Suntiang minang mempunyai sejarah dan maknanya tersendiri loh, Parents. Tentunya kita juga pernah bertanya kenapa tingkatan Suntiang Minang yang digunakan berbeda-beda, ada yang tujuh tingkat, sembilan tingkat, bahkan hingga sebelas tingkat! penasaran bukan? Simak informasinya!
Suntiang Minang Adat Sumatera Barat
Indonesia mempunyai beragam adat dan ritual pernikahan yang disesuaikan dengan asal dari para mempelai yang melangsungkan pernikahan. Setiap daerah punya tradisinya masing-masing sesuai adat-istiadat yang dipercaya masyarakat turun-temurun.
Pernikahan merupakan momen yang sangat berharga bagi seseorang. Hal tersebut merupakan momen yang dihadapi setidaknya sekali dalam hidup. Untuk itu, seseorang ingin merasa anggun dan cantik dalam hari bersejarahnya tersebut.
Sumber: Travel Kompas
Berbicara tentang pernikahan, banyak sekali ragam budaya adat yang digunakan saat pernikahan dilaksanakan. Budaya-budaya tersebut memiliki kekhasan dan keunikannya tersendiri, salah satunya adalah pada pernikahan adat Minangkabau.
Saat melangsungkan acara pernikahan, orang Minang dikenal menjalankan berbagai ritual seperti marasek, maminang dan babimbang tando, mahanta siri, babako-babaki, malam bainai, dan manjapuik marapuai.
Saat pernikahan dilangsungkan secara adat Minang, mungkin Parents pernah bertanya sebenarnya hiasan apa yang digunakan di atas kepala mempelai wanita? Hiasan tersebut bernama Suntiang Minang.
Saat menikah, pengantin Minang haruslah mengenakan pakaian adat Sumatera Barat. Pengantin perempuan wajib mengenakan Suntiang di atas kepalanya.
Artikel terkait: Kenalkan Budaya Sumatera Barat, Arief Muhammad Dinobatkan Jadi Duta Nasi Padang
Sejarah Suntiang Minang
Sumber: Duta Minang
Suntiang minang adalah jenis hiasan kepala yang digunakan oleh wanita Minangkabau, Sumatera Barat. Aksesoris yang juga sering disebut sebagai Suntiang Gadang tersebut merupakan hiasan kepala yang berbentuk setengah lingkaran. Orrnamennya menggambarkan flora dan fauna, misalnya seperti kupu-kupu, burung merak, bunga mawar, dan lain-lain.
Ukuran suntiang berbeda menurut orang yang akan memakainya. Suntiang yang dipakai oleh pengantin perempuan memiliki ukuran besar atau disebut suntiang gadang. Sedangkan suntiang berukuran kecil atau disebut suntiang ketek dipakai oleh pendamping pengantin (pasumandan) atau penari tradisional.
Hiasan yang digunakan berasal dari bahan-bahan seperti emas, perak, ataupun tembaga, atau saat ini banyak yang telah dimodifikasi menggunakan alumunium yang telah di sepuh.
Artikel terkait: Kurambiak, Senjata Tradisional Asal Minang yang Mematikan
Bentuk-bentuk Suntiang Minang
Sumber: Liputan6
Suntiang sendiri memiliki bentuk yang berbeda tergantung pada bentuk atau ikatan. Suntiang berdasarkan bentuk diantaranya adalah Suntiang bungo pudieng (Batipuh Tanah Datar), Suntiang pisang saparak (Solok Salayo), Suntiang pisang saikek (Pesisir), Suntiang pinang bararak (Koto Nan Gadang, Payakumbuh).
Sedangkan Suntiang berdasarkan ikat diantaranya adalah Suntiang ikek Pasisia, Suntiang ikek Kurai, Suntiang ikek Solok Selayo, Suntiang ikek Banuhampu Sungai Puar dan Suntiang ikek Lima Puluh Kota.
Suntiang merupakan budaya yang telah di akulturasi oleh masyarakat Minangkabau atau masyarakat Minang khususnya Padangpariaman. Suntiang merupakan hasil akulturasi budaya antara Indonesia dengan Cina.
Artikel terkait: Sejarah dan Resep Soto Padang, Kuliner Khas Sumatra Barat yang Memanjakan Lidah
Makna Ornamen Suntiang
Sumber: Niadilova
Ornamen dari suntiang sendiri terinspirasi dari alam yang mencakup unsur kehidupan di darat, udara dan laut. Beragamnya hiasan dari suntiang sendiri menjadikan suntiang memiliki keindahan warna dan kecirikhasan bentuk. Bentuk suntiang yang indah dan megah biasa diibaratkan sebagai mahkotanya perempuan Minang.
Bukan hanya sekadar sebuah hiasan yang hanya memperlihatkan keindahan saja, Suntiang memiliki makna dan filosofinya sendiri yang sangat erat kaitannya dengan orang Minangkabau.
Dilansir dari kumparan, hal tersebut sesuai dengan filosofi hidup masyarakat Minangkabau, “alam takambang jadi guru” yang memiliki makna bahwa yaitu semua yang ada di alam luas bisa dijadikan pelajaran atau contoh.
Artikel terkait: Elegan, 9 Pasangan Artis Ini Menikah dengan Adat Minang
Suntiang Minang Sebagai Lambang Tanggung Jawab
Pada acara pernikahan mempelai yang merupakan orang Minang, pengantin perempuan akan mengenakan baju kurung. Hal tersebut merupakan hasil akulturasi agama Islam dan budaya Minangkabau.
