Kasus bunuh diri remaja terjadi di Kabuparen Indragiri Hulu (Inhu) Riau. Ditemukan seorang siswi SMK gantung diri di rumahnya pada Sabtu (25/7). Sebelum memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, korban yang berinisial AR ((16) sempat bercerita bahwa ia tidak tahan dengan pertengkaran orangtua.
Siswi SMK Gantung Diri Setelah Bercerita Soal Pertengkaran Orangtua
Pejabat Sementara Paur Humas Polres Inhu Aipda Misran menjelaskan mengenai peristiwa ini. Ia memaparkan, ada dugaan bahwa aksi yang dilakukan korban berkaitan dengan depresi karena pertengkaran orangtuanya. Pasalnya, berdasarkan keterangan saksi, korban juga sempat bercerita terkait orangtuanya yang sering bertengkar kepada teman dekatnya sebelum bunuh diri.
“Benar, sebelum gantung diri, sekitar pukul 9 pagi, korban datang bermain ke rumah temannya yang berinisial SRD. Saat itu, korban curhat kalau ibu dan ayahnya sering bertengkar,” ungkap Misran seperti yang dikutip dari laman Kompas, Minggu (26/7).
Keinginan Bunuh Diri Kerap Diutarakan Korban
Sementara itu, ibu korban juga memberikan keterangan bahwa putrinya, AR, kerap menuturkan bahwa dirinya ingin mengakhiri hidup. Sang ibu pun mengaku sudah menegur anaknya dan meminta ia untuk tidak mengucapkan keinginan tersebut lagi.
Akan tetapi, takdir berkata lain. AR tetap mengakhiri hidupnya dengan gantung diri saat sang ibu sedang pergi keluar membeli beras.
“Saat itu, ibu korban membeli beras ke warung. Namun, sepulang dari sana, ibu korban ditemukan sudah tergantung dengan sabuk karate bewarna biru,” imbuh Misran menjelaskan.
Tidak Ada Tanda-tanda Kekerasan pada Tubuh Siswi SMK yang Gantung Diri
Peristiwa bunuh diri yang dialami oleh AR diduga karena depresi. Berdasarkan hasil visum, polisi tidak menemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban.
“Hasil visum menunjukkan bahwa tidak ada tanda-tanda kekerasan di tubuh korban. Hanya terlihat ada bekas garis di bagian leher dan lidah terjulur sesuai dengan ciri-ciri orang yang melakukan gantung diri,” pungkas Misran.
Mengatasi Depresi Anak Akibat Pertengkaran Orangtua
Peristiwa siswi SMK yang gantung diri menunjukkan bahwa depresi atau perasaan putus asa bisa terjadi kepada siapa saja, termasuk remaja. Pemicu depresi pada anak pun beragam, salah satunya bisa disebabkan oleh pertengkaran orangtua yang kerap ia saksikan.
Hal tersebut juga dijelaskan oleh Profesor C.Cybele Raver dari Universitas New York Steinhardt. Dia memaparkan, anak yang melihat kedua orangtuanya bertengkar cenderung sulit memproses emosinya sehingga rentan mengalami depresi dan gangguan kecemasan.
Melansir dari laman Alodokter, depresi tersebut biasanya berkembang dari pikiran negatif anak dan kekhawatirannya kalau pertengkaran yang terjadi pada kedua orangtua bisa jadi berujung perceraian. Saat orangtuanya bercerai, anak biasanya ikut pada salah satu pihak, sehingga ini akan membuatnya kehilangan sosok ibu atau ayah.
Oleh karena itu, pertengkaran orangtua di hadapan anak seharusnya dihindari karena akan berdampak signifikan bagi perkembangan emosional atau mentalnya. Bahkan, anak pun bisa mengalami trauma akan hal ini.
Seperti yang disampaikan oleh Psikolog Keluarga Nadya Pramesrani, M.Psi dari Rumah Dandelion. Nadya mengatakan, pasangan sebaiknya tidak melibatkan anak dalam konflik mereka.
