Mengetahui masa subur seorang perempuan mungkin hal yang harus diketahui setiap kaum Hawa. Terlebih, bagi Anda yang sedang mendambakan kedatangan seorang anak. Untuk memprediksi kapan masa tersebut tiba, Anda dapat menggunakan alat tes masa subur (ovulation test kit). Tes masa subur atau tes ovulasi adalah alat yang digunakan oleh perempuan untuk membantu menentukan waktu dalam siklus menstruasi dengan kemungkinan besar hamil.
Saat ini, ada banyak sekali metode tes ovulasi. Mulai dari menggunakan tracker di ponsel, kalender, strip tes kertas (test pack), termometer, atau alat seperti tongkat tes kehamilan. Semua tergantung pilihan Bunda untuk menggunakan metode mana. Namun sebelumnya, pastikan Bunda mendapatkan informasi terkait tes ovulasi di bawah ini.
Artikel terkait: Mengetahui 3 Tanda Ovulasi untuk Mempercepat Peluang Kehamilan, Catat!
Apa Itu Alat Tes Ovulasi?
Alat tes ovulasi adalah metode untuk mengukur masa subur, saat sel telur dilepaskan dari salah satu ovarium. Setelah dilepaskan, sel telur memiliki waktu 12-24 jam untuk dibuahi. Rata-rata, sperma mampu bertahan di dalam tubuh wanita selama 3-5 hari untuk membuahi sel telur. Sel telur ini dapat dibuahi oleh sperma sehingga menyebabkan kehamilan.
Kebanyakan tes ovulasi menilai hormon yang dibuat oleh kelenjar pituitari yang disebut hormon luteinizing (LH). Sinyal hormon beredar di aliran darah, disaring oleh ginjal, dan berakhir di urine. Jika terdeteksi dalam urine, kemungkinan besar ovulasi akan terjadi dalam 12 hingga 36 jam ke depan.
Tak hanya menggunakan sampel urine, ada beberapa metode tes ovulasi lainnya.
Sampel dan Jenis Alat Tes Ovulasi
Pernahkah Parents mendengar seorang wanita mencatat periode menstruasi menggunakan kalender? Mungkin itu terdengar kuno. Akan tetapi, hal tersebut juga bisa dijadikan cara manual menghitung masa subur.
Tak hanya itu, di era modern seperti ini, hampir semua orang memiliki ponsel pintar dengan berjuta aplikasi canggih di dalamnya. Salah satunya tracker kehamilan. Ada beberapa rekomendasi, lho.
Aplikasi tersebut dapat membantu menafsirkan dan melacak hasil tes. Parents juga dapat melacak indikator kesuburan lainnya di aplikasi, sehingga mendapatkan prediksi siklus yang dipersonalisasi berdasarkan beberapa titik data.
Meski begitu, metode kalender dan aplikasi tracker tersebut mungkin dinilai kurang akurat. Berikut ini beberapa sampel dan alat tes ovulasi yang harus Parents ketahui.
Urine
Pengujian paling mudah dilakukan yaitu dengan menggunakan sampel urine. Alat prediksi ovulasi yang mudah didapat dan dapat dilakukan mandiri di rumah adalah ovulation test pack. Selain mudah ditemukan di apotek, beberapa merek ovulation test pack juga sudah teruji klinis keakuratannya.
Ovulation test pack mampu mendeteksi peningkatan hormon LH yang terjadi sekitar satu hingga dua hari sebelum ovulasi. Sejumlah kecil LH selalu ada dalam darah dan urine. Namun pada hari-hari sebelum ovulasi, jumlahnya meningkat sekitar dua hingga lima kali lipat.
Air Liur
Mungkin cara ini terdengar kurang familiar. Namun, tes ovulasi berbasis saliva ini menguji air liur untuk mengetahui adanya peningkatan kadar garam. Ketika kadar estrogen meningkat, kandungan garam dalam air liur juga meningkat.
Dua keuntungan utama dari produk berbahan air liur adalah fakta bahwa produk ini hanya dapat dibeli satu kali, karena lensanya dapat dicuci dan digunakan kembali. Selain itu, produk ini mudah digunakan di mana saja dan kapan saja. Akan tetapi, metode deteksi masa subur dengan air liur ini bisa dipengaruhi dari makanan atau minuman yang dikonsumsi. Agar mendapatkan hasil yang akurat, Parents disarankan tidak mengonsumsi apa pun 2 jam sebelum melakukan tes dengan metode ini.
Lendir Serviks
Perubahan lendir serviks merupakan salah satu tanda-tanda ovulasi datang. Sebelum ovulasi, mungkin ada peningkatan cairan bening, basah dan licin dari organ kewanitaan. Setelah ovulasi, sekresi menjadi lebih kental dan keruh atau mungkin hilang.
Tes ovulasi ini dapat dilakukan sendiri dengan mengecek lendir serviks secara berkala. Parents dapat memeriksanya menggunakan jari yang sudah dicuci bersih, tisu, atau kain bersih. Namun, jika Anda ragu, dapat konsultasikan dengan dokter kandungan.
