“You are what you eat.” Pasti Parents pernah mendengar kutipan tersebut, bukan? Memang betul, makanan yang dikonsumsi ternyata punya kaitan terhadap kesehatan mental. Sebuah penelitian baru-baru ini menyebut bahwa gaya hidup vegetarian lebih berisiko terkena depresi ketimbang pemakan daging.
Menjadi vegetarian maupun vegan ternyata tidak semudah hanya mengonsumsi sayuran dan buah-buahan. Pelaku diet berbasis bahan nabati ini juga lebih berisiko mengalami masalah emosional.
Vegetarian dan Vegan Dua Kali Lipat Berisiko Depresi daripada Pemakan Daging
Melansir dari liputan 6, menurut sebuah studi baru yang diterbitkan September 2022 di Journal of Affective Disorders, vegetarian dan vegan mengalami periode depresi dua kali lebih sering daripada mereka yang makan daging.
Studi yang dilakukan para peneliti dari Brasil tersebut menunjukkan adanya korelasi positif antara banyaknya kasus depresi yang terjadi dengan diet bebas daging.
Academy of Nutrition and Dietetics menjelaskan bahwa vegetarisme didefinisikan dalam berbagai cara, dengan beberapa orang memilih untuk tetap mengonsumsi susu dan/atau telur.
Dikutip dari Healthline, namun, benang merah dalam semua bentuk vegetarisme adalah menghindari daging. Vegan, di sisi lain, tidak makan produk hewani sama sekali, termasuk madu. Ada banyak alasan orang memilih untuk makan makanan tanpa daging, termasuk pertimbangan etis, kepedulian terhadap lingkungan, keyakinan agama, dan manfaat kesehatan.
Artikel terkait: Perbedaan Vegan dari Vegetarian, Lebih dari Tidak Makan Daging
Sampel dan Metode Studi
Studi menggunakan pendekatan metode survey dengan melibatkan 14.216 partisipan berusia antara 36 hingga 74 tahun dan dilakukan selama lebih dari enam bulan. Diet mereka dievaluasi menggunakan instrumen Clinical Interview Schedule-Revised (CIS-R), sebuah alat untuk mendiagnosa gangguan kesehatan mental yang umum terjadi.
Para peneliti menemukan, berdasarkan analisis data, para vegetarian cenderung dua kali lebih sering mengalami episode depresif (periode saat seseorang mengalami gejala depresi) dibandingkan pemakan daging, dalam periode waktu yang sama.
“Gejala depresi lebih umum ditemukan pada individu-individu yang tidak makan daging, terlepas dari faktor sosio-ekonomi dan gaya hidup,” demikian ditulis dalam kesimpulan penelitian, seperti dilansir New York Post.
Artikel terkait: Depresi bisa disebabkan oleh kekurangan vitamin D, cegah sekarang!
Vegetarian Berisiko Depresi, Belum Diketahui Penyebabnya
Meski begitu, para peneliti tidak mengetahui kenapa diet vegetarian mempengaruhi gejala depresi. Pasalnya mereka tidak menemukan adanya faktor kekurangan nutrisi karena diet vegetarian.
“Kurang nutrisi tidak menjelaskan keterkaitan ini. Penyebab utamanya masih belum jelas, dan data longitudinal (pengukuran berulang di periode waktu berbeda) diperlukan untuk memperjelas hubungan sebab-akibat ini.”
Artikel terkait: Andien pilih diet vegan saat hamil, amankah untuk diikuti Bumil lain?
Studi Sebelumnya Menunjukkan Hasil yang Serupa
Melansir dari wolipop, penelitian serupa juga pernah dilakukan pada 2017 oleh tim ilmuwan dari Universitas Bristol, Inggris. Hasil studi kala itu menunjukkan bahwa vegetarian memiliki skor depresi yang lebih tinggi dibanding mereka yang mengonsumsi daging.
Studi tersebut melibatkan sekitar 10.000 pria Inggris dan 350 diantaranya pelaku diet vegetarian. Ternyata mereka memiliki skor depresi rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan pria yang menjalani diet seimbang (mengonsumsi bahan makanan nabati dan hewani -red).
Para peneliti menjelaskan kekurangan vitamin dan mineral dalam makanan non-daging jadi penyebabnya, karena memicu gangguan kesehatan mental.
Kurang asupan daging berarti kekurangan vitamin B12 dan memakan lebih banyak kacang menyebabkan tingkat asam lemak omega-6 lebih tinggi. Keduanya terkait dengan masalah kesehatan mental dan memengaruhi suasana hati seseorang.
Studi juga mengungkapkan bahwa asupan makanan laut yang lebih rendah dapat menyebabkan risiko gejala depresi lebih besar. Ditambah lagi faktor potensial terkena darah tinggi akibat kadar fitoestrogen berlebih yang didapat dari makanan seperti sayuran dan kedelai.
Meskipun demikian, hasil penelitian ini masih terbatas karena hanya berlaku pada pria saja. Perlu ada penelitian lebih jauh lagi mengenai ini.
***
Baca juga:
https://id.theasianparent.com/diet-karnivora
https://id.theasianparent.com/makan-vegetarian
https://id.theasianparent.com/pescaterian