Apa yang Parents lakukan untuk mengatasi anak mogok sekolah? Seorang ibu punya cara unik dalam membujuk anaknya agar mau ke sekolah. Ia menggunakan topeng Ultraman saat mengantar anaknya.
Semua pasti setuju jika mendengar ada pendapat yang mengatakan bahwa menjalankan peran menjadi ibu tidaklah pernah mudah. Akan ada rasa duka cita di dalamnya. Terlebih bagi seorang ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus seperti sindrom autisme.
Hal inilah yang dirasakan oleh seorang ibu asal Indonesia yang kini tinggal di Malaysia, Alinda Karinda Warsito. Ia pun rela melakukan apapun untuk buah hatinya, terlebih untuk membangkitkan semangat anak-anak untuk bisa ke sekolah dan mendapatkan pendidikan yang terbaik.
Belum lama ini, bukti kesungguhannya dilihat oleh warga net. Pasalnya, foto yang memperlihatkan kalau ia mengenakan topeng Ultraman demi mengatasi anak mogok sekolah viral di media sosial.
Dalam foto yang diungah di Facebook-nya ia menuliskan keterangan:
Setelah jadi kamen rider, mask rider. Hari ini mamak dipaksa Husna jadi Ultraman. Daripada Husna mogok sekolah, ya sudah…. Mari kita jadi Ultraman…
Jika banyak orang yang beranggapan apa yang dilakukan oleh ibu dari 5 orang anak ini memalukan dirinya, hal ini ditampik olehnya.
“Siapa bilang saya malu? Kenapa saya mesti malu melakukannya? Saya melakukan ini justru karena saya mau menanamkan semangat untuk sekolah untuk belajar,” ujarnya ketika berbicang dengan theAsianparent Indonesia.
Dituturkan olehnya, menggunakan topeng karakter favorit anak-anak seperti ultraman sebenarnya sudah jadi ‘makanan’ sehari-hari yang ia lakukan.
“Sebenarnya, saya dari dulu sudah sering begini. Pakai topeng ke mana-mana sejak zaman anak saya, Mubarak, yang autis, ADHD, dan dyslexia juga sudah begini. Sekarang usia Mubarak sudah 14 tahun. Tapi dulu memang nggak viral, Mbak. Cuma mungkin dianggap gila,” paparnya sambil tertawa.
Ibu dari 5 orang anak ini menandaskan bahwa apa yang ia lakukan tidak terlepas untuk memberikan dukungan pada anak-anaknya. Termasuk dalam rangka mengatasi anak mogok sekolah.
“Wah, demi anak-anak bisa ke sekolah, segala macam saya usahakan. Mulai dari menghapal lagu kartun anak-anak, menghapal dan mengikuti cerita karakter yang ada di film kartun My Little Pony, Pokemon, dan karakter lainnya.”
Tak hanya saat mengantar ke sekolah, saat jalan-jalan dan belanja pun Karinda tidak malu mengenakan topeng.
Diakui perempuan berhijab ini, membesarkan dan mendidik anak berkebutuhan khusus memang tidak pernah mudah. Apalagi dari 5 orang, ia memiliki 3 anak berkebutuhan khusus.
“Anak ke-3, Mubarak, 14 tahun, dia autis, ADHD dan Dyslexia, anak ke-4 namanya Aisyah yang sudah berusia 9 tahun. Ia juga mengalami autis, asperger dan dyslexia. Nah penutupnya anak saya yang ke-5, namanya Husna yang berusia 7 tahun baru saja didiagnosa kalau dia autis dan ADHD,” paparnya.
Sementara kedua anaknya Jihad (19 tahun) dan Billa (17 tahun) memang tidak berkebutuhan khusus seperti adik-adiknya.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa tantangan terbesar memiliki 3 orang anak yang berkebutuhan khusus itu justru datang dari dalam dirinya sendiri. Di mana pada awalnya ia menolak dan terus berusaha untuk membuat anak-anaknya bisa tumbuh dengan normal.
“Tantangan terbesar sebenarnya datang dari diri sendiri, saya masih mencoba denial. Saya sibuk nyari penyebab anak saya autis. Saya berusaha menyembuhkan dan menormalkan anak saya, sampai akhirnya saya dapat tamparan dari Mubarak. Dia tanya, ‘Apa kalau Mubarak jadi normal, emak bangga sama Mubarak? Apa kalau Mubarak tidak sembuh dari autis emak malu sama saya?’ begitu katanya,”
Mendengar kalimat yang dilontarkan puteranya, ia pun merasa tertampar. “Saya malu. Sejak itu saya belajar perspektif baru. Kalau anak saya bisa menerima saya jadi ibunya dengan semua ke seleboran saya, kekurangan dan kelemahan saya, kenapa saya nggak bisa ridho sama ke istimewaan anak-anak?”
Karinda menambahkan, meskipun ketiga anaknya berkebutuhan khusus, namun ia tetap ingin memastikan bahwa mereka mendapatkan pendidikan yang layak, termasuk selalu mencari cara dalam mengatasi anak mogok sekolah. Semua tidak terlepas dari harapannya sebagai orangtua dalam mendidik anak-anaknya tumbuh mandiri.
“Sebenarnya cara saya menanamkan agar anak-anak semangat ke sekolah tidak berbeda jauh dengan orangtua lainnya. Saya juga nunjukin ke anak-anak bahwa dengan pendidikan dan belajar kita bisa jadi hebat. Saya tunjukin tokoh dunia seperti Temple Grandin dan tokoh-tokoh disabilitas lainnya, seperti Presiden Rosevelet dan Hellen Keller. Saya selalu membacakan buku-buku untuk anak anak sehingga mereka bisa mendapatkan inspirasi.”
“Jadi, walaupun ketiga anak saya dyslexia, mereka terstimulasi dengan apa aja yang saya bacakan untuk mereka. Saya selalu bilang pada anak-anak kalau belajar itu bukan hanya untuk mendapatkan nilai akademis yang tinggi. Saya menekankan kemahiran hidup, bagaimana mereka bisa mengurus diri mereka, bisa mandiri, punya adab manner yang baik dan empati,” tukasnya.
Unik ya? Parents punya cara apa untuk membujuk anak sekolah?
Baca juga :
Dokter anak ini klaim temukan penyebab autis pada anak!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.