Hati-Hati Gejala Sindrom Sheehan, Kerusakan Kelenjar Setelah Melahirkan

Mengenal Sindrom Sheehan, sindrom yang rentan menyerang ibu setelah melahirkan. Seperti apa gejalanya?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Melahirkan menjadi momen yang sangat membahagiakan. Namun, ada deretan kondisi yang bisa saja menimpa setelahnya, salah satunya Sindrom Sheehan.

Sindrom Sheehan adalah kondisi ketika kelenjar pituitari atau hipofisis mengalami kerusakan saat melahirkan. Hal tersebut dipicu oleh perdarahan hebat atau tekanan darah yang sangat rendah selama atau setelah melahirkan.

Bagi yang belum tahu, kelenjar hipofisis adalah kelenjar kecil yang terletak di bawah otak. Kelenjar ini berfungsi menghasilkan hormon yang berfungsi mengendalikan hormon pertumbuhan, produksi ASI, siklus menstruasi, dan reproduksi.

Kelenjar ini juga bertugas memastikan kinerja hormon lancar dalam membantu mengendalikan fungsi organ pada tubuh. Namun, jumlah berlebihan hormon tersebut bisa menyebabkan sekumpulan gejala yang disebut hipopituitarisme.

Artikel terkait: Idap Hipertensi Selama Masa Kehamilan? Waspada Alami Sindrom HELLP

Gejala Sindrom Sheehan

Gejala yang timbul pada seseorang umumnya perlahan dalam kurun waktu beberapa bulan atau tahun. Namun, bisa juga gejala muncul seketika, misalnya adanya gangguan saat menyusui. Berikut beberapa gejala Sindrom Sheehan yang patut diwaspadai:

  • Gangguan menstruasi, seperti amenorrhea (kondisi tidak menstruasi) atau oligomenorrhea (kondisi ketika periode menstruasi seorang wanita pada usia subur tidak teratur atau susah diprediksi)
  • Tekanan darah rendah
  • Rambut yang dicukur tidak tumbuh lagi
  • Kadar gula darah rendah
  • Tidak mengeluarkan ASI
  • Tubuh mudah lelah
  • Aritmia
  • Payudara menyusut
  • Berat badan bertambah
  • Mudah kedinginan
  • Kondisi mental menurun
  • Kulit kering
  • Nafsu seksual menurun
  • Nyeri sendi
  • Kerutan di sekitar mata dan bibir
  • Diabetes insipidus (ginjal menghasilkan jumlah urine yang tidak normal)

Pada sejumlah kasus, seseorang bisa saja tidak menimbulkan gejala. Inilah mengapa cukup banyak perempuan yang bertahun-tahun mengidap sindrom ini, tetapi tidak menyadarinya selama bertahun-tahun lamanya.

Artikel terkait: Ketoasidosis Diabetik: Penyebab, Gejala, Faktor Resiko, Diagnosis dan Pengobatan

Penyebab

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Seperti telah diinfokan sebelumnya, Sindrom Sheehan disebabkan oleh perdarahan hebat atau tekanan darah yang sangat rendah selama atau setelah melahirkan. Kondisi tersebut bisa merusak kelenjar hipofisis yang membesar selama masa kehamilan.

Akibatnya, kelenjar tidak berfungsi normal dan tidak menghasilkan hormon yang seharusnya diproduksi. Adapun berbagai kondisi bisa meningkatkan risiko sindrom ini antara lain:

  • Solusio plasenta atau lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum bayi lahir
  • Placenta previa, yaitu kondisi sebagian atau seluruh plasenta menutupi mulut rahim
  • Melahirkan anak dengan berat badan lebih dari 4 kilogram, atau melahirkan bayi kembar
  • Preeklampsia selama kehamilan
  • Penggunaan alat bantu persalinan, seperti forcep atau vakum

Diagnosis Sindrom Sheehan

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saat melakukan diagnosis, dokter akan menentukan dari adanya wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang tertentu. Terkadang, kondisi ini dapat memiliki tanda dan gejala yang menyerupai kondisi lain, terutama apabila gejala yang dialami tidak muncul hingga berbulan-bulan pasca persalinan.

Dokter akan menanyakan gejala yang dialami, termasuk memori mengenai gejala yang pernah dialami. Untuk itu, pasien sebaiknya terbuka akan segalanya termasuk jika pernah mengalami komplikasi kehamilan atau gejala lain yang mengganggu.

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat membantu dokter untuk mendiagnosis Sindrom Sheehan adalah:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • Tes darah. Seseorang dapat melakukan pemeriksaan untuk mengecek kadar hormon yang diproduksi oleh kelenjar pituitari. Pemeriksaan stimulasi hormon pituitari dapat mengetahui seberapa baik respons kelenjar pituitari terhadap hormon yang berbeda.
  • Magnetic resonance imaging (MRI) atau computerized tomography (CT). Prosedur ini ditujukan untuk mengevaluasi adanya tumor atau masalah lain pada kelenjar pituitari yang dapat menyebabkan tanda dan gejala yang sama.

Artikel terkait: Gangguan Sistem Endokrin: Pencetus, Penyakit, dan Penanganan

Bisakah Sindrom Sheehan Diobati?

Terapi untuk menggantikan hormon yang hilang dibutuhkan agar kinerja kelenjar bisa normal kembali antara lain:

  • Kortikosteroid. Digunakan sebagai pengganti hormon adrenal yang tidak diproduksi akibat kekurangan hormon adrenokortikotropik. Contoh obat ini adalah dexamethason dan prednisone.
  • Levotiroksin. Levotiroksin meningkatkan kadar hormon tiroid yang kekurangan akibat rendahnya produksi TSH (thyroid-stimulating hormone) oleh kelenjar hipofisis.
  • Estrogen. Estrogen juga merupakan hormon yang produksinya diatur oleh kelenjar hipofisis.
  • Hormon pertumbuhan. Sejumlah penelitian menunjukkan terapi pengganti hormon pertumbuhan pada perempuan dengan sindrom Sheehan dapat menjaga rasio normal otot dan lemak tubuh, menurunkan kadar kolesterol, mempertahankan massa tulang, dan meningkatkan kualitas hidup penderita secara keseluruhan.

Itulah penjelasan tentang Sindrom Sheehan. Semoga informasi ini bermanfaat.

Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Baca juga:

id.theasianparent.com/ekstraksi-vakum

id.theasianparent.com/biopsi-payudara

id.theasianparent.com/hiperkalemia