Parents, di tengah situasi yang mengharuskan kita melakukan aktivitas di rumah, ternyata tidak selamanya buruk. Melakukan segala aktivitas di rumah membuat bonding anak dan orangtua semakin erat. Parents juga bisa mengetahui lebih lanjut mengenai kesehatan si kecil, tak terkecuali mengenai riwayat alergi yang mungkin dimilikinya dan cara pencegahannya. Merupakan hal yang penting dilakukan untuk Anda memahami apa saja faktor risiko alergi pada anak sehingga pencegahan dapat dilakukan sebelum terlambat.
Alergi merupakan reaksi tubuh terhadap zat asing yang sebenarnya tidak berbahaya, namun tubuh menganggapnya sebagai ancaman. Zat yang memicu alergi ini disebut allergen.
Penelitian memperkirakan terdapat 32 juta orang Amerika yang memiliki alergi terhadap makanan, mencakup 5,6 juta anak di bawah usia 18 tahun. Dari angka ini, sebanyak 40% anak-anak yang mengalami tidak bisa mengonsumsi lebih dari satu jenis makanan akibat alergi yang dimiliki.
Faktor risiko alergi pada anak
Sayangnya, belum ada penyebab pasti alergi pada anak. Namun, beberapa aspek berikut dinilai berperan meningkatkan risiko alergi pada anak. Apa saja?
1. Riwayat alergi pada keluarga
Adakah Parents yang memiliki alergi terhadap makanan tertentu? Faktor genetik dipercaya menjadi pemicu utama alergi pada anak.
Apabila salah satu orangtua memiliki riwayat alergi, maka risiko anak terkena alergi meningkat antara 20-40%. Risiko bertambah jika kedua orangtua memiliki manifestasi alergi yang sama, yakni sebesar 72%.
2. Lingkungan
Di samping keturunan, lingkungan dapat menjadi parameter alergi yang terjadi dalam kehidupan anak.
Penelitian menunjukkan, risiko seseorang alergi terhadap sesuatu cenderung meningkat jika sejak masa kanak-kanak dibiasakan berada dalam lingkungan yang terlalu steril. Dengan kata lain, imunitas tubuh tidak mendapat celah untuk terpapar berbagai macam zat asing yang ada di sekitarnya. Nantinya, tubuh anak tidak mampu membedakan zat mana yang aman dan harus dilawan.
Dari penelitian tersebut ditemukan, risiko alergi dan asma pada anak yang sering terpapar alergen di rumah sejak lahir justru lebih rendah dibanding anak yang lingkungannya terlalu bersih.
Christine Cole Johnson, salah satu peneliti dan ketua Department of Public Health Sciences di Detroit masih melakukan riset lanjutan mengapa sering terpapar alergen sejak kecil bisa membuat seseorang lebih kebal alergi.
Namun, dr. Johnson dan timnya menduga frekuensi paparan yang tinggi selama masa golden age akan menghasilkan sistem kekebalan yang lebih kuat dan baik.
3. Pembatasan konsumsi makanan tertentu
Tidak memperbolehkan si kecil makan makanan tertentu rupanya turut berisiko menyebabkan anak terkena alergi. Contoh, membatasi anak makan selai kacang atau telur karena khawatir anak akan alergi padahal belum tentu terjadi. Jangan kaget jika saat dewasa nanti, sistem imun tubuh anak akan lebih sensitif terhadap makanan tersebut.
American Academy of Pediatrics (AAP) menuturkan, memvariasikan menu makan anak sejak dini lebih efektif mencegah risiko alergi berkembang di kemudian hari. Tidak ada alasan untuk menunda memberikan bayi makanan yang sering dianggap sebagai pemicu alergi, misalnya kacang, telur, atau ikan.
Faktor pemicu alergi pada anak
Lantas, apa saja komponen yang dapat memicu alergi pada buah hati?
Seringkali alergi dikaitkan dengan makanan yang umum dikonsumsi, contohnya kacang atau hidangan laut. Padahal, susu sapi juga dapat menjadi faktor risiko alergi pada anak meningkat.
Alergi muncul sebagai reaksi penolakan tubuh terhadap protein tinggi yang terkandung dalam susu sapi. Dilema akan dirasakan orangtua, mengingat protein merupakan nutrisi esensial pendukung tumbuh kembang buah hati.
Pemilihan susu formula dengan kandungan baik merupakan hal mutlak yang perlu dilakukan orangtua agar nutrisi si kecil tetap terpenuhi.
-
Makanan dan bukan makanan
Secara umum, ada dua kategori penyebab alergi pada anak yakni makanan dan bukan makanan. Perlu diketahui makanan merupakan pemicu alergi utama pada anak, namun prevalensinya berkurang pada orang dewasa.
