Parents pastinya ingin tumbuh kembang buah hati maksimal hingga ia dewasa. Namun, tak bisa dipungkiri ada saja kondisi kesehatan yang ia alami misalnya saja alergi. Penting bagi Anda mengetahui serba serbi alergi, tak terkecuali jenis alergi kulit anak yang dapat memengaruhi tumbuh kembangnya kelak.
Alergi merupakan reaksi di mana sistem kekebalan tubuh merespon sesuatu yang sebenarnya tidak berbahaya, tetapi tubuh menilai komponen tersebut sebagai ancaman. Lalu, seperti apa berbagai jenis serta faktor penyebab alergi ini?
Faktor Alergi pada Anak
Kendati menjadi sesuatu yang umum termasuk bagi anak, nyatanya belum ada penyebab pasti seseorang bisa mengalami alergi. Namun, dipercaya ada beberapa aspek yang berperan dalam meningkatkan risiko alergi pada anak. Salah satunya genetik atau keturunan.
Apabila salah satu orangtua memiliki riwayat alergi, maka risiko anak alergi berada di rentang 20-40%. Persentase risiko alergi akan meningkat bilamana kecenderungan alergi dimiliki kedua orangtua, yakni sebesar 75%. Terdapat beragam pemicu alergi atau disebut alergen; mulai dari makanan, debu, atau jenis obat tertentu.
Berdasarkan data terpercaya yang dirilis oleh Centers for Disease Control and Prevention, alergi terhadap makanan menjadi sesuatu yang umum. Terbukti, sebanyak tiga juta anak memiliki alergi makanan yang mencakup susu, gluten, dan kacang.
Terlepas dari riwayat alergi yang ada dalam anggota keluarga, genetik bukanlah satu-satunya penyebab alergi. Beberapa faktor di bawah ini ditengarai meningkatkan risiko alergi pada anak, antara lain:
- Paparan asap rokok
- Makanan
- Hewan peliharaan
- Infeksi virus
- Vaksinasi
- Obat-obatan tertentu
- Polusi udara
- Lingkungan yang terlalu steril
Lantas, haruskah anak dijauhkan dari faktor yang memicu alergi? Faktanya, membatasi si kecil terhadap makanan tertentu rupanya berisiko meningkatkan alerginya. Misalnya, mengurangi dosis selai kacang atau telur karena khawatir akan menimbulkan alergi. Yang ada, imunitas tubuh akan lebih sensitif terhadap makanan tersebut.
Jenis Alergi Kulit Anak
Di samping alergi terhadap makanan, terdapat beberapa bentuk alergi kulit yang patut Parents ketahui. Pasalnya, jenis alergi ini umumnya berdampak langsung pada kulit dan biasanya akan membuat si kecil rewel. Menurut American College of Alergy Asthma and Immunology (ACAAI), berikut deretan jenis alergi kulit yang menyerang anak-anak.
1. Eksim (dermatitis atopik)
Faktanya, 10% anak di seluruh dunia pernah menderita eksim. Jenis alergi ini umum ditemui utamanya pada anak yang memiliki asma, alergi makanan tertentu, dan demam. Risiko juga akan meningkat bila ada anggota keluarga yang mengalami kondisi serupa. Sayangnya, belum diketahui secara pasti apa penyebab alergi satu ini.
Pada bayi, ia akan merasakan gatal pada wajah atau kepala sebagai gejala awal. Gatal kemudian sangat mungkin menyebar ke anggota tubuh lainnya sehingga membuat kulit menjadi kemerahan bahkan mudah iritasi. Gejala lain juga akan menyertai, seperti:
- Biang keringat kemerahan
- Kulit gatal dan terasa gatal saat digaruk
- Kulit kering dan bersisik
- Kerak kering muncul di bekas garukan; biasanya di area kaki, lipatan leher, punggung, dada, dan perut
- Infeksi kulit berulang yang kemungkinan besar diakibatkan seringnya menggaruk kulit
Beberapa faktor disebabkan meningkatkan risiko alergi ini, antara lain:
- Udara
- Keringat
- Permukaan pakaian yang kasar
- Produk kebersihan tertentu
- Makanan; misalnya telur, kacang, susu sapi, gandum, susu kedelai, dan hidangan laut
2. Ruam/biduran, salah satu jenis alergi kulit anak
Pernahkah Anda mendapati kulit buah hati mendadak bentol berwarna kemerahan? Jika ya, bisa jadi ia mengalami biduran atau kerap disebut kaligata. Jenis alergi kulit anak ini berbentuk bentol di tubuh, ada batasan, memudar bila ditekan, dan disertai gatal. Berikut gejala umum biduran yang biasanya dialami:
- Pembengkakan kulit
- Gatal teramat sangat
- Merasakan sensasi menyengat atau terbakar
- Terlihat seperti gigitan serangga
- Timbul di salah satu atau beberapa anggota tubuh bayi
- Ukurannya beragam
- Timbulnya berbagai ukuran benjolan pada kulit yang mungkin berwarna merah atau merah muda dengan pusat-pusat putih, yang disebut wheals.
Jangan khawatir karena biduran biasanya akan hilang dalam kurun waktu kurang dari 6 minggu, namun bisa lebih lama jika yang dialami adalah biduran kronis. Banyak orang yang menjadikan alergi sebagai penyebab anak mengalami biduran. Padahal ada banyak penyebab lain seperti infeksi virus dan bakteri, makanan, obat-obatan, cuaca ekstrim, gigitan serangga, juga kondisi autoimun juga bisa menjadi penyebab biduran mendera anak.
3. Dermatitis kontak
Jika kulit anak menjadi kemerahan setelah memakai pakaian atau setelah memegang sesuatu, bisa jadi buah hati Anda mengalami dermatitis kontak. Umumnya, beberapa gejala berikut akan dirasakan anak saat mengalami dermatitis kontak:
- Timbul bercak merah di kulit
- Bengkak
- Kulit pecah-pecah
- Muncul rasa seperti terbakar
- Muncul kutil dan benjolan
- Kulit bersisik, tebal, dan kasar yang akan berkembang seiring waktu
- Biang keringat
Kondisi ini dipicu beberapa faktor, antara lain:
- Kandungan nikel atau logam dalam perhiasan
- Kandungan tertentu dalam produk obat kumur dan pasta gigi
- Bahan kimia dan pewarna sepatu
- Kosmetik misalnya sabun, minyak telon, dan lainnya
- Obat-obatan yang digunakan pada kulit, seperti neomycin (antibiotik), antihistamin, dan anestesi (perawatan kulit mati rasa)
- Partikel yang terdapat di udara, misalnya serbuk sari, cairan parfum, atau abu rokok
Gejala dermatitis kontak memang berbeda pada setiap anak, mulai dari tingkat ringan hingga berat. Gejala tersebut tidak langsung muncul, namun biasanya timbul 10 hari setelah kulit terpapar pemicu alergi. Umumnya, gejala dapat menetap 2 hingga 4 minggu di permukaan kulit.
Itu dia Parents jenis alergi kulit anak yang sebaiknya Anda ketahui. Lakukanlah sejumlah upaya agar si kecil terhindar dari alergi mulai dari mengetes riwayat alergi keluarga sehingga pemicu alergi dapat diketahui. Segera hubungi dokter anak jika alergi kian parah dan tidak membaik.
Artikel telah ditinjau oleh:
dr.Gita PermataSari, MD
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Sumber: WebMD
****
Baca juga :
Biduran pada Bayi, Kapan Harus Diwaspadai?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.