Tantrum pada bayi adalah hal yang umum terjadi. Bayi kadang mulai memukul, menyakiti diri sendiri, bahkan menggigit. Tantrum bisa terjadi ketika si kecil ingin mengekspresikan diri, tetapi sulit sehingga mereka merasa frustrasi yang muncul sebagai amukan.
Bagi orang tua baru, mengetahui suasana hati bayi juga merupakan kesulitan tersendiri. Lantas, bagaimana tantrum ini bisa terjadi? Bagaimana merespons ketika anak tantrum, serta bagaimana cara mencegahnya? Berikut penjelasan selengkapnya.
Artikel terkait: Tantrum pada orang dewasa bisa berbahaya, waspadai gejalanya!
Apa Itu Tantrum?
Tantrum adalah ledakan emosi, yang biasanya terjadi pada anak-anak atau juga orang-orang ketika mengalami kesulitan emosional. Ketika tantrum, seseorang yang tadinya tenang bisa tiba-tiba meledak atau berubah di menit berikutnya, seperti saklar yang diganti-ganti.
Meskipun tantrum bisa sangat mengejutkan dan membuat frustrasi, tantrum sebenarnya adalah proses normal dari perkembangan anak.
Pada usia satu tahun, bayi mengalami perasaan besar tetapi belum memiliki kata-kata untuk mengungkapkan perasaannya. Itulah yang menjadi salah satu penyebab tantrum pada si kecil, demikian melansir dari laman Very Well Family.
Apakah Tantrum pada Bayi Dapat Terjadi?
Tantrum pada bayi sangat umum terjadi. Persoalan tantrum ini tidak berarti buah hati Parents akan tumbuh menjadi agresif.
Kebanyakan anak usia 1 tahun belum bisa berbicara dengan lancar dan tak mengerti bagaimana melabeli perasaan mereka. Lalu, mereka menggunakan sarana fisik untuk mencoba mengomunikasikan emosi, yang pada akhirnya muncul trantrum.
Kapan (Usia Berapa) Tantrum pada Bayi Terjadi?
Tantrum adalah hasil atau bentuk dari energi tinggi yang dimiliki anak. Laman NHS menjelaskan, tantrum pada bayi biasanya dimulai sekitar usia 18 hingga 30 bulan dan sangat umum terjadi pada balita.
Jangan khawatir Parents, pada masa tantrum seperti ini pun, anak tengah mengalami perkembangannya sendiri, yaitu belajar menjadi pribadi mandiri, mengembangkan otonomi, dan mengenali egonya.
Bentuk-Bentuk Tantrum yang Dilakukan Bayi
Parents, si kecil mungkin telah mulai belajar tentang kemandirian dan kontrol terhadap lingkungan mereka. Sementara itu, mereka masih belum bisa mengungkapkan apa yang mereka inginkan. Sehingga terjadi konflik batin dan dan belum begitu tahu cara mengungkapkannya.
Si kecil akan mulai berpikir “Saya bisa melakukannya sendiri” atau “Saya menginginkannya, berikan kepada saya.”
Ketika anak-anak mengetahui bahwa mereka tidak dapat melakukannya dan tidak dapat memiliki semua yang mereka inginkan, mereka mungkin mengalami tantrum.
Ketika tantrum, sebagian besar anak kecil kadang-kadang menggigit, memukul, atau mendorong anak lain. Si kecil mulai ingin tahu dan mungkin tidak mengerti bahwa menggigit atau menarik rambut itu menyakitkan.
Tanda tantrum yang biasa muncul pada bayi dan balita bisa dengan menunjukkan sikap:
- Bersikap keras kepala
- Menangis
- Menggeram
- Berteriak
- Menjerit-jerit
- Mengomel marah
- Menolak ditenangkan
Artikel terkait: Tantrum, Mengapa Terjadi dan Bagaimana Mengatasinya?
Penyebab Tantrum pada Bayi
Ketika bayi mengamuk, ada kebutuhan mendesak mereka yang tidak terpenuhi, bisa kebutuhan emosi maupun fisik. Ketika bayi tantrum, mereka mencoba memberi tahu Parents sesuatu.
Berdasarkan penjelasan dari laman kesehatan Very Well Family, inilah beragam kemungkinan yang ingin anak katakan, tetapi pada akhirnya berujung tantrum:
1. Takut
Bayi bisa terkejut atau takut oleh suara yang tiba-tiba, pemandangan aneh, atau orang baru. Saat bayi sudah mulai mencari tahu, terkadang akan belajar mencari hal-hal yang menurut dia aman untuk dilakukan.
Si kecil akan belajar mengelola ketidaknyamanan saat berpisah dengan seseorang yang sudah mulai dekat dengannya. Ia mungkin akan merasa takut ketika jauh dengan Anda, dan mengekspresikannya dengan tantrum.
