Orang Jawa yang terkenal dengan budayanya yang kompleks, memiliki adat sendiri dalam menyambut kelahiran bayi. Setidaknya ada 6 upacara kelahiran bayi dalam adat jawa.
Rangkaian upacara itu dilakukan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah diberikan anugerah berupa buah hati yang menjadi harapan setiap keluarga.
Selain itu, upacara tersebut juga dimaksudkan untuk mendoakan si jabang bayi dan keluarganya agar selalu diberi kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan.
Berikut Ini Upacara untuk Menyambut Kelahiran Bayi dalam Adat Jawa
1. Mendhem Ari-ari
Foto: Tumpi.id
Ari-ari atau plasenta memiliki empat fungsi saat di dalam rahim yakni mengirimkan gizi dan oksigen dari darah ibu pada janin, membawa karbondioksida dan sisa pembuangan janin kembali ke darah ibu, membentuk pertahanan untuk infeksi dan obat-obatan tertentu, dan juga mengeluarkan hormon terutama human chorionic gonadotrophin (HCG), progesteron dan oestrogen.
Hormon-hormon ini penting untuk menjaga kesehatan dinding rahim, pertumbuhan payudara dan membantu rahim melebar untuk mengakomodasi ukuran tubuh bayi.
Sementara bagi orang Jawa, ari-ari dianggap berjasa sebagai batur bayi (teman bayi) sejak dalam kandungan. Ketika bayi dilahirkan, fungsi utama ari-ari berakhir tetapi organ ini dirawat dengan cara ditanam atau dikubur agar tidak membusuk di tempat sampah atau dimakan binatang.
Menanam ari-ari juga dikenal dengan sebutan upacara mendhem ari-ari. Ari-ari ditempatkan di dalam kendhil dan diberi daun talas. Alas daun talas mempunyai simbol agar sang anak kelak tumbuh tidak hanya memikirkan hal duniawi saja.
Upacara mendhem ari-ari ini biasanya dilakukan oleh sang ayah, berada di dekat pintu utama rumah, diberi pagar bambu dan penerangan berupa lampu minyak selama 35 hari (selapan).
2. Brokohan
Upacara brokohan dilaksanakan jika seseorang mendapat rezeki atau mendapat kegembiraan yang bisa dalam bentuk apa saja termasuk kelahiran bayi.
Brokohan berasal dari kata barokah-an, yang artinya memohon berkah dan keselamatan kepada Tuhan atas kelahiran buah hati. Upacara ini dilaksanakan sehari setelah bayi lahir.
Saat acara brokohan, para tetangga dan kerabat juga hadir dan berkumpul. Mereka ikut berbahagia atas kelahiran bayi yang dapat berjalan dengan lancar dan mendoakannya. Biasanya mereka juga datang dengan membawa buah tangan berupa perlengkapan bayi dan makanan untuk keluarga yang melahirkan.
3. Upacara Kelahiran Bayi: Sepasaran
Foto: Flickr
Dalam tradisi Jawa, selain perhitungan hari yang berjumlah tujuh, juga ada perhitungan pasaran yang berjumlah 5 hari yakni pon, wage, kliwon, legi, dan pahing. Upacara sepasaran dilakukan setelah 5 hari sejak kelahiran bayi. Misalnya jika bayi lahir pada pasaran wage, maka upacara dilaksanakan pada wage berikutnya.
Dalam acara ini pihak keluarga mengundang tetangga sekitar beserta keluarga besar untuk ikut mendoakan atas bayi yang telah dilahirkan. Inti dari acara sepasaran ini adalah upacara selamatan sekaligus mengumumkan nama bayi yang telah lahir.
Acara sepasaran secara sederhana biasanya dilakukan dengan kenduri. Namun, bagi yang memiliki rezeki yang lebih biasanya dilaksanakan besar-besaran seperti orang punya hajat (mantu).
4. Puputan
Ketika tali pusat bayi putus, saat itulah upacara puputan dilaksanakan. Acaranya berupa kenduri sederhana memohon pada Tuhan YME agar si anak yang telah puput puser selalu diberkahi, diberi keselamatan dan kesehatan.
Pada zaman dahulu, orangtua menyediakan berbagai macam sesaji saat puputan. Namun, masyarakat jawa modern biasanya menggelar acara puputan bersamaan dengan upacara sepasaran ataupun selapanan, tergantung kapan tali pusat bayi putus.
5. Upacara Kelahiran Bayi: Aqiqah
Sebenarnya aqiqah adalah sunah yang dianjurkan bagi umat islam. Oleh sebab itu, orang Jawa yang beragama islam melaksanakannya untuk meneladani Nabi Muhammad SAW.
Upacara aqiqah dilaksanakan dengan menyembelih hewan berupa domba/kambing. 1 ekor kambing untuk bayi perempuan dan 2 ekor kambing untuk bayi laki-laki. Setelah itu kambing dimasak dan dibagi-bagikan ke tetangga dan saudara. Saat ini sudah banyak jasa yang melayani catering khusus untuk aqiqah sehingga mempermudah orangtua.
Acara Aqiqah kadang juga dilaksanakan bersamaan dengan acara selapanan.
6. Selapanan/Cukur Rambut Bayi
Foto: IslamPos
Upacara menyambut kelahiran bayi yang terakhir adalah Selapanan. Acara ini dilakukan 35 hari (selapan) setelah bayi lahir dan dilangsungkan dengan rangkaian acara bancakan weton (kenduri), mencukur rambut bayi hingga gundul dan memotong kuku bayi.
Tujuan dari pemotongan rambut dan kuku untuk menjaga kesehatan bayi agar kulit kepala dan jari bayi tetap bersih. Sementara itu, bancakan selapanan dimaksudkan sebagai rasa syukur atas kelahiran bayi, sekaligus doa agar kedepannya si jabang bayi selalu diberi kesehatan, cepat besar, dan berbagai doa kebaikan lainnya.
***
Itulah 6 upacara kelahiran bayi yang biasa dilakukan dalam adat Jawa. Apakah Parents juga melakukannya?
Sumber: Tumpi.id
Baca juga:
Cara Menghitung Weton Jawa dan Maknanya bagi Kecocokan Suami Istri
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.