Pernahkah Bunda mendengar apa yang dimaksud dengan amenorrhea? Patut diketahui, amenorrhea adalah kondisi saat perempuan tidak mengalami haid atau menstruasi, meski telah melalui masa pubertas, sedang tidak hamil, dan belum menopause.
Seorang perempuan mengalami amenorrhea jika tidak menstruasi selama tiga siklus berturut-turut dan lebih, atau hingga usia 15 tahun belum juga menstruasi. Selain itu, amenorrhea adalah kondisi berbeda dengan menstruasi yang tidak teratur, Bun.
Jenis Amenorrhea
Ada dua jenis amenorrhea yang perlu diketahui, yaitu amenorrhea primer dan sekunder. Berikut ini penjelasannya.
1. Amenorrhea Primer
Amenorrhea primer adalah saat seorang perempuan muda belum mengalami menstruasi pertamanya setelah usia 15 tahun. Meski begitu, ia sudah melalui fase pubertas lain.
2. Amenorrhea Sekunder
Sementara itu, amenorrhea sekunder adalah kondisi ketika seorang perempuan yang memiliki siklus menstruasi normal, berhenti mendapatkan periode bulanan selama 3 bulan atau lebih. Padahal, ia belum menopause.
Apa Saja Faktor Penyebab Amenorrhea?
Melansir dari laman Mayo Clinic, amenorrhea dapat terjadi karena berbagai faktor. Amenorrhea menjadi kondisi yang normal di beberapa perempuan, tapi ada juga yang merupakan efek samping dari obat atau tanda masalah medis.
Berikut ini adalah berbagai faktor penyebab amenorrhea:
1. Amenorrhea Alami
Dalam kehidupan normal, Bunda mungkin mengalami amenorrhea karena alasan alami, seperti:
- Kehamilan
- Menyusui
- Menopause
2. Kontrasepsi
Beberapa perempuan yang menggunakan pil KB mungkin tidak mengalami menstruasi. Begitu juga dengan kontrasepsi yang disuntik dan ditanam juga dapat menyebabkan amenorrhea.
3. Obat-obatan
Jenis obat-obatan tertentu dapat menyebabkan periode menstruasi berhenti. Termasuk beberapa jenis:
- Antipsikotik
- Kemoterapi kanker
- Antidepresan
- Obat tekanan darah
- Obat alergi
4. Faktor Gaya Hidup
Gaya hidup juga berkontribusi terhadap amenorrhea, misalnya:
- Berat badan rendah. Kondisi ini mengganggu banyak fungsi hormonal dalam tubuh, yang berpotensi menghentikan ovulasi. Perempuan dengan anoreksia dan bulimia juga berisiko mengalami amenorrhea, karena perubahan hormon yang abnormal.
- Aktivitas berlebih. Perempuan yang melakukan aktivitas atau latihan keras memiliki risiko siklus haid yang terganggu.
- Stres. Kondisi ini dapat mengubah fungsi hipotalamus, yakni area otak yang mengontrol hormon pengatur siklus menstruasi. Maka dari itu, kendalikan stres jika tidak ingin amenorrhea.
5. Ketidakseimbangan Hormon
Banyak jenis masalah medis yang dapat menyebabkan hormon tidak seimbang, termasuk:
- PCOS
- Kerusakan tiroid
- Tumor hipofisis
- Menopause dini
6. Masalah Struktural
Adanya masalah dengan organ seksual itu sendiri juga dapat menyebabkan amenorrhea. Contohnya termasuk:
- Jaringan parut uterus. Sindrom Asherman, suatu kondisi di mana jaringan parut menumpuk di lapisan rahim, terkadang dapat terjadi setelah pelebaran dan kuretase, operasi caesar atau pengobatan untuk fibroid rahim. Jaringan parut uterus mencegah penumpukan normal dan penumpukan lapisan uterus.
- Kekurangan organ reproduksi. Terkadang masalah muncul selama janin berkembang yang menyebabkan seorang bayi perempuan dilahirkan tanpa bagian utama dari sistem reproduksinya, seperti rahim dan leher rahim. Akibat sistem reproduksinya tidak berkembang secara normal, ia tidak dapat memiliki siklus menstruasi.
- Kelainan struktural vagina. Obstruksi atau sumbatan vagina dapat menghambat perdarahan menstruasi. Selaput atau dinding vagina mungkin yang menghalangi aliran darah dari rahim dan leher rahim.
Gejala Amenorrhea
Selain tidak menstruasi, berikut ini gejala lain amenorrhea yang dialami perempuan. Di antaranya yaitu:
- Rambut rontok
- Sakit kepala
- Penglihatan yang berubah
- Tumbuhnya rambut di wajah secara berlebihan
- Nyeri panggul
- Jerawat
- Payudara tidak membesar
- Suara berat layaknya laki-laki
- Keluarnya air susu meski tidak sedang menyusui, akibat meningkatkan kadar prolaktin
Diagnosis dan Pengobatan Amenorrhea
Untuk mendiagnosis kondisi ini, dokter biasanya akan melakukan serangkaian pemeriksaan fisik, wawancara medis, serta tes penunjang seperti tes fungsi tiroid, USG (Ultrasonografi), tes fungsi ovarium, dan lainnya.
Pengobatan amenorrhea ini kemudian dilakukan berdasarkan penyebab yang mendasari. Beberapa pengobatan yang dilakukan di antaranya adalah:
- Diberikan obat dan terapi hormonal yang bertujuan untuk memicu siklus menstruasi. Terapi hormonal yang dilakukan adalah terapi pengganti hormon estrogen untuk kondisi amenorrhea yang disebabkan oleh insufisiensi ovarium primer, dan terapi pengurangan hormon androgen untuk kondisi yang disebabkan oleh sindrom ovarium polikistik (PCOS).
- Operasi bisa dilakukan sebagai upaya pengobatan apabila amenorrhea disebabkan oleh tumor atau jaringan parut.
- Menerapkan pola hidup sehat juga menjadi salah satu cara mengatasi amenorrhea yang bisa dilakukan. Pasalnya, kondisi ini juga dapat disebabkan oleh gaya hidup yang kurang sehat. Anda akan disarankan untuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang, olahraga teratur, cukupi istirahat, hingga menjaga berat badan.
Amenorrhea Apakah Berbahaya?
Bunda patut hati-hati jika mengalami amenorrhea atau anak perempuan Bunda yang sudah berusia 15 tahun belum juga menstruasi. Pasalnya, amenorrhea bisa memicu komplikasi lebih serius, berupa:
- Infertilitas. Kondisi jika tidak mengalami ovulasi dan menstruasi, ini membuat perempuan tidak bisa hamil.
- Osteoporosis. Jika amenorrhea disebabkan oleh kadar estrogen yang rendah, maka memungkinkan berisiko mengalami osteoporosis.
Kapan Harus Periksa ke Dokter?
Segera konsultasikan kepada dokter jika Bunda telah melewatkan setidaknya tiga periode menstruasi berturut-turut. Atau jika belum pernah mengalami periode menstruasi meski sudah berusia di atas 15 tahun.
Demikian informasi terkait amenorrhea yang bisa dialami oleh perempuan. Semoga informasi ini bermanfaat.
Baca juga:
9 Kebiasaan Sederhana untuk Meningkatkan Kesuburan Laki-laki dan Perempuan
Makanan Kesuburan vs Kacang Polong
Kenali Siklus Menstruasi yang Normal dan Tidak Normal, Ini Penjelasan dan Cara Mengatasinya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.