Kasus anak depresi kembali terjadi. Kali ini seorang siswi SMA dengan inisial L di Bogor melakukan percobaan bunuh diri.
Anak remaja ini diduga mengalami depresi karena ditinggal pergi ayahnya hingga mencoba melompat ke Sungai Cikapancilan, Bogor, dari Jempatan Merah pada pagi hari, Selasa (3/9/2019). Peristiwa ini disaksikan oleh banyak warga dan polisi, sehingga mereka pun langsung berbondong menyelamatkan L dengan turun ke sungai.
Kanit Reskrim Polsek Bogor Tengah Ipda Teguh memberikan keterangan, memang belum lama ini ayah L meninggal dunia. Maka dari itu, aksi L tersebut diduga karena ia masih larut dalam kesedihan akibat kepergian sang ayah.
“Informasi dari pihak sekolah, dia depresi karena ditinggal pergi Bapaknya. Korban selamat, hanya shock dan menderita luka lecet saja,” ungkap Ipda Teguh seperti yang dikutip dari Detik News.
Setelah dibantu oleh warga dan pihak berwajib, L pun langsung dibawa ke RSUD Kota Bogor untuk mendapat perawatan lebih lanjut.
Selain itu, pihak keluarga dan sekolah pun datang ke rumah sakit untuk memberikan dukungan. L sebenarnya berasal dari Medan, tetapi kini ia tinggal di Bogor bersama anggota keluarga lainnya.
“Iya sebenarnya warga Medan. Ia tinggal di sini (Bogor) sama om dan tantenya,” tutup Ipda.
Ciri-ciri anak depresi yang perlu diketahui orangtua
Kejadian yang dialami L semakin membuktikan bahwa depresi bisa menyerang siapa pun tanpa memandang usia. Tak hanya anak remaja, balita pun bisa berisiko mengalami kondisi tersebut.
Seperti yang dilansir dari WebMD, tidak semua anak yang sering mengeluarkan emosi atau tantrum seperti sedih atau marah berlebihan dalam masa perkembangannya berarti mengalami depresi.
Seorang anak cenderung mengalami depresi apabila kesedihannya berlangsung lama secara konsisten hingga mengganggu kegiatan sosial dan minatnya pada suatu hal.
Mengingat depresi merupakan salah satu penyakit mental yang serius, maka orangtua diharapkan bisa memahami dan melakukan pencegahan sedini mungkin. Caranya, tentu saja dengan memahami tanda-tanda depresi pada anak.
Beberapa gejala atau tanda anak depresi di antaranya:
- Cepat marah atau gelisah
- Merasa sedih dan putus asa dalam waktu berturut-turut
- Kehilangan minat dari kegiatan atau hobi yang sangat ia sukai
- Menjauhkan diri dari teman, anggota keluarga, atau bahkan dari Anda sebagai orangtua
- Sensitif terhadap kritik dan penilaian orang lain terhadap dirinya
- Perubahan nafsu makan, semakin meningkat atau pun semakin menurun
- Sering tantrum
- Sulit berkonsentrasi
- Mudah kehilangan energi
- Adanya keluhan fisik seperti sakit kepala atau sakit perut tapi keadaan tersebut cenderung sulit diobati
- Kemampuan dan fungsi sosialnya berkurang
- Merasa tidak beharga dengan sering menyalahkan diri sendiri
- Adanya niat untuk kabur dari rumah, atau bahkan ia pernah kabur dari rumah
- Terbesit niat atau bahkan melakukan percobaan bunuh diri
Selain gejala depresi, ada juga beberapa faktor risiko yang cenderung menggiring atau memperkuat pikiran bunuh diri akibat depresi pada anak seperti:
- Mengalami isolasi sosial atau ketika anak ditinggalkan dan merasa tidak dibutuhkan di lingkungan sosial. Misalnya dikucilkan oleh teman atau bahkan keluarganya.
- Kerap berbicara mengenai dirinya yang putus asa dan tidak berdaya
- Meningkatnya perilaku menyimpang yang jauh dari kebiasaannya
- Kerap tertarik pada hal-hal negatif dan tidak sehat
- Emosi seperti rasa marah atau sedih meningkat atau pun berkurang secara drastis
Perlu Parents ketahui, tidak semua anak memiliki gejala depresi, dan mungkin saja gejala di atas muncul dalam waktu yang bebeda.
Meski percobaan bunuh diri terbilang jarang ditemukan pada anak usia 12 tahun ke bawah, tetapi bukan tidak mungkin jika ada kemungkinan dilakukan pada anak-anak yang berumur lebih muda. Di mana mereka mencoba melakukan hal itu secara implusif atau dalam keadaan tidak sadar.
Oleh karena itu, jika Parents menemukan beberapa gejala depresi yang membuat aktivitas anak terganggu, jangan ragu untuk segera konsultasi dengan psikolog atau tenaga medis untukmelakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Jangan lupa, berikan juga dukungan emosional kepada anak seperti senantiasa meluangkan waktu bersamanya.
***
Baca juga:
"Aku depresi pasca melahirkan, tapi tak menyadarinya…" curahan seorang ibu
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.