Jika Parents tahu rahasianya, membiasakan pola makan sehat pada si kecil akan terasa jauh lebih mudah dari yang dibayangkan. Simak tips gizi seimbang pada anak yang bisa diterapkan di rumah.
Pandemi memaksa banyak keluarga untuk membatasi aktivitas di luar rumah. Harus diakui, berdiam di rumah selama jangka waktu yang lama berpotensi memicu stres, baik bagi orangtua maupun anak.
Pikiran yang stres bisa mengganggu kesehatan. Mulai dari menurunkan nafsu makan hingga mengganggu daya tahan tubuh. Oleh karena itu, orangtua harus bekerjasama secara kreatif menciptakan suasana rumah yang nyaman bebas stres, melalui kegiatan makan bersama misalnya.
Stres Bisa Menurunkan Nafsu Makan Anak
Stres yang tidak dikelola dengan baik berpotensi menurunkan nafsu makan anak, yang dapat memengaruhi asupan gizinya. Padahal, untuk memastikan tumbuh kembangnya tetap optimal, anak memerlukan asupan makanan bergizi seimbang dan kondisi psikis yang baik.
Namun sayangnya, banyak orangtua yang belum menyadari keterkaitan antara kondisi psikologis dengan nafsu makan anak-anak. Hal itu disampaikan oleh Putu Andani, M.Psi, Psikolog Anak dari Tiga Generasi dalam webinar bertajuk Bicara Gizi yang diselenggarakan Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia.
“Tanpa disadari, kondisi psikis orang tua dan anak saling berkaitan. Stres berkepanjangan yang tidak diolah dengan baik dapat memengaruhi perilaku makan anak di rumah. Padahal asupan nutrisi adalah sumber pertahanan imun untuk saat ini. Untuk itu, orang tua perlu memantau mood anak dengan baik di samping mengelola stresnya sendiri,” kata Putu.
Faktanya, penelitian menemukan bahwa 95% hormon serotonin diproduksi di usus. Hal ini menandakan bahwa apa yang kita makan dapat memengaruhi kesehatan psikis. Selain situasi hati yang bisa memengaruhi keinginannya untuk makan, anak yang tidak menerima asupan gizi seimbang juga berpotensi mengalami kecemasan.
Artikel terkait: 10 Gizi Penting Untuk Anak
Perhatikan Porsi, Variasi, dan Jadwal Makan
Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK, Dokter Spesialis Gizi Klinis, menjelaskan bahwa gizi seimbang dapat dicapai apabila makanan yang dikonsumsi dalam jumlah cukup, berkualitas baik, dan beragam jenisnya untuk memenuhi berbagai nutrisi yang diperlukan oleh tubuh.
Untuk mengatur porsi makan, gunakan panduan “Isi Piringku” dari Kemenkes. Selain porsi, variasi dan jadwal makan juga perlu diperhatikan untuk mengoptimalkan asupan gizi pada anak-anak.
Tak hanya memberikan anak protein nabati yang padat gizi, anak juga perlu dibiasakan dengan alternatif sumber protein nabati. Contohnya kacang-kacangan seperti olahan kedelai, kacang merah, kacang ijo, dan sebagainya. Dengan catatan, anak tidak mengalami kondisi kurang gizi atau gagal tumbuh yang membuatnya harus mengejar angka berat badan tertentu.
Kelebihan dari protein nabati adalah rendah lemak jenuh, kaya antioksidan, serta mengandung serat yang dapat memperlancar saluran cerna si kecil. Bagi anak yang mengalami intoleransi laktosa, makanan berbasis soya yang difortifikasi lebih diutamakan.
Sementara itu, pola makan yang terjadwal akan sangat membantu anak membentuk kebiasaan makan yang baik.
Artikel terkait: Anak suka jajan? Pastikan pilihannya bergizi seimbang ya Bun!
Tips Gizi Seimbang: Kuncinya Bikin Anak Merasa Nyaman
Status gizi anak dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi. Faktanya, di masa anak harus berkegiatan di rumah, anak mungkin seringkali merasa bosan dengan menu makanan di rumah. Maka, perlu trik khusus untuk menerapkan gizi seimbang selama di rumah saja, mulai dari memberikan makanan bervariasi dan menciptakan pengalaman menyenangkan saat makan.
Putu mencontohkan, untuk anak usia yang lebih kecil, bisa diajarkan mencuci buah dan sayur, memilah jenis makanan, menghitung jumlah makanan atau alat makan serta mengeksplorasi nama, warna dan aroma dari berbagai jenis makanan. Sedangkan untuk anak yang lebih besar, bisa dilibatkan untuk memotong, mencampur adonan, mengenalkan dan mencampur bahan, menentukan porsi makan dan menata peralatan makan di meja.
Apabila dilakukan bersama-sama dan tanpa distraksi, aktivitas ini dapat mengasah perkembangan kognitif, fisik, sosial dan emosional anak serta meningkatkan bonding antara ibu dan si kecil.
“Sepanjang tahap kehidupannya, anak memiliki berbagai kebutuhan psikologis yang perlu dipenuhi, antara lain merasa bisa mandiri, berinisiatif, dan menghasilkan suatu karya. Melibatkan anak pada proses dan memberikan keleluasaan untuk menentukan pilihan akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut sehingga kesehatan psikis anak tetap terjaga,” pungkas Putu.
Baca juga:
4 Masalah Gizi pada Anak yang Sering Tidak Disadari Orangtua, Apa Saja?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.