Perceraian bisa menjadi masa yang sulit dilalui bagi setiap anggota keluarga. Tak hanya bagi suami, istri, pun dengan anak-anak. Berbicara mengenai hal itu, berikut beberapa hal yang perlu diketahui terkait dengan dampak perceraian terhadap psikologis anak.
Dampak perceraian terhadap psikologis anak
Melihat kedua orangtuanya berpisah, setiap anak dapat merespon dengan cara yang berbeda. Beberapa anak mungkin dapat bangkit kembali setelah mereka terbiasa dengan perubahan dan rutinitas harian pasca perceraian.
Namun beberapa anak lainnya mungkin tidak akan pernah benar-benar kembali normal. Mereka mungkin akan mengalami masalah yang berkelanjutan dalam seumur hidup mereka.
Perbedaan ini bisa disebabkan karena berbagai hal seperti umur, lingkungan, hingga karakter anak.
Terlepas dari semua kemungkinan, penelitian telah menemukan bahwa anak-anak berjuang cukup keras selama satu atau dua tahun pertama setelah perceraian kedua orangtuanya.
Mereka cenderung mengalami kesusahan, kemarahan, kecemasan, dan ketidakpercayaan dengan orangtua dan lingkungannya.
Secara umum, berikut ini beberapa dampak perceraian terhadap psikologis anak:
a. Prestasi buruk di bidang akademik
Perceraian merupakan hal yang sulit bagi semua anggota keluarga. Bagi anak-anak, mencoba memahami dinamika keluarga yang berubah dapat membuat mereka terganggu dan bingung.
Gangguan dalam fokus sehari-hari ini dapat terlihat dalam kinerja akademis. Semakin banyak anak-anak terganggu, semakin besar kemungkinan mereka untuk tidak dapat fokus pada sekolah. Akibatnya, prestasi di bidang akademik dapat terganggu.
b. Hilangnya minat dalam kegiatan sosial
Penelitian menunjukkan bahwa perceraian dapat memengaruhi anak-anak secara sosial juga. Anak-anak yang keluarganya mengalami perceraian mungkin mengalami kesulitan berhubungan dengan orang lain dan cenderung memiliki kontak sosial yang lebih sedikit.
Terkadang anak-anak merasa tidak aman dan bertanya-tanya apakah keluarga mereka adalah satu-satunya keluarga yang bercerai.
c. Kesulitan beradaptasi terhadap perubahan
Perceraian membuat anak-anak terpengaruh untuk belajar beradaptasi dengan perubahan lebih sering dan lebih cepat dari biasanya. Dinamika keluarga yang baru, rumah yang baru, situasi kehidupan yang baru, sekolah, teman, dan banyak lagi. Semuanya dapat memberikan efek pada psikologis anak.
d. Sensitif secara emosional
Perceraian dapat membawa beberapa jenis emosi untuk sebuah keluarga. Seperti perasaan kehilangan, kemarahan, kebingungan, kegelisahan, dan banyak lainnya.
Hal inilah yang kemudian dapat membuat anak merasa kewalahan dan sensitif secara emosional. Anak-anak membutuhkan jalan keluar untuk emosi mereka. Seperti seseorang untuk diajak bicara, seseorang yang akan mendengarkan, dan lain sebagainya.
Anak-anak mungkin merasakan efek perceraian melalui bagaimana mereka memproses emosi mereka.
e. Kemarahan atau iritabilitas
Dalam beberapa kasus, ketika anak merasa kewalahan dan tidak tahu bagaimana menanggapi dampak yang mereka rasakan selama perceraian, mereka mungkin menjadi mudah marah.
Kemarahan mereka mungkin diarahkan pada berbagai penyebab yang dirasakan. Misalnya pada orang tua mereka, diri mereka sendiri, teman-teman mereka, dan orang lain.
Untuk beberapa anak, kemarahan ini mungkin akan hilang setelah beberapa minggu. Namun untuk beberapa anak lainnya, ini mungkin akan berlangsung lebih lama.
Jika terus berlanjut, penting untuk disadari bahwa ini mungkin merupakan efek yang tersisa dari perceraian pada anak-anak.
f. Perasaan bersalah
Anak-anak sering bertanya-tanya mengapa perceraian terjadi dalam keluarga mereka. Mereka akan mencari alasan, bertanya-tanya apakah orang tua mereka tidak lagi saling mencintai, atau apakah mereka telah melakukan kesalahan.
Perasaan bersalah ini adalah efek yang sangat umum dari perceraian pada anak-anak, tetapi juga perasaan yang dapat menyebabkan banyak masalah lainnya. Rasa bersalah meningkatkan tekanan, dapat menyebabkan depresi, stres, dan masalah kesehatan lainnya.
Memberikan konteks dan konseling bagi anak untuk memahami peran mereka dalam perceraian dapat membantu mengurangi perasaan bersalah ini.
g. Menyebabkan perilaku merusak
Konflik yang tidak terselesaikan dapat menyebabkan risiko yang tak terduga di masa depan.
Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki orangtua bercerai lebih mungkin untuk berpartisipasi dalam kejahatan, memberontak melalui perilaku destruktif yang membahayakan kesehatan anak, merokok, atau penggunaan obat tanpa resep.
h. Peningkatan masalah kesehatan
Proses perceraian dan dampaknya pada anak-anak bisa membuat mereka menjadi stres. Menangani masalah-masalah ini dapat berakibat fatal, termasuk masalah fisik.
Mereka dapat mengalami kesulitan untuk tidur, tanda-tanda depresi, hingga tanda-tanda adanya masalah kesehatan fisik.
i. Kehilangan kepercayaan akan pernikahan
Setiap orang memang memiliki jalan hidupnya masing-masing. Meskipun anak-anak dengan orangtua bercerai sadar dan berharap bahwa mereka akan memiliki hubungan pernikahan yang stabil di masa depan.
Namun dalam beberapa kasus, mereka justru kehilangan kepercayaan akan pernikahan. Ini telah dibuktikan oleh sebuah penelitian yang mengungkapkan bahwa bahwa anak-anak yang mengalami perceraian, cenderung mengalami hal sama ketika berada dalam hubungan mereka sendiri.
Beberapa penelitian menunjukkan kecenderungan perceraian ini mungkin dua hingga tiga kali lebih tinggi dari anak-anak yang berasal dari keluarga yang tidak bercerai.
Perlu diingat sekali lagi bila efek perceraian dapat direspon oleh setiap anak dengan cara yang berbeda. Segera lakukan konsultasi pada psikolog bila Anda melihat adanya perubahan sifat dan kebiasaan yang tidak wajar pada anak setelah perceraian terjadi.
Baca juga
7 Hal yang dapat Anda Lakukan untuk Menghindari Perceraian
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.