Batuk adalah masalah kesehatan yang umum terjadi pada anak. Secara alami, batuk adalah refleks yang membantu membersihkan jalan napas dari lendir dahak dan melindunginya dari benda asing. Namun, sering batuk di malam hari tentu akan membuat anak gelisah dan susah tidur.
Sebagai orang tua, wajar bila hal ini membuat Anda khawatir. Tapi sebenarnya, sebagian besar masalah batuk di malam hari disebabkan oleh infeksi virus yang akan menghilang dengan sendirinya.
Artikel Terkait: Mencegah Batuk Rejan atau Batuk 100 Hari Pada Bayi
Penyebab anak batuk di malam hari
Ketika anak batuk, suara yang dikeluarkan atau gejala yang menyertainya dapat memberi petunjuk mengenai penyebabnya. Berikut adalah beberapa penyebab yang tersering:
1. Asma
Anak dengan batuk yang persisten (menetap) di malam hari mungkin mengalami asma. Gejala lain mencakup napas cepat, sesak napas, napas yang berbunyi ‘ngik’ (wheezing) dan kesulitan berbicara saat serangan asma berlangsung. Gejala akan memburuk ketika anak mengalami flu, terpapar asap rokok, serbuk sari, maupun pemicu lainnya.
Anak-anak dengan asma dapat mengalami bentuk lain dari penyakit alergi seperti dermatitis atopik atau rinitis alergi. Pengobatan asma bertujuan untuk meredakan gejala saat serangan dan mencegah agar serangan tidak sering kambuh di kemudian hari.
Artikel Terkait: Nebulizer, Cara Terbaik Ringankan Batuk Pilek Serta Gangguan Pernapasan pada Anak
2. Post-nasal drip Sebabkan Anak Batuk di Malam Hari
Post-nasal drip adalah lendir yang mengalir di dinding belakang tenggorok. Lendir ini berasal dari rongga hidung dan/atau sinus yang muncul akibat episode pilek (common cold) maupun rinitis alergi, yang berlanjut menjadi rinosinusitis.
Batuk akibat post-nasal drip banyak dialami oleh anak di bawah usia 5 tahun dan kerap muncul ketika anak hendak tertidur di malam hari atau ketika baru bangun tidur di pagi hari. Sebaliknya, batuk cenderung membaik menjelang siang hari dan saat anak beraktivitas. Selain batuk, gejala lain dari post-nasal drip adalah bau mulut yang cukup menyengat.
Tidur dengan posisi kepala lebih tinggi (dengan 2 bantal misalnya) dapat mengurangi batuk akibat post-nasal drip.
3. Penyakit croup
Penyakit croup adalah penyakit akibat infeksi virus parainfluenza yang banyak dialami oleh anak berusia 6 bulan hingga 3 tahun. Anak laki-laki lebih berisiko mengalaminya ketimbang anak perempuan. Gejala yang khas yakni batuk seperti menggonggong, yang memburuk di malam hari. Gejala lain yaitu sulit bernapas, napas berbunyi, suara parau, dan demam.
Tidur dengan pelembab udara (air humidifier) dan minum air atau susu hangat sebelum tidur dapat meredakan gejala yang mengganggu.
4. Pertusis
Pertusis atau batuk rejan disebabkan oleh infeksi bakteri Bordetella pertussis. Penyakit ini juga disebut sebagai batuk 100 hari. Gejala yang khas yakni batuk dengan suara tarikan napas kencang (whoop) di awal atau di sela-sela batuk yang tiada henti. Wajah penderita umumnya tampak memerah atau keunguan saat batuk. Muntah dan rasa lelah dapat dialami setelah batuk.
Namun, karena pertusis telah masuk dalam program vaksinasi dasar, anak yang mengalaminya cenderung tidak bergejala atau hanya bergejala ringan. Infeksi pertusis dapat sangat berbahaya dan bersifat fatal pada bayi, terutama yang tidak atau belum mendapatkan vaksinasi.
Infeksi pertusis diobati dengan antibiotik. Di samping itu, anak perlu banyak minum dan makan dalam porsi yang sedikit tetapi sering untuk mencegah muntah setelah batuk.
5. COVID-19
Dua gejala utama pada Covid-19 adalah demam dan batuk kering. Batuk umumnya memburuk di malam hari sehingga mengganggu tidur. Bila anak betul memiliki riwayat paparan dengan kasus Covid-19 yang terkonfirmasi positif, segera konsultasi dengan dokter, melakukan isolasi mandiri, dan pemeriksaan swab nasofaring.
Cara Mengatasi Anak Batuk di Malam Hari
Artikel Terkait: Cara Tepat Memilih Obat Batuk Anak Sesuai dengan Gejalanya
Batuk di malam hari jarang disebabkan oleh sesuatu yang serius bila anak tampak masih aktif dan tidak ada demam tinggi. Akan tetapi, gejala ini memang dapat mengganggu kualitas tidur anak. Cara-cara berikut dapat dilakukan untuk meredakan gejala:
- Mandikan anak dengan air hangat sebelum tidur malam.
- Pastikan anak cukup minum dan cukup tidur, yakni 9-10 jam per hari.
- Hindari paparan asap rokok karena dapat memperparah batuk.
- Berikan madu 1-2 sendok teh sekitar 30 menit sebelum tidur. Madu dapat dikonsumsi langsung, dilarutkan ke dalam air hangat, atau dicampur dengan perasan air lemon. Studi menemukan bahwa madu dapat mengurangi keparahan dan durasi batuk oleh karena bersifat antiradang dan antiseptik. Akan tetapi, tidak boleh diberikan pada anak di bawah 1 tahun karena risiko botulisme yang menimbulkan kelemahan otot.
- Obat batuk hanya boleh diberikan setelah berkonsultasi dengan dokter. Obat-obatan ini tidak dianjurkan untuk digunakan pada anak di bawah usia 6 tahun.
Kapan Harus ke Dokter?
Meski batuk di malam hari dapat sembuh dengan sendirinya, Anda tetap perlu waspada kalau-kalau muncul gejala yang lebih serius. Segera kunjungi dokter apabila si Kecil mengalami:
- Demam di atas 38,3 derajat Celcius dan telah berlangsung selama 3 hari
- Batuk darah
- Sering mengeces dan sulit menelan
- Batuk lebih dari 2-3 minggu
- Napas cepat, tampak sesak atau sulit bernapas
- Sulit makan dan minum
- Buang air kecil lebih sedikit dari biasanya
Pada anak, adanya batuk di malam hari memiliki banyak penyebab. Memerhatikan ciri batuk yang dialami dan gejala lain yang menyertai dapat memberi petunjuk akan penyebab yang mendasarinya. Penting pula untuk tetap tenang agar Anda bisa menentukan cara-cara yang membuat si Kecil lebih nyaman.
Baca Juga:
5 Penyebab Batuk Saat Hamil dan Cara Mengobati yang Aman
Waspada Hipokalemia, Saat Kondisi Kadar Kalium Rendah, Ini Gejalanya
Sering Dialami Anak, Waspada Infeksi Bakteri yang Sebabkan Mastoiditis
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.