Pernah mendengar terapi nebulizer atau terapi uap? Jika dalam keluarga Parents, ada yang memiliki riwayat penyakit asma atau alergi tentu sudah cukup familiar dengan terapi nebulizer untuk anak seperti ini. Namun, amankah terapi uap untuk bayi di rumah?
Dihubungi theAsianparent Indonesia, dr. Meta Hanindita SpA menjelaskan terapi nebulizer atau yang sering disebut dengan terapi uap atau inhalasi ini adalah cara pemberian obat dengan dihirup agar dapat langsung masuk menuju paru-paru sebagai sasaran pengobatan.
“Terapi ini memang direkomendasikan pada anak-anak, terutama bayi, yang menderita asma. Untuk batuk karena asma misalnya, terapi uap untuk bayi ini memang sangat direkomendasikan. Tapi untuk common cold atau selesma tidak dianjurkan karena memang tidak bermanfaat,” tegasnya.
Oleh karena itulah terapi uap untuk bayi ini memang ditujukan dan efektif bagi anak-anak dengan penyakit saluran pernapasan akut atau kronik seperti asma.
Dijelaskan oleh dokter yang aktif menulis kesehatan anak dalam blog pribadinya, sebenarnya terapi nebulizer atau inhalasi ini bisa diberikan pada anak umur berapa pun juga. Bahkan, orang dewasa yang mengalami asma pun bisa memanfaatkan terapi uap ini.
Baca juga : Asma saat hamil, bagaimana menghadapinya agar ibu dan janin tetap sehat?
“Sebetulnya, ada beberapa macam terapi inhalasi. Ada MDI atau metered dose inhalers, ada DPI atau dry powder inhalers, sama satu lagi itu nebulizer. Nah, untuk bayi dan anak-anak biasanya memang menggunakan nebulizer,” jelasnya.
Saat ini terapi uap untuk bayi memang banyak direkomendasikan untuk dilakukan bagi anak dengan penyakit asma. Pasalnya, dengan terapi nebulizer ini bisa membantu mencairkan dan mengeluarkan dahak sehingga membuat anak (akhirnya) bisa kembali bernapas lega.
dr. Meta menjelaskan, untuk kondisi anak yang mengalami asma, terapi uap dengan nebulizer memang efektif. “Iya, dibandingkan dengan terapi oral (obat yang diminum), terapi ini lebih efektif, karena kerjanya lebih cepat pada organ targetnya, serta membutuhkan dosis obat yang lebih kecil, sehingga efek sampingnya ke organ lain pun lebih sedikit.”
Tak hanya bisa dilakukan di Rumah Sakit, terapi uap untuk bayi ini juga bisa dilakukan sendiri di rumah. Saat ini sudah banyak dijual di pasaran dengan beragam merek. Meskipun bisa dilakukan sendiri di rumah, dr, Meta mengingatkan agar penggunaannya tidak dilakukan secara berlebihan.
Demam bisa menjadi salah satu tanda bahwa anak Anda terjangkit virus H1N1.
Sebelum terapi uap untuk bayi ini dilakukan di rumah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan lebih dulu:
1. Selalu konsultasikan ke dokter mengenai obat untuk terapi uap yang dapat disimpan di rumah, seberapa banyak harus diberikan jika sesak.
2. Jaga kebersihan alat nebulizer.
3. Selesai pemakaian keringkan alat dan masker sebelum disimpan.
Jika langkah-langkah di atas sudah dilakukan dengan baik, sebenarnya terapi nebulizer ini tidak akan memiliki dampak negatif atau efek samping.
“Selama sesuai indikasi, obat yang diberikan diresepkan oleh dokter, umumnya aman-aman saja, kok. Oleh karena itu memang digunakan sesuai kebutuhan dan memang atas saran dokter. Biar bagaimana pun kebutuhan antara anak yang satu dengan yang lain akan sangat berbeda, tergantung dengan kondisi tiap anak.”
Ada beberapa penanganan yang bisa dilakukan untuk kondisi refluks pada bayi.
Mengenal Terapi Nebulizer
Terapi nebulizer bekerja dengan mengubah dosis obat dari bentuk cair menjadi kabut, yang kemudian dihirup. Dokter meresepkan terapi nebulizer di rumah untuk berbagai masalah kesehatan, tetapi terutama untuk masalah yang mempengaruhi paru-paru. Saat ini, ada dua jenis dasar nebulizer:
-Jet nebulizer menggunakan udara terkompresi untuk mengubah obat menjadi kabut.
-Ultrasonik nebulizer mencapai hasil yang sama dengan menggunakan getaran ultrasonik.
Terapi nebulizer tidak mengharuskan orang untuk mengoordinasikan pernapasan mereka dengan mesin, yang membuatnya lebih mudah digunakan daripada perangkat lain, seperti inhaler. Untuk alasan ini, dokter sering merekomendasikan nebulizer untuk orang yang mungkin mengalami kesulitan menggunakan inhaler, seperti anak-anak, orang dewasa yang lebih tua, dan orang yang menggunakan ventilator.
Dikutip dari Medical News Today, terapi nebulizer memberikan obat langsung ke paru-paru, di mana itu paling diperlukan dan yang paling baik. Hasilnya, perawatan seperti ini bekerja lebih cepat dan mendapatkan hasil yang lebih baik dengan dosis yang lebih kecil daripada pil atau suntikan.
Namun, menurut American Association for Respiratory Care, paru-paru hanya dapat menyerap 10–15% dari obat yang mereka terima, yang membuatnya sangat penting bagi orang untuk menggunakan nebulizer mereka dengan benar. Sesi terapi nebulizer di rumah biasanya berlangsung selama 15–25 menit.
Semoga bermanfaat.
Baca juga :
Penelitian: Bayi bisa 'divaksinasi' terhadap Asma dengan Probiotik
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.