Salah satu posisi persalinan yang biasa dipraktikkan adalah posisi litotomi. Yaitu posisi berbaring terlentang dengan tungkai kaki diangkat dan lutut ditekuk. Namun nyatanya, ada berbagai risiko yang dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan bagi ibu dan janin. Yuk, kenali risiko posisi litotomi saat persalinan.
Posisi litotomi yaitu ibu bersalin terlentang dengan kedua paha diangkat dan ditekuk ke arah perut, tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha. Sementara kedua tangan masuk sampai siku menarik paha dan dagu menempel di dada.
Kelebihan dari posisi ini adalah dokter dan tenaga medis dapat dengan leluasa mengukur perkembangan proses persalinan. Biasanya posisi ini dilakukan jika dokter hendak melakukan kuret.
Adapun kekurangan dari posisi ini adalah membuat ibu sulit untuk mengejan. Hal ini dikarenakan gaya berat tubuh ibu sejajar dengan posisi bayi.
Posisi litotomi terkesan pasif, karena Bunda akan mengalami kesulitan dalam mengejan. Selain itu juga Bunda bisa merasakan pegal pada punggung. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa posisi litotomi saat persalinan menimbulkan efek negatif.
5 Risiko Posisi Litotomi
Berikut ini risiko litotomi saat persalinan yang harus diperhatikan.
1. Menurunkan Tekanan Darah
Saat berada di posisi litotomi, tubuh ibu berbaring sepenuhnya sehingga sirkulasi darah bisa terganggu. Tekanan darah saat terlentang terjadi sebab rahim menekan vena kava inferior, yang menyebabkan penurunan aliran balik vena sentral.
Ketika tekanan darah menurun, maka bisa terjadi nyeri hebat saat kontraksi. Oleh karena itulah saat hamil pun Bunda disarankan berbaring posisi miring untuk menjaga sirkulasi darah.
2. Posisi Litotomi Memperlambat Proses Persalinan
Lantaran posisi litotomi dapat menurunkan tekanan darah, kontraksi rahim pun terasa lebih menyakitkan. Akibatnya, posisi litotomi dapat membuat proses persalinan menjadi lebih lama.
Itulah sebabnya, kini banyak dokter lebih menyarankan posisi jongkok saat ibu bersalin karena lebih efektif. Posisi ini juga diyakini dapat mengurangi rasa sakit akibat kontraksi dan mempercepat terbukanya saluran lahir.
3. Rentan Episiotomi
Risiko posisi litotomi saat persalinan berikutnya yaitu menyebabkan episiotomi atau robeknya vagina. Dalam posisi litotomi ibu lebih besar mengalami episiotomi.
Studi pada tahun 2012 juga menemukan bahwa tingginya risiko episiotomi jika posisi litotomi saat persalinan. Sebaliknya, risiko episiotomi lebih rendah terjadi saat melahirkan dengan posisi squat atau berbaring ke samping.
4. Cedera Otot Anus, Salah Satu Risiko Posisi Litotomi
Persalinan dengan posisi litotomi juga dapat meningkatkan risiko cedera otot sphincter anus. Akibatnya, terjadi peningkatan tekanan di otot sphincter. Risiko ini lebih tinggi pada perempuan yang melahirkan pertama kali.
Sebuah studi terhadap 100.000 kasus persalinan menemukan bahwa posisi ini meningkatkan risiko terjadinya cedera otot sphincter. Hal ini karena adanya tekanan yang besar. Otot ini idealnya bertugas untuk mengendalikan aliran urine.
Cedera sphincter dapat memiliki efek jangka panjang, seperti rasa sakit dan tidak nyaman di anus. Dampaknya bisa berlangsung lama mulai dari inkontinensia tinja, nyeri, rasa tidak nyaman, hingga disfungsi seksual.
5. Memperbesar Risiko Operasi Caesar
Persalinan dengan posisi litotomi juga bisa meningkatkan risiko operasi caesar, terutama bila ibu hamil merupakan ibu hamil risti (risiko tinggi). Ibu hamil risiko tinggi dikategorikan dengan 4 T yakni terlalu muda (hamil usia <20 tahun), terlalu tua (hamil >35 tahun), terlalu rapat (jarak kehamilan <2 tahun), terlalu banyak (anak >4).
Selain itu, posisi litotomi juga bisa memperbesar kemungkinan penggunaan alat bantu saat persalinan, seperti vakum untuk mengeluarkan bayi dari jalan lahir.
Kelebihan Posisi Litotomi
Meski berisiko, posisi litotomi masih dianggap punya sejumlah kelebihan. Contohnya memudahkan bagi dokter dan tim penolong persalinan agar leluasa membantu proses persalinan.
Jalan lahir menghadap ke depan, sehingga penolong persalinan dapat lebih mudah mengukur perkembangan pembukaan. Dengan demikian waktu persalinan pun bisa diprediksi secara lebih akurat.
Selain itu, tindakan episiotomi bisa dilakukan lebih leluasa, pengguntingannya pun lebih bagus dan terarah. Begitu juga dengan posisi kepala bayi yang relatif lebih gampang dipegang dan diarahkan.
Bunda, itulah penjelasan mengenai risiko posisi litotomi yang ternyata juga memiliki kelebihan bagi penolong persalinan. Jadi, diskusikan lebih jauh bersama dengan dokter kandungan mengenai langkah terbaik yang harus dipilih.
Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Baca juga:
Memilih Melahirkan di Rumah, Andien Melahirkan Bayi Laki-laki
Jamu pasca melahirkan untuk memulihkan tubuh ibu sehabis bersalin
5 Klinik Bersalin di Bandung untuk Proses Persalinan yang Nyaman
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.