2. Frustrasi
Frustrasi bisa jadi penyebab tantrum pada bayi. Dibutuhkan waktu bagi seorang anak kecil untuk belajar mengekspresikan diri mereka. Mereka membutuhkan waktu untuk mengambil keputusan antara yang ingin dilakukan dengan yang ingin mereka coba katakan. Hingga kemudian dengan keterbatasan mereka, si kecil belum bisa menyampaikannya. Rasa frustasi ini biasanya merupakan titik awal tantrum.
3. Kewalahan
Sering kali bayi yang terlalu terstimulasi akan bertingkah lebih heboh dari biasanya. Misalnya, setelah pertemuan keluarga besar atau pesta, si kecil bisa saja mengalami kebingungan dan kelelahan. Bisa disebabkan terlalu banyak kebisingan, aktivitas, dan interaksi.
Perubahan dari keramaian lalu menjadi tenang kembali ini dapat menyebabkan tantrum. Dalam kondisi ini, si kecil bisa tiba-tiba rewel dan menangis.
4. Merasa Tidak Nyaman Termasuk Penyebab Tantrum pada Bayi
Selama tantrum, ahli parenting Elizabeth Pantley, yang merupakan penulis buku terlaris seri buku parenting “The No Cry Solution” merekomendasikan agar orang tua mempertimbangkan terlebih dahulu mengidentifikasi penyebab tantrum sebenarnya. Apakah si kecil tantrum karena kelelahan, kelaparan, atau penyebab lainnya?
Ketika bayi merasa tidak nyaman, entah itu karena penyebab umum seperti kepanasan, atau sesuatu yang lebih serius seperti sakit atau kesakitan, mereka akan sering mencoba berkomunikasi dengan tubuhnya, yaitu dengan mengamuk.
Cara Mengatasi Tantrum pada Bayi
Tidak ada metode yang mudah untuk mengatasi tantrum pada bayi setiap saat. Parents mungkin akan menghadapi si kecil mengamuk secara tiba-tiba, terlepas dari seberapa keras Anda berusaha untuk menghindarinya.
Melansir dari laman NHS, inilah beberapa cara mengatasi tantrum pada bayi:
1. Cari Tahu Penyebabnya
Parents bisa mencari tahu penyebab tantrum pada bayi terjadi. Jika anak sedang lelah atau lapar, Anda bisa memberi solusi dengan menyiapkan beberapa camilan dan tempat yang nyaman untuk si kecil bersantai.
Tantrum bisa muncul saat mereka merasa frustrasi atau cemburu, mungkin karena anak lain atau saudaranya. Bayi mungkin membutuhkan waktu, perhatian, pelukan lebih lama, meski menurut Parents si kecil sudah cukup dicintai.
2. Pahami dan Terima Kemarahan Anak Anda
Parents juga mungkin terkadang merasakan hal yang sama, ingin marah dan meledak. Namun, Anda dapat mengungkapkannya dengan cara lain. Jadi terima saja dan dengarkan saat si kecil sedang tantrum.
Parents bisa mencoba untuk mengungkapkan apa yang ingin si kecil utarakan. Seperti misalnya, “Adik sedang marah, ya?” “Adik sedang kesal, ya, karena kakak tidak mau pinjamin mainan?”
3. Cari Cara Mengalihkan Perhatiannya
Jika Parents mulai mengetahui si kecil akan tantrum atau sedang tantrum, Anda bisa segera mencari sesuatu untuk mengalihkan perhatiannya.
Parents bisa mencoba mengalihkannya pada sesuatu yang bisa Anda lihat dari dekat. Misalnya, Anda bisa mengatakan, “Lihat! Ada kucing.” Buat diri Anda terdengar terkejut dan ungkapkan semenarik mungkin.
4. Tunggu Sampai Anak Berhenti
Jika Parents sampai kehilangan kesabaran atau balas berteriak, hal ini tidak akan mengakhiri tantrum pada bayi. Coba abaikan sebentar bayi yang sedang menampilkan gaya tantrumnya. Namun, Parents tetap menjaga dan berkonsentrasi untuk tetap tenang.
5. Jangan Berubah Pikiran
Menyerah tidak akan membantu dalam jangka panjang, Parents. Jika Anda awalnya sudah mengatakan tidak, jangan berubah pikiran dan akhirnya mengatakan ya hanya untuk mengakhiri tantrumnya.
Jika tidak, anak Anda akan mulai berpikir bahwa tantrum bisa menjadi cara untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan. Untuk alasan yang sama, sebaiknya Parents tidak ‘menyuap’ mereka dengan permen, es krim, atau camilan.
