judul “Menyongsong Pagi” ini akan dirilis bersamaan dengan seminar Pendidikan Anak gifted.
Di balik keberhasilan yang telah ditorehkan oleh ibu anak ini, namun mereka tidak menampik jika dalam perjalanannya telah menemukan banyak lika-liku yang harus dihadapi.
Punya IQ 145
Lala didiagnosis sebagai anak berkebutuhan khusus dengan ciri utama mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Namun di balik ujian yang diterimanya, rupanya Lala memiliki IQ yang tinggi, terkategori genius yakni IQ 145.
“Nilainya bagus-bagus. Saat itulah saya mulai memahami, bahwa kita harus ekstra tenaga mendampingi karena kebutuhan dia berbeda. Kita konsultasi ke dokter dan tes IQ pada 2013, IQnya pada saat itu 131, dan selalu naik setiap kami melakukan tes dua tahun sekali,” ujar Patricia, dikutip dari Kompas.com.
Artikel terkait : Kisah Ketangguhan Mami Ubii: Aku Bangga Punya Anak Berkebutuhan Khusus
Pernah dicap anak nakal
Saat Sekolah Dasar, Lala pernah dicap sebagai pembuat onar dan nakal sehingga ia pun harus berpindah ke beberapa sekolah. Hingga ia lulus SD, Lala sudah sampai lima kali pindah sekolah.
Ketika itu, Patricia dan suami memang belum mengetahui kondisi sang anak sehingga ia tetap ‘memaksa’ Lala untuk tetap bersekolah umum dan sekolah negeri. Hingga akhirnya, banyak drama yang terjadi saat Lala masih belia, ketika masih duduk di bangku SD.
Menjelang Ujian Nasional, Lala sempat mogok sekolah karena merasa tak nyaman dengan cara belajar dan kegiatan di sekolah untuk mempersiapkan UN. Namun setelah dibujuk, akhirnya Lala menuruti.
Patricia mengaku jika tidak menaruh harapan tinggi pada putrinya. Tak disangka, meskipun tanpa persiapan matang menjalankan ujian, Lala lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Setelah itu, keluarga pun mengetahui bahwa kebutuhan si kecil berbeda dari anak lainnya.
Kuliah di usia 15 tahun
Setelah mendapat diagnosis dari dokter, Patricia memutuskan untuk mengkhususkan pendidikan si kecil. Lala pun belajar secara home schooling menggunakan buku bekas pakai kakak sepupunya.
Mengetahui bahwa si kecil berhak bersosialisasi, Lala pun didorong agar aktif dalam berbagai komunitas sesama home schoolers, dengan mengikuti komunitas tari, dan komunitas musik. Tak jarang Lala pun menghabiskan waktu bersama di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.
Pada 2013 dan 2015 Lala menuntaskan Kejar Paket B yang setara SMP dan Kejar Paket C yang setara SMA dengan nilai ujian yang memuaskan. Dalam kegiatannya, Lala juga belajar beberapa bahasa asing mulai dari Inggris, Prancis, dan Jepang.
Di usianya yang baru menginjak 15 tahun ia pun meminta untuk masuk kuliah! Berdasarkan saran dari tes IQ yang dilakukannya, Lala lebih cocok mengambil jurusan bahasa. Lalu, dipilihlah jurusan Pendidikan Bahasa Jerman yang hanya tersedia di UNY.
Artikel terkait : Sekolah untuk anak berkebutuhan khusus di Jakarta pilihan theAsianparent
Berencana melanjutkan S2 di Amerika
Selama kuliah, dosen dan teman-teman Lala dirasa cukup suportif. Dengan kemampuan belajar Lala yang luar biasa, ia pun menjadi sangat mudah menyesuaikan diri dengan pelajaran.
Dengan potensi yang dimilikinya, Lala sudah memiliki rencana besar untuk melanjutkan studinya ke Amerika Serikat. Rencanya, ia akan melamar beasiswa untuk pendidikan khusus jurusan psikologi di salah satu universitas di negeri Paman Sam tersebut.
Perjalanan yang telah dilalui Patricia dalam membesarkan putrinya seakan semakin menegaskan bahwa semua anak memang terlahir secara unik. Meskipun berbeda, Lala mampu membuktikan bahwa dirinya mampu dan bisa berkembang. Tentunya, tidak terlepas dari dampingan dan pola asuh orangtuanya yang bisa melihat potensi besar dirinya.
Baca Juga :
Cara ibu bujuk anak berkebutuhan khusus untuk sekolah ini sungguh unik!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.