Sakit Kepala Tegang, InI Penyebab dan Cara Mengobatinya

Kenali gejala dan cara menangani sakit kepala tegang atau Tension Type Headache (TTH) berikut ini, Parents!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Parents, pernah merasakan sakit pada kepala seperti terikat pita? Lokasinya di bagian belakang kepala kedua sisi, tetapi tidak berdenyut. Jika pernah, maka kemungkinan Anda terkena Tension Type Headache atau sakit kepala tipe tegang.

Lantas, seperti apa gejala dari kondisi yang satu ini? Yuk, simak penjelasan selengkapnya sebagai berikut!

Artikel terkait: Penyakit Diare – Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati

Sakit Kepala Tegang atau Tension Type Headache, Berbahayakah?

Perlu diketahui, sakit kepala berulang pada akhirnya dapat mengganggu aktivitas sehari-hari apabila tidak ditangani dengan benar. Hal itu juga tak jarang membuat penderitanya menjadi tidak produktif. Fakta menarik, sakit kepala berulang pun dapat menjadi penyebab tersering eksekutif muda bolos dari pekerjaan, lho.

Ada pun jenis sakit kepala yang kerap menghampiri usia produktif dan mereka yang memiliki aktivitas padat adalah Tension type headache (TTH) atau sakit kepala tegang.

Selain itu, jenis sakit kepala yang satu ini juga rata-rata dialami oleh perempuan. Serta kebanyakan penderita merupakan para pekerja atau eksekutif muda yang sedang giat meniti karier. Mereka cenderung memiliki beban kerja melimpah dan tenggat waktu kerja yang ketat setiap harinya. Sehingga, mereka menjadi mudah stres dan kelelahan, lalu timbulah sakit kepala tegang. 

Penyebab sakit kepala tipe tegang sendiri masih sulit dipahami, tetapi ketegangan otot dan faktor psikogenik dipercaya berhubungan dengan hal ini. Itulah sebabnya, jenis sakit kepala ini juga dikenal sebagai sakit kepala psikogenik.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Stres dan beban pikiran yang melanda seseorang dapat menstimulasi saraf perifer (saraf tepi) pada otak, yang memicu kontraksi pada otot-otot di area kepala dan menimbulkan nyeri. Maka itu, pada pemeriksaan, sering dijumpai ketegangan pada otot di sekitar kepala. 

Sakit kepala tipe tegang juga memiliki beberapa jenis. Berikut ini tiga tipe TTH:

  • TTH episodik: Serangan sakit kepala yang terjadi kurang dari 15 kali dalam sebulan, setidaknya selama tiga bulan berturut-turut
  • Jenis TTH kronik: Serangan sakit kepala lebih dari 15 kali dalam sebulan, setidaknya selama tiga bulan berturut-turut
  • TTH sewaktu: Serangan sakit kepala sesekali tanpa sering berulang

Artikel terkait: 7 Penyebab yang Kerap Membuat Anak Sakit Kepala, Parents Wajib Tahu!

Apabila tidak diatasi dengan baik, TTH sewaktu dapat berkembang menjadi TTH episodik, lalu meningkat lagi menjadi TTH kronik. Jika sudah kronik, TTH sangat dapat memengaruhi kualitas hidup dan produktivitas seseorang.

Tak jarang, kondisi ini juga dapat memicu munculnya keluhan nyeri pada titik-titik lain. Misalnya, nyeri bahu, nyeri punggung, dan sebagainya. Kalau sudah begini, akan lebih sulit lagi mendeteksi asal muasal munculnya nyeri tersebut.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Serangan TTH kronik juga dapat membuat tubuh memproduksi hormon stres (hormon kortisol) secara terus-menerus. Jika dibiarkan berlarut-larut, tekanan darah dapat meningkat sehingga risiko pasien mengalami penyakit jantung juga ikut membesar. Produksi hormon kortisol yang tinggi pun bisa memicu pelepasan gula ke dalam darah, sehingga risiko diabetes tipe 2 dapat meningkat.

Gejala yang Timbul

Sakit kepala tegang memiliki gejala berupa sensansi tekanan dan ikatan kuat pada kedua sisi kepala. Tidak hanya itu, perasaan tersebut dapat muncul pada otot-otot di sekitar kepala, seperti otot leher dan bahu.

Meski demikian, kepala yang berdenyut dan perasaan mual jarang dirasakan pada penderita ini. Namun, terkadang penderita TTH juga mengalami gejala sensitif terhadap cahaya (fotofobia) dan sensitif terhadap suara (fonofobia) seperti pada sakit kepala jenis lainnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Intensitas sakit kepala TTH berada pada level ringan sampai sedang, dan intensitasnya tidak bertambah meski penderitanya melakukan aktivitas fisik seperti naik-turun tangga dan sebagainya. 

Artikel terkait: Sakit kepala pasca melahirkan, ini penyebab yang perlu Bunda waspadai

Bagaimana Cara Mengobatinya?

Apabila TTH hanya sesekali muncul, maka gejala dapat diredakan dengan bantuan pain killer, pijatan pada otot-otot sekitar kepala yang tegang, atau obat luar semacam essential oils. Namun apabila sering terjadi, penderita TTH perlu melakukan sesuatu untuk mengatasi penyebabnya, bukan sekadar meredakan gejala.

Penderita TTH perlu menyeimbangkan ritme hidup, mengelola stres dengan baik, dan menerapkan pola hidup sehat agar dapat mengatasi masalah kesehatan tersebut. Sesibuk apa pun, sempatkan beristirahat, tidur, dan olahraga untuk melenturkan dan mengendurkan ketegangan otot.

Sementara itu, perlu diketahui juga bahwa seringkali stres tidak dipicu oleh kesibukan, melainkan dari dalam pikiran kita sendiri. Ada orang yang sehari-harinya tidak sibuk, tetapi dapat menjadi stres karena hal-hal kecil.

Apabila kondisi Anda tidak kunjung membaik, jangan tunda lagi untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis saraf. Semakin cepat ditangani, semakin besar pula kemungkinan TTH dapat diatasi hingga tuntas.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Jika perlu, dokter dapat melakukan pemeriksaan secara menyeluruh untuk meninjau kemungkinan lain yang menyebabkan sakit kepala tegang, seperti adanya infeksi atau kelainan fisiologis. Dokter juga dapat memberikan penanganan tambahan apabila dinilai perlu, seperti pemberian obat antidepresan, terapi akupunktur, dan fisioterapi.

 

Artikel ini ditulis oleh: 

dr. Sahat Aritonang, Sp.S, M.Si. Med

Dokter Spesialis Saraf

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

RS Pondok Indah – Bintaro Jaya

***

Baca juga:

id.theasianparent.com/gejala-penyakit-gondongan

Kenali Gejala TBC Tulang Belakang, Penyakit Langka yang Sebabkan Kerusakan Saraf

id.theasianparent.com/bahaya-tali-masker