Meskipun anak tidak paham apa yang membuat orangtuanya bertengkar, tapi mereka tahu jika orangtuanya sedang saling membenci. Ketika dia melihat Bunda membanting pintu, atau Ayah dan Bunda tidak saling berbicara, dia akan tahu bahwa ada yang tidak beres dalam hubungan orangtuanya.
Anak-anak sangatlah peka, memiliki intuisi yang tajam dan bisa merasakan emosi serta mood orangtua.
E. Mark Cummings, seorang psikolog di Universitas Notre Dame mengatakan, “Beberapa penelitian yang telah kami lakukan, menunjukkan bahwa perilaku orangtua yang saling menjauh memiliki dampak jangka panjang yang buruk dalam proses adaptasi anak.”
“Anak-anak memahami sikap bermusuhan yang ditunjukkan orangtuanya. Namun, karena mereka tidak bisa melakukan apapun, anak jadi gelisah karena dia tahu ada yang salah dalam hubungan orangtuanya,” tambahnya.
Panduan bagi orangtua yang bertengkar di depan anak
Melansir dari laman Psychology Today, Marilyn Wedge seorang terapis keluarga mengatakan, “Jangan bertengkar di depan anak, selesaikan perselisihan Anda berdua di luar rumah. Cari bantuan konselor pernikahan jika masalah rumah tangga yang dihadapi terlalu berat.”
Melihat orangtua bertengkar, bisa membuat anak menyalahkan dirinya sendiri dan menyebabkan perilaku negatif berkembang.
Berikut adalah tips bagi orangtua agar tidak bertengkar di depan anak.
1. Bila emosi sudah tidak terkendali, menjauhlah untuk menenangkan diri
Ketika amarah sedang mendidih, kita sering mengatakan hal yang akan disesali. Oleh sebab itu, ketika amarah sudah di ubun-ubun, menjauhlah dari pasangan dan anak. Anda tidak perlu menyelesaikan semua masalah saat itu juga.
Ambil waktu untuk menenangkan diri, dan setelah pikiran jernih Anda bisa melihat masalah dengan lebih jelas tanpa diselimuti amarah.
2. Tenangkan emosi sebelum berkomunikasi
Carilah cara untuk melampiaskan amarah Anda tanpa melepaskannya di depan pasangan atau anak-anak. Misal melakukan olahraga berat, konsumsi makanan enak atau tidur dulu. Sangat penting Anda berada dalam kondisi emosi yang tenang sebelum membicarakan masalah dengan pasangan.
3. Hindari kalimat yang menyakitkan
Saat sedang berselisih, kebutuhan untuk menang sering mengalahkan logika. Akibatnya, Anda berdua sering mengucapkan hal-hal menyakitkan bagi pasangan. Bila anak mendengar kalimat-kalimat menyakitkan ini, hal ini bisa tetap menorehkan luka meski pada akhirnya Bunda dan Ayah saling meminta maaf.
4. Hargai pasangan dan dengarkan penjelasannya
Meskipun Anda berdua sedang tidak sepaham, jangan pernah egois dan hanya mengutamakan pendapat sendiri. Hargai pasangan hidup Anda, dengarkan penjelasannya tentang masalah yang sedang dihadapi. Seringkali, pertengkaran terjadi karena yang satu tidak mau mendengar yang lain.
Proses mendengar sangat penting dalam pernikahan. Jangan menjadi egois dan bertahan pada pendapat Anda sendiri, dengarkan pasangan dan hargai pendapatnya meski Anda tidak setuju.
5. Melihat masalah secara objektif
Bersikaplah terbuka dalam melihat setiap masalah, dan terimalah kemungkinan bahwa Anda salah. Ketika perdebatan telah selesai, lihatlah apa yang memicunya. Memahami pemicu perselisihan dalam rumah tangga bisa membantu Anda bereaksi lebih produktif ketika hal tersebut terulang.
*Semoga bermanfaat.
Baca juga:
5 Efek Negatif yang terjadi jika Anak Melihat Orang Tua Bertengkar