Baju kurung umumnya berpotongan longgar dan tak menampakkan lekuk tubuh. Baju kurung jadi simbol menjaga harga diri dan martabat sang mempelai perempuan sebagai calon ibu yang juga akan menjaga nama baik keluarga kelak.
Sumber: Berita Minang
Berbagai perhiasan dan hiasan juga akan ditambahkan seperti gelang garobah berukuran besar, gelang pilin kepala buntung, gelang kareh emas, cincin berlian, cincin bermata tujuh, cincin bermata lima, cincin belah rotan, dan cincin kankuang. Pada acara yang dilangsungkan tersebut, mempelai wanita juga akan mengenakan sebuah hiasan kepala yaitu yang disebut Suntiang Minang.
Terdapat dua macam perhiasan yang biasa disematkan di kepala yaitu kote-kote atau hiasan yang menjuntai di kanan dan kiri, serta lanca yang bentuknya mirip kalung dan dikenakan di dahi.
Macam-macam Suntiang
Filosofi Suntiang Minang sendiri diartikan sebagai tanda seorang perempuan telah melewati masa peralihan dari remaja menjadi perempuan dewasa. Masa peralihan tersebut dilakukan oleh mempelai pengantin wanita dengan mengikuti berbagai ritual adat perkawinan.
Tingkatan suntiang pada tiap mempelai wanita berbeda-beda dan biasanya berjumlah ganjil. Jumlah suntiang yang paling tinggi yaitu sebelas tingkat, sedangkan yang paling rendah yaitu tujuh tingkat.
Sumber: Wikipedia
Suntiang memang selalu digunakan oleh penganting Minang, namun suntiang yang digunakan dapat berbeda-beda. Terdapat perbedaan susunan pada rangkaian suntiang di tiap-tiap daerah. Contohnya suntiang yang berasal dari Tanah Datar memiliki mahkota, sedangkan suntiang dari Solok dirangkai tanpa kawat.
Jumlah ganjil pada kembang suntiang sendiri merupakan sebuah ciri khas pada pengantin mempelai wanita Minangkabau. Penggunaan hiasan kepala tersebut biasanya disesuaikan dengan bentuk wajah.
Namun, tingkatan pada suntiang tetap dipertahankan dalam jumlah ganjil sesuai dengan kemauan pengantin sendiri.
Artikel terkait: 8 Menu Nasi Padang Paling Lezat, yang Mana Favorit Bunda?
Tingkatan Suntiang Minang
Sumber: Wedding Market
Terdapat beberapa tingkatan hiasan pada sebuah Suntiang yang akan dikenakan mempelai wanita. Pada lapisan tingkat pertama merupakan susunan bunga Serunai sebanyak lima lapis.
Pada lapisan kedua adalah Kembang Goyang dan sederet hiasan lainnya seperti Kote-Kote, Pisang Saparak, Laca, Ralia, dan masih banyak lagi. Jenis bunga dan struktur penyusunannya berbeda, disesuaikan dengan daerah asal sang pengantin.
Suntiang Dikenal Berat bagi Pengantin
Sumber: Asumsi.co
Suntiang memiliki berat sekitar 3,5 hingga 5 kilogram. Dengan berat tersebut, suntiang yang dikenakan oleh mempelai tetap disesuaikan dengan kemauan pengantin namun tetap berjumlah ganjil.
Untuk itu, mengenakan sebuah suntiang saat pernikahan tidaklah mudah. Hal tersebut karena pengantin perempuan harus siap berdiri selama seharian penuh sambil menahan beban berkilo-kilo di atas kepala.
Beratnya suntiang yang dibuat sendiri memiliki filosofi bahwa terdapat tanggung jawab yang berat yang akan dihadapi oleh wanita Minang setelah proses pernikahan dilakukan.
Artikel terkait: 9 Artis Pakai Kebaya Pengantin Rancangan Anne Avantie, Elegan dan Memesona!
Suntiang Zaman Sekarang
Sumber: Detik Travel
Menurut sejarahnya, suntiang pada zaman dahulu tidak praktis seperti sekarang. Bentuknya menyerupai tusuk konde yang harus ditancapkan satu persatu pada rambut pengantin perempuan.
Berat Suntiang sendiri pada zaman dulu dapat mencapai enam atau tujuh kilogram diamana tingkatan dapat mencapai angka tiga belas. Hal tersebut dikarenakan bahannya yang masih menggunakan emas asli, bahkan besi alumunium yang berat.
Hal tersebut akan sangat berat dan mungkin akan menyakitkan pada pengantin perempuan.
Pada zaman yang lebih maju ini, suntiang dibuat dengan ukuran yang lebih kecil serta bahan yang lebih ringan, sehingga proses pembuatan dan pemakaiannya menjadi lebih mudah.
***
Dengan sejarah dan makna filosofinya yang dalam, mengenakan suntiang saat hari spesial sekali dalam hidup yaitu pernikahan, menjadi sebuah kebanggaan bagi perempuan Minang, terlepas dari beratnya hiasan kepala tersebut.
Bagaimana dengan budaya adat pernikahan di daerah Parents?
Baca juga:
10 Oleh Oleh Khas Padang Favorit, Selalu Dicari Wisatawan
10 Aktor Indonesia Berdarah Minang, Rupawan Sekaligus Berprestasi
12 Lagu Minang Populer Sepanjang Masa, Rancak Bana!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.