Aneka makanan seperti telur, kacang, susu dan produk olahan, serta hidangan laut adalah deretan makanan yang biasanya mendera si kecil. Komponen non makanan seperti serbuk sari bunga, bulu hewan peliharaan, dan debu juga dapat membuat risiko alergi meningkat.
Konsumsi obat-obatan dengan dosis tertentu akan dianjurkan dokter agar seseorang bisa sembuh dari penyakit. Perlu diketahui, kekebalan tubuh anak yang belum sebaik orang dewasa bisa membuat alergi timbul.
Beberapa obat bisa menjadi pemicu kumatnya alergi. Antara lain obat anti nyeri non-steroid (NSAID), antibiotik, obat kemoterapi, obat anti kejang, dan ACE inhibitor.
Gejala seperti gatal, batuk, dan muntah biasanya terjadi beberapa saat setelah anak mengonsumsi obat.
Pekan #CegahAlergiAnak , Cara Cerdas Isi Waktu Luang #diRumahaja
Sadar akan pentingnya pencegahan dan antisipasi alergi sejak dini pada anak, Nutriclub bekerja sama dengan theAsianparent dan publisher lainnya mengadakan Pekan #CegahAlergiAnak yang dikemas dalam bentuk live talkshow di Instagram.
Dari sesi Instagram Live ini, Parents diharapkan lebih sadar akan pentingnya pengetahuan akan alergi pada buah hati dengan melakukan pencegahan dan antisipasi dini sebelum terlambat.
Instagram Live di akun @theasianparent_id akan diadakan pada Jumat, 24 April 2020 jam 14.00-15.00 WIB dan menghadirkan dokter spesialis anak dr. Caessar Pronocitro Sp.A, M.Sc dan momfluencer Cinfung yang akan membagikan kisahnya bergelut dengan alergi yang dialami si buah hati.
Memiliki pertanyaan terkait riwayat dan pencegahan alergi yang dapat dilakukan, Parents bisa mengajukan pertanyaan di akhir acara. Menyenangkan, bukan?
Sebagai langkah awal #CegahAlergiSekarang, tak ada salahnya Parents mencari tahu besarnya risiko alergi anak melalui Allergy Risk Screener. Allergy Risk Screener adalah sebuah tool yang akan membantu orang tua mengetahui besarnya risiko alergi yang dimiliki anak berdasarkan riwayat alergi keluarga, sehingga Anda dapat melakukan tindakan pencegahan sedini mungkin.
Tak perlu khawatir akan prosedur yang rumit, Anda cukup mengakses laman Allergy Risk Screener dan mengisi rangkaian pertanyaan yang tersedia, seperti kondisi apa saja yang pernah Bunda, suami, dan saudara kandung alami terkait gejala alergi.
Setelah itu, Parents diminta mengisi formulir data diri untuk mendapatkan hasil yang nantinya akan dikirimkan melalui e-mail. Hasil berupa persentase risiko alergi si kecil dapat menjadi panduan untuk Anda bawa ke ahli agar dapat segera mengetahui tindakan pencegahan yang tepat.
Bagi Parents yang ingin mengetahui lebih lanjut informasi Pekan #CegahAlergiAnak, bisa cek Instagram @nutriclub_id dan kunjungi laman resmi Nutriclub. Tunggu apalagi Parents, alergi pada buah hati bisa dicegah sejak dini. Yuk, cegah alergi sekarang juga demi tumbuh kembang si kecil lebih baik!
Pencegahan risiko alergi pada anak dengan sinbiotik
Mengetahui hal yang memicu alergi pada anak akan menuntun Parents mencari tahu langkah apa yang dapat dilakukan sebagai pencegahan. Salah satunya adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh si Kecil dengan memberikannya nutrisi yang mengandung sinbiotik.
Sinbiotik adalah kombinasi antara prebiotik dan probiotik. Seperti yang Parents ketahui, prebiotik adalah nutrisi untuk bakteri baik yang mendukung keseimbangan mikrobiota saluran cerna dan direkomendasikan badan internasional untuk pencegahan alergi dengan dukungan penelitian ilmiah pada lebih dari 1000 subjek. Sementara probiotik adalah bakteri baik yang secara alami terdapat pada saluran cerna yang biasa dijumpai pada ASI dan terbukti aman, serta mendukung perkembangan daya tahan tubuh untuk mencegah alergi.
Pastikan Parents memilih sinbiotik yang telah dipatenkan, salah satunya yang merupakan kombinasi dari prebiotik oligosakaria scGOS/lcFOS (9:1) (FOS GOS) dan probiotik Bifidobacterium breve M-16V (B.breve) yang terbukti klinis mendukung sistem imun dalam menurunkan risiko alergi si Kecil.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.