Jika Anda di rumah, cobalah pergi ke ruangan lain untuk sementara waktu. Namun, sebaiknya Parents memastikan si kecil tidak bisa melukai dirinya sendiri terlebih dahulu.
6. Tunjukkan Anda Mencintai si Kecil, tetapi Bukan Perilakunya Saat Tantrum
Anak-anak mungkin berperilaku buruk karena mereka membutuhkan lebih banyak perhatian. Tunjukkan bahwa Anda mencintai mereka dengan memuji perilaku yang baik dan memberi mereka banyak pelukan saat mereka tidak berperilaku buruk.
Penting bagi bayi untuk memahami bahwa Parents peduli dengan kebutuhannya. Jadi selama tantrum ini lakukan yang terbaik untuk merespons dengan tenang sambil tetap mempertahankan batasan.
7. Bantu si Kecil Mengeluarkan Perasaan dengan Cara Lain
Cari tempat yang lebih luas, ruang besar, seperti taman, lalu ajak anak Anda untuk berlari dan berteriak. Memberi tahu anak bahwa Parents mengenali perasaan mereka akan memudahkan mereka mengekspresikan diri tanpa menyakiti orang lain.
Parents dapat mencoba mengatakan hal-hal seperti: “Bunda tahu adik sedang marah tentang …” atau “Adik merasa sedih karena kita akan pergi?” Selain menunjukkan bahwa Anda mengenali frustrasi mereka, itu akan membantu mereka untuk dapat menyebutkan perasaan mereka sendiri dan memikirkannya.
8. Cari Bantuan
Jika Parents merasa mulai kewalahan bahkan tidak sanggup lagi saat si kecil mulai sering tantrum yang berkepanjangan dan hampir tidak terkendali, atau butuh waktu lama untuk menenangkannya, coba bicarakan dengan dokter, psikolog, atau mencari bantuan dengan orang-orang terdekat Anda.
Cara Mencegah Tantrum pada Bayi Terjadi
Tantrum pada bayi bisa terjadi di mana saja, karena mereka sebenarnya ingin mengutarakan keinginannya. Begitu seorang anak dapat berbicara lebih banyak, mereka cenderung tidak akan mengamuk. Pada usia 4 tahun, tantrum jauh lebih jarang terjadi. Tarik napas dalam-dalam beberapa kali dan arahkan untuk berbicara dengan si kecil menggunakan suara yang tegas tetapi menenangkan.
Berikut adalah cara yang bisa Parents lakukan untuk mencegah tantrum pada bayi:
1. Bicaralah dengan Mereka
Anak-anak sering mengalami fase kesal atau merasa tidak aman sehingga mengekspresikan perasaan mereka dengan menjadi agresif. Parents bisa mencari tahu hal yang membuat mereka tidak nyaman. Mencari tahu hal yang mereka khawatirkan adalah langkah pertama untuk dapat mencegah sikap agresif mereka.
2. Bersiaplah Saat Anda Berbelanja
Tantrum sering terjadi di toko-toko atau tempat ramai. Bahkan bisa berakhir memalukan, dan rasa malu membuat Parents lebih sulit untuk tetap tenang.
Usahakan perjalanan belanja sesingkat mungkin. Libatkan anak Anda dalam berbelanja dengan membicarakan segala yang Anda butuhkan dan biarkan mereka membantu Anda.
3. Coba Pegang Anak dengan Kuat
Saat si kecil menunjukkan tanda-tanda akan tantrum, seperti ingin sesuatu atau mainan, beberapa orang tua akan memegang si kecil dengan kuat. Terkadang langsung menggendongnya supaya keinginannya teralihkan.
Terkadang sulit untuk menggendong anak yang sedang memperjuangkan keinginannya. Parents bisa coba mengajaknya ke tempat lain sampai merasa cukup tenang untuk berbicara dengan mereka dengan lembut dan meyakinkan mereka.
Artikel terkait: Menghadapi Anak Tantrum, Ini 6 Hal yang Harus Parents Pahami
Itulah beberapa hal terkait tantrum pada bayi, yang juga merupakan proses tumbuh kembang yang akan dilalui bayi Anda saat memasuki usia toddler. Tantrum adalah cara bayi mengekspresikan banyak hal saat belum mampu mengungkapkan dengan kata-kata yang bisa mereka pakai untuk berkomunikasi.
Berusaha tetap tenang adalah cara untuk menghadapi saat tantrum pada bayi muncul.
Baca Juga:
Waspadai Bahaya Tantrum pada Orang Dewasa, Bisa Membahayakan
Menghadapi Anak Tantrum, Ini 6 Hal yang Harus Parents Pahami
Tantrum, Mengapa Terjadi dan Bagaimana Mengatasinya?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.