Suhu Basal Tubuh
Bukan mengukur suhu tubuh seperti biasanya. Pada saat menentukan masa subur perlu mengukur suhu basal tubuh (basal body temperature) yang terjadi saat istirahat. Biasanya, suhu ini akan sedikit meningkat selama ovulasi.
Sebelum ovulasi, suhu basal tubuh wanita rata-rata antara 36,1-36,4 °C. Setelah ovulasi, suhu naik menjadi 36,4-37 °C, dan tetap lebih tinggi hingga akhir siklus menstruasi.
Cara melacak suhu basal menggunakan termometer khusus dan dilakukan setiap pagi sebelum bangun dari tempat tidur untuk dapat menunjukkan pola suhu. Wanita paling subur selama 2-3 hari sebelum suhu basal naik.
Bagaimana Alat Tes Ovulasi Bekerja?
Alat prediksi ovulasi bekerja dengan mendeteksi kadar hormon luteinizing (LH) dalam urine. Saat ovulasi semakin dekat, LH melonjak untuk mendorong sel telur ke tahap akhir kematangan. Lonjakan LH ini terjadi sekitar 36 jam sebelum ovulasi.
Peluang kehamilan paling tinggi ketika sperma hadir di saluran tuba pada saat ovulasi. Jadi, idealnya berhubungan seks selama 3-5 hari sebelum ovulasi. Karena tes ovulasi mendeteksi lonjakan LH yang terjadi 12-36 jam sebelum ovulasi, Parents akan mengetahui kapan harus mulai berhubungan seks pada waktu yang tepat untuk terjadinya pembuahan.
Efektivitas Alat Tes Ovulasi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tes ovulasi dapat meningkatkan peluang untuk hamil. Namun agar efektif, Anda perlu melakukan tes dengan benar dan berhubungan seks selama jangka waktu yang ditentukan.
Penelitian lain yang diterbitkan dalam Bioengineering & Translational Medicine menemukan hasil yang beragam atau terbatas atau tidak ada peningkatan angka kehamilan sama sekali. Pengujian laboratorium untuk tes ovulasi telah ditemukan lebih efektif. Meskipun demikian, penelitian juga menunjukkan bahwa orang yang menggunakan alat tes ovulasi cenderung merasa nyaman dengan pengalaman tersebut dan menganggapnya berguna.
Kapan Waktu Terbaik Menggunakan Alat Tes Ovulasi?
Bagi wanita dengan rata-rata siklus menstruasi 28 hingga 32 hari, ovulasi biasanya terjadi antara hari ke-11 hingga hari ke-21. Kemungkinan besar Anda akan hamil jika berhubungan seksual 3 hari sebelum ovulasi. Jadi, waktu untuk melakukan tes ovulasi dapat dilakukan pada hari ke-7 hingga hari ke-10.
Jika siklus menstruasi tipikal Parents adalah 28 hari, Anda akan melakukan tes ovulasi 10 atau 14 hari setelah memulai menstruasi. Jika siklus Anda memiliki panjang yang berbeda atau tidak teratur, bicarakan dengan dokter kapan harus melakukan tes.
Sedangkan jika Parents memiliki siklus yang lebih pendek, Anda dapat berasumsi bahwa ovulasi kemungkinan besar akan terjadi dalam waktu 4 hari dari titik tengah siklus. Itu berarti dapat mulai menggunakan alat tes ovulasi 4 hingga 6 hari sebelum titik tengah siklus.
Sebagian besar wanita melakukan pengujian pada pagi hari setelah bangun tidur. Pasalnya, pada waktu itu terjadi lonjakan LH.
Sedangkan, ada pula yang melakukan tes sekitar pukul 12 siang hingga 8 malam. Diyakini bahwa wanita cenderung mengalami lonjakan LH di pagi hari, dan kadar tersebut dapat diketahui melalui urine sekitar 4 jam kemudian. Jadi, mereka percaya bahwa menunggu beberapa jam hingga LH normal akan membuatnya lebih akurat.
Ingatlah bahwa kapanpun waktu yang Anda pilih, yang terbaik adalah mengujinya pada waktu yang sama setiap hari. Parents bahkan dapat melakukannya 2 kali tergantung jadwal. Untuk meningkatkan atau memastikan keakuratan alat tes ovulasi, batasi asupan cairan selama sekitar 2 jam sebelum pengujian.
Parents dapat melakukan tes ovulasi jika mengalami beberapa tanda, seperti:
- Peningkatan lendir serviks, terutama cairan yang terasa licin saat diusap atau konsistensinya seperti putih telur.
- Peningkatan suhu basal tubuh Anda
- Peningkatan gairah seks
- Bercak ringan
- Nyeri panggul ringan.