Anak pun cenderung akan merasa sedih dan bersalah ketika melihat orangtua bertengkar. Sehingga ketika orangtua memiliki konflik, sebaiknya kesehatan mental anak juga menjadi prioritas utama yang perlu diperhatikan.
“Kita boleh marah dengan pasangan, tetapi jangan sampai amarah tersebut menghalangi hak sang anak dalam menerima kasih sayang orangtua secara utuh. Ini memang sulit dilakukan, butuh waktu dan dukungan juga dari orang sekitar,” ungkap Nadya kepada theAsianparent ID.
Mengatasi Anak Depresi
Orangtua memiliki peran penting dalam mendampingi anak, terutama ketika ia sudah memasuki fase remaja. Dalam hal ini, orangtua juga dianjurkan untuk bisa berperan menjadi sosok teman untuk anak, seperti menjadi pendengar setia baginya atau pun menjadi kawan diskusi yang bisa diandalkan.
Ketika anak menunjukkan ciri-ciri depresi atau bahkan tanda ingin mengakhiri hidup, orangtua sebaiknya tidak menghakimi. Sebaliknya, orangtua perlu merangkul dan meyakinkan anak bahwa mereka beharga dan Anda akan selalu ada untuknya.
Selengkapnya, dilansir dari laman Hello Sehat, berikut beberapa langkah bijak dalam mengatasi anak yang depresi dan menunjukkan tanda ingin mengakhiri hidupnya:
- Upayakan untuk tidak menghakimi anak. Sebaliknya, saat anak mengeluh atau bahkan terus terang ingin mengakhiri hidupnya, orangtua dianjurkan untuk melakukan pendekatan pada anak. Berikan ia kesempatan untuk bercerita apa yang mendasari keinginannya tersebut muncul.
- Jangan remehkan masalah anak. Posisikan diri Anda sebagai anak agar bisa lebih memahami bagaimana perasaannya.
- Cari solusi dan bantu anak dalam menghadapi masalahnya.
- Luangkan waktu bersama dengan anak. Ciptakan suasana agar anak yakin bahwa kehadirannya di dunia sangat beharga.
- Saat ada konflik rumah tangga dengan pasangan, upayakan untuk tidak melibatkan anak. Hindari bertengkar di hadapannya. Saat anak sudah beranjak dewasa, akan lebih baik lagi untuk berikan penjelasan yang jujur mengenai kondisi hubungan Anda dan pasangan. Jelaskan juga bahwa Anda dan pasangan sedang berusaha untuk menyelesaikan konflik atau perbedaan pendapat yang tengah terjadi ini.
- Tidak ada salahnya untuk meminta bantuan profesional yang tepat seperti psikolog atau psikiater.
- Berikan kasih sayang secara utuh pada anak. Jangan ragu untuk menujukkan rasa cinta pada anak seperti mengatakan ‘Bunda dan Ayah sayang kamu, Nak’. Berikan anak pelukan hangat agar ia yakin bahwa dirinya dicintai.
Apabila melihat orang terdekat yang memiliki permasalahan yang sama, rangkul secara perlahan dan yakinkan ia bahwa dirinya beharga.
Jika Anda sendiri juga mempunyai masalah serupa, jangan sungkan untuk meminta bantuan kepada orang-orang terdekat. Tidak ada salahnya bercerita kepada orang terdekat atau pun profesional untuk meringankan permasalahan yang terjadi. Juga, percayalah bahwa setiap orang di dunia ini sangat beharga, termasuk Anda.
Anda juga bisa hubungi layanan kesehatan jiwa apabila diperlukan. Termasuk bisa mengakses website Yayasan Pulih atau Into the Light Indonesia untuk mendapatkan bantuan layanan konseling yang dibutuhkan.
Itulah berita seputar siswi SMK yang gantung diri usai curhat mengenai pertengkaran kedua orangtuanya. Semoga peristiwa ini tidak terjadi lagi, ya, Parents!
***
Baca Juga:
5 Efek Negatif yang terjadi jika Anak Melihat Orang Tua Bertengkar
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.