Dalam budaya Jawa, terdapat mitos bahwa wanita dilarang mengomel atau “membatin” orang atau sesuatu saat hamil. Hal ini dianggap cukup aneh karena diyakini bayi dalam kandungan akan mengalami hal yang mirip dengan apa yang dikatakan atau dipikirkan oleh sang ibu. Namun, benarkah hal itu bisa terjadi?
Simak fakta dari mitos membatin orang saat hamil ini dalam artikel berikut ini.
Fakta Mitos Membatin Orang Saat Hamil
Penjelasan Mitos Dibalik Adat Ini
Dalam budaya Jawa, ada mitos umum bahwa wanita harus menghindari bergumam atau ‘membatin’ orang atau sesuatu yang dianggap aneh saat hamil. Dipercayai bahwa perilaku tersebut akan berdampak negatif pada bayi dalam kandungan, sehingga menyebabkannya mengalami hal yang mirip dengan apa yang digumamkan sang ibu.
Mitos ini telah diturunkan dari generasi ke generasi dan masih menjadi pengetahuan umum hingga saat ini. Meskipun tidak jelas bagaimana sebenarnya mitos ini berasal, jelas bahwa hal itu berfungsi sebagai pengingat bagi wanita hamil perlu memerhatikan pikiran dan kata-kata mereka, karena mereka dapat memiliki pengaruh yang kuat pada anak mereka yang belum lahir.
Bahkan, ada penelitian yang menunjukkan bahwa ibu hamil bisa terlibat dalam percakapan dan aktivitas yang mungkin berdampak positif bagi perkembangan bayi. Penting untuk dicatat bahwa ibu hamil harus menjaga kesehatan mentalnya agar dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya.
Banyak yang tampaknya menginternalisasi mitos ini sebagai tindakan pencegahan terhadap efek negatif apa pun pada bayi yang belum lahir. Namun, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung gagasan ini dan banyak peneliti telah menolak mitos ini sebagai takhayul belaka.
Penjelasan Mengapa Ibu Hamil Dilarang Bergumam tentang Hal yang Aneh
Mitos-mitos seputar ibu hamil telah diturunkan secara turun-temurun, dan salah satunya adalah ibu hamil dilarang mengomel atau “memikirkan” orang atau sesuatu yang aneh. Hal ini diyakini karena dapat menyebabkan stres atau kecemasan yang tidak perlu pada bayi yang belum lahir. Namun, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim ini. Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa lingkungan yang sehat dan bebas stres bermanfaat bagi ibu dan bayinya. Oleh karena itu, mitos ini tidak boleh dianggap sebagai fakta dan ibu hamil tidak boleh mengikuti standar tersebut.
Sebenarnya, mitos ini didasarkan pada kepercayaan orang Jawa bahwa bayi dalam kandungan akan mengalami hal yang mirip dengan apa yang dikomentari sang ibu. Logika ini didasarkan pada keyakinan bahwa bayi dalam kandungan terhubung dengan ibunya dan dapat merasakan lingkungan di sekitarnya. Diyakini bahwa pikiran dan perasaan ibu akan diteruskan ke bayinya. Oleh karena itu, ibu hamil dianjurkan untuk menjaga sikap dan pola pikir yang positif. Dipercaya juga bahwa praktik ini membantu melindungi ibu dan bayi dari pengaruh negatif.
Artikel terkait: Beberapa Mitos Ibu Hamil Ziarah ke Makam yang Banyak Dipercaya
Hal yang Terjadi Jika Mitos Dilanggar
Meskipun mitos ini adalah kebiasaan lama, penting untuk mengingat adanya kemungkinan konsekuensi dari pelanggaran kebiasaan ini. Misalnya, calon ibu mungkin akan merasa bersalah, malu, dan cemas karena melanggar kebiasaan ini.
Kebiasaan Orang Jawa Memberlakukan Mitos pada Orang Hamil
Sudah menjadi hal umum di kalangan masyarakat Jawa bahwa ibu hamil tidak boleh membicarakan atau memikirkan orang lain atau hal-hal yang dianggap aneh karena dapat memengaruhi bayi dalam kandungan. Kepercayaan ini dikenal sebagai mitos menginternalisasi orang selama kehamilan dan telah diterima secara luas sebagai bagian dari budaya Jawa.
Namun, hanya sedikit bukti yang mendukung mitos ini dan kemungkinan besar berakar pada takhayul. Ada kekurangan bukti ilmiah untuk mendukung anggapan bahwa wanita hamil harus berhati-hati dengan apa yang mereka katakan dan pikirkan untuk melindungi bayi mereka yang belum lahir.
Meskipun demikian, mitos tersebut tetap ada dan terus diwariskan dalam masyarakat Jawa.
Manfaat dari Mitos Ini
Di luar dari sifat takhayul, mitos ini memiliki manfaat yang perlu dipertimbangkan. Dengan tidak berbicara buruk atau negatif tentang orang lain, ibu hamil dapat mempertahankan pola pikir positif dan sehat saat mengandung bayinya yang belum lahir.
Hal tersebut dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih tenang dan damai bagi bayi dalam kandungan, serta berpotensi menghasilkan pengalaman melahirkan yang lebih positif.
Selain itu, dengan menciptakan suasana yang lebih rileks selama kehamilan, ibu hamil dapat mengurangi tingkat stres dan risiko komplikasi yang dapat terjadi selama persalinan. Mitos ini secara tidak langsung juga dapat membantu wanita mempertahankan hubungan yang lebih sehat dengan keluarga dan teman, karena mereka cenderung tidak terlibat dalam pertengkaran atau gosip.
Terakhir, mitos ini menjadi pengingat bagi ibu hamil untuk memerhatikan kata-katanya, karena diyakini bahwa kata-kata mereka akan berdampak besar pada bayinya yang belum lahir.
Artikel terkait: Mitos Makan Ikan Lele untuk Ibu Hamil, Benarkah Bikin Anak Sulit Diatur?
Kesimpulannya, budaya Jawa memiliki beberapa kepercayaan yang menarik dan unik tentang kehamilan dan persalinan. Diyakini bahwa ibu hamil perlu menghindari memikirkan orang atau sesuatu yang dianggap aneh karena bayi dalam kandungan akan ‘mengalami’ apa yang digumamkan ibunya.
Walaupun mitos ini mungkin terdengar aneh, namun mitos ini berfungsi sebagai pengingat untuk menjaga kesehatan mental kita selama kehamilan, karena kesehatan mental kita dapat berdampak signifikan pada bayi yang belum lahir.
Baca juga:
Mitos Ibu Hamil Melihat Ular, Benarkah Pertanda Buruk?
Mitos Makan di Kamar bagi Ibu Hamil, Benarkah Bisa Menganggu Kesehatan Bayi?
Mitos Ibu Hamil Nyebrang Laut, Benarkah Sebabkan Umur Janin Berkurang?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.