Jambi adalah salah satu provinsi yang ada di Pulau Sumatera dan terletak di pesisir timur yang ada di tengah Pulau Sumatera. Provinsi Jambi memiliki rumah adat yang menjadi ciri khas dengan nama Rumah Kajang Lako. Rumah adat Jambi ini juga biasa disebut dengan Rumah Lamo.
Rumah Kajang Lako atau Kajang Leko ini menjadi tempat tinggal masyarakat marga Bathin. Marga Bathin adalah suku yang ada di sebelah barat pegunungan bukit Barisan.
Baju adat Jambi (Foto: Instagram/ruben_onsu)
Masyarakat Bathin masih mempertahankan adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang. Konon, suku ini berasal dari 60 tumbi (keluarga) yang pindah dari Koto Rayo.
Keluarga inilah yang menjadi asal mula Marga Bathin V dengan lima dusun asal. Jadi, daerah Marga Bathin V adalah kumpulan lima dusun yang berasal dari satu dusun yang sama. Orang-orang Bathin ini semula tinggal berkelompok, terdiri dari 5 kelompok asal yang membentuk 5 dusun.
Sama seperti rumah adat daerah lainnya, rumah adat Jambi, rumah Kajang Lako juga memiliki berbagai fakta menarik. Berikut ini beberapa fakta menarik mengenai rumah Kajang Lako.
Fakta-Fakta Mengenai Rumah Adat Jambi
Rumah adat Jambi memiliki konsep rumah panggung. Yang unik yaitu hunian ini dibuat tinggi sehingga bisa mengantisipasi datangnya banjir. Bukan hanya itu, Kajang Leko juga didesain untuk meminimalisir serangan para binatang buas.
1. Konstruksi Rumah Adat Jambi
Foto: pariwisataindonesia.id
Rumah Kajang Leko berbentuk persegi panjang dengan ukuran 12 x 9 meter. Pondasi bangunannya juga ditopang oleh 30 tiang yang berukuran besar, 24 tiang digunakan sebagai tiang utama, sedangkan 6 tiang lainnya merupakan tiang pelamban. Untuk bisa masuk ke dalamnya, Parents harus naik tangga.
Dalam hunian ini, ada dua tangga di dalamnya. Sebelah kanan digunakan sebagai tangga utama sedangkan, tangga sebelah kiri adalah tangga penteh.
Bagian atap dari rumah adat ini tergolong sangat unik dan diberi nama Gajah Mabuk karena si pembuat desain sedang dimabuk cinta ketika membuatnya.
Sayangnya, dia tidak mendapatkan restu dari kedua orang tuanya untuk bersanding dengan sang kekasih hati. Sedangkan, bubungan atap bentuknya seperti perahu dengan ujung atas melengkung. Bubungan atap ini dibuat dari bahan anyaman ijuk. Lengkungan atap ini sering disebut dengan potong jerambah/lipat kajang.
Dinding rumah Kajang Leko juga bisa dibilang sangat indah. Berasal dari material kayu dengan hiasan ukiran yang detail. Bagian atap rumah adat Jambi ini dilapisi oleh material yang disebut dengan tebar layar.
Tebar layar ini adalah plafon yang memisahkan antara ruangan loteng dengan ruangan bagian bawahnya.
2. Jumlah Ruangan Rumah Kajang Leko
Setiap ruangan dalam rumah adat Kajang Leko ini tentunya punya fungsinya tersendiri. Ruangan dalam rumah adat memang memiliki fungsi masing-masing.
Ada delapan ruangan dalam rumah adat Jambi yaitu:
Pelamban adalah bagian bangunan yang ada di sebelah kiri bangunan induk. Lantainya dibuat dari bambu belah yang sudah diawetkan. Kemudian, bambu ini dipasang dengan sedikit jarak untuk mempermudah air mengalir ke bawahnya.
Ruangan ini terletak di ujung sebelah kiri bangunan yang punya arah memanjang. Di dalamnya, Parents akan menemukan dapur, tempat air, sampai dengan tempat penyimpanan.
Ruang masinding adalah serambi depan yang digunakan untuk menerima tamu. Dalam musyawarah adat, ruangan ini digunakan sebagai tempat duduk orang biasa. Yang unik yaitu hanya tamu laki-laki yang boleh berada pada ruangan ini.
Foto: kangapip.com
Ruangan yang satu ini berada di tengah bangunan antara ruangan tengah dan ruang masinding yang tidak menggunakan dinding. Ketika upacara adat dilaksanakan, maka ruangan ini biasanya ditempati oleh perempuan.
Ruangan ini adalah serambi dalam yang terdiri dari beberapa ruang mulai dari ruang makan, ruang tidur orang tua sampai dengan ruangan tidur anak gadis.
Ruangan ini berada di ujung sebelah kanan bangunan dan menghadap ke ruangan tengah dan ruangan masinding. Dengan ukuran 2×9 meter, lantai yang ada di ruangan ini biasanya dibuat lebih tinggi dibandingkan dengan ruangan lainnya. Ini karena area ini dianggap sebagai ruangan utama dalam rumah. Tidak mengherankan jika ruang balik melintang tidak boleh ditempati oleh sembarangan orang.
Penteh adalah ruang yang ada di atas bangunan. Ruangan ini seperti plafon yang membatasi antara atap dengan bagian bawah. Penteh biasanya digunakan untuk menyimpan berbagai barang.
Bauman adalah ruang bawah yang tidak ada lantainya dan tidak ada dindingnya. Ruangan ini sering digunakan untuk menyimpan, memasak ketika ada pesta serta berbagai kegiatan yang lainnya.
3. Dekorasi Rumah Adat Jambi
Foto: Adatradisional.com
Rumah adat Kajang Leko juga memiliki berbagai dekorasi yang cantik di dalamnya. Dekorasi ini biasanya berbentuk ukiran. Ciri khas motif yang digunakan adalah motif flora dan fauna.
Motif flora yang digunakan antara lain motif bungo tanjung, bungo jeruk dan tampuk manggis. Motif bungo tanjung ini biasanya diukirkan pada bagian depan masinding. Sedangkan motif bungo jeruk diukir pada bagian luar rasuk atau beranda dan berada di atas pintu.
Motif flora pada rumah adat Jambi ini dimaksudkan untuk menggambarkan keanekaragaman tumbuhan di Jambi. Selain itu, lambang ini juga menggambarkan seberapa penting peran hutan terhadap masyarakat Jambi. Sedangkan untuk fauna, masyarakat Jambi cenderung menggunakan motif ikan. Karena masyarakat Jambi didominasi oleh para pelayan.
4. Susunan Rumah Adat Jambi
Rumah adat Kajang Lako khususnya di Rantau Panjang biasanya berderet secara memanjang antara satu dengan yang lainnya. Jarak antara rumah hanya sekitar dua meter. Pada bagian belakang rumah, ada bangunan khusus yang digunakan untuk menyimpan padi. Bangunan ini disebut juga dengan bilik atau lumbung.
Itulah beberapa fakta mengenai rumah adat Jambi, Kajang Lako.
Baca juga:
Pesona Prambanan yang Megah, Candi Terbesar dan Kasih Tak Sampai
5 Jenis Rumah Adat Jawa Tengah yang Unik dengan Filosofi Mendalam
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.