Artikel terkait: Kenali 5 Penyebab Sakit Saat Ovulasi yang Membuat Bunda Sulit Hamil Ini
Cara Menggunakan Alat Tes Ovulasi
Alat tes ovulasi berbasis urine atau test pack adalah salah satu pilihan mudah dan akurat. Parents dapat menggunakannya sendiri di rumah. Ketahui beberapa langkah penggunaan alat tes tersebut:
1. Kumpulkan Sampel Urine
Biasanya, Parents perlu mengumpulkan sampel urine dalam wadah yang bersih dan kering. Beberapa strip ovulasi (test pack) mengharuskan menggunakan urine pagi pertama, namun ada juga yang menyarankan untuk menggunakan sampel urine di waktu kapan saja.
2. Buka Strip Tes Ovulasi
Sebagian besar kemasan test pack biasanya mencakup strip atau perangkat ovulasi dan wadah untuk sampel urine. Parents dapat buang air kecil pada tongkat uji, atau buang air kecil dalam cangkir dan letakkan tongkat di dalam urine.
3. Celupkan Strip Ovulasi ke dalam Sampel Urine
Ikuti petunjuk yang ada pada kemasan untuk memastikan bahwa Parents menggunakan jumlah urine yang tepat.
4. Tunggu Hasilnya
Alat tersebut biasanya akan memberikan garis waktu berapa lama Parents harus menunggu hasil setelah mencelupkan strip tes ovulasi. Hasil biasanya tersedia dalam waktu sekitar 5 menit.
5. Lihat hasilnya
Alat tes ovulasi dan strip ovulasi adalah alat yang menggunakan sistem kode warna untuk menunjukkan adanya hormon luteinising yang melonjak tepat sebelum ovulasi. Jika tesnya positif, artinya ovulasi kemungkinan besar akan terjadi dalam 24 hingga 48 jam ke depan. Jika tesnya negatif, artinya ovulasi tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat.
Tes ovulasi memiliki dua garis. Salah satunya adalah garis kontrol yang menandakan tes bekerja dengan baik, sedangkan yang lainnya adalah garis tes yang menunjukkan hasilnya. Tergantung pada apakah Anda sedang berovulasi, garis tes akan tampak lebih terang atau lebih gelap dari garis kontrol.
Garis uji tampak lebih ringan ketika Anda memiliki tingkat LH yang rendah di tubuh. Sementara, garis uji akan tampak lebih gelap bila ada tingkat LH yang lebih tinggi di tubuh. Ini menunjukkan bahwa Parents memiliki peluang besar untuk hamil.
Bagaimana Cara Memilih Alat Tes Ovulasi?
Saat memilih alat ovulasi, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan:
Metode Deteksi
Sebagian besar alat ovulasi mendeteksi lonjakan LH yang mendahului ovulasi. Ada beberapa metode yang membantu memprediksi lonjakan ini, termasuk tes berbasis urine, tes air liur, dan monitor digital. Namun, ada beberapa wanita yang tes LH-nya tidak efektif. Misalnya, wanita dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS) memiliki kadar LH yang lebih tinggi dan mungkin menghasilkan hasil positif palsu, sehingga tes yang mendeteksi hormon lain akan memberikan hasil yang lebih akurat.
Akurasi
Sebagian besar alat ovulasi mengklaim setidaknya 98% akurat bila digunakan dengan benar. Pastikan alat prediksi ovulasi memenuhi standar ini dan mudah digunakan untuk menghilangkan pembacaan yang tidak akurat.
Kemudahan Penggunaan
Instruksi yang jelas dan mudah digunakan adalah penting, karena keakuratan hasil akan bergantung pada seberapa baik instruksi diikuti.
Biaya
Pertimbangkan biaya alat ovulasi, karena harga dapat sangat bervariasi. Wanita dengan siklus haid yang dapat diprediksi kemungkinan besar dapat memilih pilihan yang lebih murah, sementara wanita dengan siklus tidak teratur mungkin ingin memilih sistem pengujian yang menawarkan lebih banyak wawasan tentang kesuburan mereka. Tentukan anggaran dan pilih alat yang sesuai dengan kebutuhan sambil tetap mengecek akurasi, kemudahan penggunaan, dan keandalan.
Fitur Tambahan
Banyak alat ovulasi menawarkan fitur tambahan, seperti aplikasi pelacakan, monitor kesuburan, atau beberapa tongkat pengujian.
Memilih alat tes ovulasi adalah hal yang mudah namun cukup krusial. Namun, Parents dapat mempertimbangkan berdasarkan informasi di atas terkait alat prediksi ovulasi mana yang cocok untuk digunakan dan kapan waktu yang tepat melakukannya.
Semoga informasi di atas dapat bermanfaat ya Parents!
***
Baca juga:
5 Rekomendasi Merek Alat Tes Ovulasi di 2023, Cek!
17 Mitos dan Fakta Ovulasi yang Perlu Parents Ketahui
Infertilitas pada wanita, ini penyebab dan cara mengatasinya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.