Teman sejatinya merupakan orang terdekat selain keluarga yang bisa menjadi support system, baik sosial maupun emosional. Namun, seperti halnya dalam hubungan percintaan, Toxic Friendship juga rentan terjadi. Bukannya mendapat hal baik justru berdampak buruk pada diri sendiri.
“Pertemanan toksik terjadi ketika satu orang secara emosional dilukai atau dimanfaatkan oleh orang lain, membuat hubungan itu lebih menjadi sebuah beban daripada dukungan,” ujar Suzanne Degges-White, penulis buku Toxic Friendships dilansir dari Choices Scholastic.
Meski seringkali melelahkan, pola pertemanan semacam ini cukup sulit disadari. Dari luar semua terlihat baik-baik saja dan tampak menyenangkan. Namun, ada satu pihak yang sebenarnya selalu dirugikan.
10 Tanda Toxic Friendship yang Wajib Diperhatikan
Hubungan yang toksik begitu juga dalam pertemanan dapat berdampak besar pada kesehatan mental. Ada perasaan ketakutan, stres, dan tidak nyaman saat menghadapi situasi yang beracun. Lantas, bagaimana cara mengidentifikasi suatu pertemanan toksik atau tidak? Mengutip Women’s Health, inilah tanda-tandanya.
1. Salah Satu Tanda Toxic Friendship, Ketika Anda Memberi Lebih dari yang Kamu Terima
Ketika seorang teman selalu meminta bantuan tapi dia tidak pernah sekalipun memberikan bantuan atau bahkan membalasnya, kemungkinan dia adalah sosok teman yang beracun.
Tentu saja hal ini tidak terlalu tidak selalu benar. Adakalanya seseorang memang memiliki kesulitan mereka sendiri, tetapi penting untuk memahami bahwa sebuah persahabatan itu saling memberi.
Hubungan persahabatan yang baik harusnya bisa saling mengerti, memahami dan saling memberi. Jika pola yang tampak justru selalu memberi, memberi, dan memberi sementara tidak ada timbal balik satu sama lainya maka pertanda ada yang salah dalam hubungan pertemanan tersebut.
Artikel terkait : Anak Punya Teman Toksik atau Toxic Friendship, Apa yang Sebaiknya dilakukan Orang Tua?
2. Tidak Gembira Saat Bersama Mereka
Wajarnya seseorang akan gembira dan antusias saat berkumpul bersama teman-temannya. Namun, bila seseorang justru merasa takut dan was-was, kemungkinan salah satu atau sirkel pertemanannya termasuk Toxic Friendship.
“Kamu juga mungkin melihat peningkatan kecemasan, sakit kepala, atau gangguan perut saat bersama mereka (teman toksik),” ujar psikolog klinis dan penulis Elizabeth Lombardo, Ph.D.
Bukannya healing, malah semakin tertekan saat bersama mereka. Tandanya, pikirkanlah kembali apakah mereka teman yang layak atau tidak.
3. Tidak Menjadi Diri Sendiri dalam Lingkaran Toxic Friendship
Seorang teman beracun memiliki bakat untuk menyebarkan toksisitasnya kepada orang lain. Ketika bersama orang tersebut, muncul perilaku yang sebenarnya bukanlah diri sendiri. Misalnya, Kamu sebenarnya bukan orang yang suka bergosip, tetapi demi bisa berbaur dan menyatu dengan mereka kamu jadi ikut menggosipkan orang lain.
Layaknya keluarga, teman seharusnya menjadi tempat paling nyaman untuk seseorang menjadi diri mereka sendiri. Tidak perlu menjadi orang lain hanya demi bisa berteman dengan kelompok tertentu.
Artikel terkait : Mengenal Toxic Masculinity, Perilaku Maskulin yang Berdampak pada Kesehatan Mental pelaku
4. Tidak Lagi Mempercayai Mereka
Seperti hubungan lainnya, persahabatan juga dibangun di atas kepercayaan. Pertemanan pun bisa mengecewakan. Apalagi jika mereka selalu berbohong dan mengingkari janji dengan santai tanpa rasa bersalah.
Hingga pada akhirnya, Anda terus meragukannya dan semua perkataannya selalu berupa kebohongan. Bila sudah tidak ada kepercayaan, maka kasih sayang saja tidak cukup untuk mempertahankan persahabatan.
5. Suka Menjelek-Jelekkan di Belakang
Bergosip memang seringkali dilakukan di dalam kelompok pertemanan. Namun, saat mereka terus-menerus menjelek-jelekkanmu di belakang, mereka tidak layak dijadikan teman. Memang benar, seorang memang boleh saja memberikan kritik bila temannya berbuat salah. Namun, wajarnya disampaikan langsung kepada yang bersangkutan. Bukan membicarakan di belakang. Bagaimanapun juga menggosipkan orang lain di belakangnya sangat menjengkelkan dan bisa menyakiti hatinya.
Artikel terkait : Pengakuan Bella Hadid, Terjebak Dalam Hubungan Yang tidak sehat karena Toxic karena People Pleasure
6. Persaingan yang Tidak Sehat Selalu Ada dalam Toxic Friendship
Kompetisi dalam lingkup yang positif tentu saja menjadi hal yang baik. Kadangkala seseorang juga harus siap bersaing dengan temannya sendiri dalam suatu perlombaan, tentu saja ini kompetisi yang sehat dan fair. Sayang, terkadang ada perasaan iri dan dengki atas pencapaian orang lain. Hal ini wajar tetapi bila terus-terusan terjadi, bisa saja menimbulkan persaingan yang tak sehat.
7. Takut Menerima Pesan dan Telpon dari Mereka
Ketika orang tersebut menelepon atau mengirimi pesan, anehnya Anda justru merasa ketakutan alih-alih bergembira. Teman yang baik seharusnya tidak membuat panik setiap kali mendapat telepon darinya.
Teman yang baik harus bisa menjaga kondisi perasaan satu sama lainya baik secara langsung maupun dalam komunikasi melali pesan atau telepon. Perasaan untuk menghindari komunikasi dengannya selalu ada. Jadi, persahabatan atau pertemanan macam apa bila seperti itu?
8. Tidak Bisa Mengandalkan Saran dari Mereka
Terkadang seseorang mengalami masalah dalam hidup dan terkadang teman yang baik bisa membantu mengatasinya. Mereka bisa mendengarkan setiap masalah dan kadangkala memberikan saran yang bisa membantu.
Teman yang beracun tidak akan mendengarkan mereka bahkan tidak terlalu berempati dengan masalah orang lain. Jika mereka mendengarkan, biasanya memberikan nasihat sepihak yang membuat mereka terdengar pintar atau lebih kompeten dan sukses.
Seringkali, seorang teman yang beracun akan bersikeras pada saran yang menurutnya benar serta tidak memperhatikan kondisi temannya.
9. Merasa Tidak Nyaman dengan Perilaku Buruknya
Salah satu keluhan paling umum tentang teman beracun adalah bahwa mereka “kasar kepada orang yang Kamu sayangi”, seperti pasangan, teman yang lain, dan bahkan anak-anak.
Ketika pergi keluar bersama misalnya, mereka membuat banyak masalah dan mempermalukan. Contoh lain, dalam obrolan grup dengan teman-temanmu, seorang teman beracun mungkin membuli dan mengolok-olok seorang kenalan bersama dan menyuruh orang lain untuk ikut menghinanya dan menghakiminya.
Artikel terkait : Kenali Toxic Relationship, Jangan Sampai Terjebak di Hubungan yang Tidak Sehat yang Menganggu Kesehatan Mental!
10. Merasa Dimanfaatkan Menjadi Tanda Toxic Friendship
Salah satu tanda teman yang beracun, dia pandai manipulasi atau membuat temannya melakukan hal-hal yang tidak ingin dilakukan. Misalnya, ia membuat kesepakatan yang tampaknya adil tetapi sebenarnya tidak.
Misalnya, ia memaksa membagi bill makan sama rata, padahal dirinya memesan makanan lebih banyak. Dia mampu meyakinkan orang lain bahwa itu adil, padahal yang lain terpaksa menerimanya demi menjaga hubungan.
Terlebih, ia juga tidak memikirkan perasaan orang lain dari perilakunya sedangkan orang lain memikirkan perasaan demi mengatasnamakan pertemanan. Dia tidak memikirkan perasaan orang lain dari perilakunya sedangkan orang lain memikirkan perasaan demi mengatasnamakan pertemanan.
Itulah berbagai tanda Anda terjebak dalam teman toksik atau Toxic Friendship. Jangan diabaikan, sebab ini bisa mengganggu kesehatan mental. Waspadai teman toksik dengan ciri-ciri di atas, ya!
***
15 Signs You’re In A Toxic Friendship—And How To GTFO
https://www.womenshealthmag.com/relationships/a25939904/signs-of-toxic-friendships/
The 7 Types of Toxic Friendships
https://choices.scholastic.com/issues/2019-20/110119/the-7-types-of-toxic-friendships
***
Baca juga :
Toxic Shock Syndrome, Infeksi Bakteri yang Menimbulkan Racun dalam Darah
Hati-hati, Berpikir Positif Secara Berlebihan Justru Bisa Jadi Toxic, Ini Tandanya!
Bisa Mengganggu Kesehatan Mental, Ini 8 Tanda Toxic Family yang Harus Dihindari