Posisi Bayi Melintang dalam Kandungan, Penyebab dan Cara Mengatasinya

undefined

Periksakan kandungan ke dokter secara rutin untuk memastikan posisi janin normal dan tidak melintang. Baca lengkapnya di sini!

Kehamilan dengan posisi bayi melintang cukup jarang terjadi. Setidaknya, hanya ada 1 kejadian posisi bayi melintang dari 25 kehamilan.

Kondisi ini meski masih terbilang normal, tetapi bisa membahayakan kondisi bayi dan juga ibu. Salah satunya, bisa mengubah prosedur persalinan normal menjadi caesar.

Bila mendekati waktu persalinan posisi bayi Bunda masih melintang, segera konsultasi dengan dokter kandungan untuk mencari strategi apa yang harus Anda lakukan agar persalinan calon bayi Anda berjalan dengan baik.

Lantas, seperti apa tanda bayi dalam kandungan posisinya melintang? Adakah cara agar posisinya normal? Yuk simak jawabannya di bawah ini.

Artikel Terkait: 12 Posisi Tidur agar Bayi Tidak Sungsang dan Cara Memperbaikinya

Masalah Posisi Bayi Melintang

posisi bayi melintang

Alaminya, kepala bayi berada di posisi bawah menjelang persalinan. Namun, apa yang akan terjadi jika posisi bayi Anda sungsang atau bahkan berada di posisi melintang atau horizontal? Tentunya, ini akan menyulitkan proses persalinan secara normal. 

Sekitar 2-13 persen bayi mengalami malposisi pada trimester ketiga. Malposisi yang dimaksud bisa transverse baby (posisi bayi melintang), terjadi pada sekitar 20 persen dari 2 persen yang disebutkan tadi, atau juga sungsang (posisi kepala di atas).

Transverse baby atau posisi bayi melintang ini adalah kondisi di mana bayi berada dalam posisi horizontal di perut Bunda, posisi kepala dan kakinya ada di bagian kanan dan kiri perut.

Posisi ini mungkin tidak akan menjadi masalah jika terjadi di trimester kedua, tetapi akan menjadi masalah saat mendekati hari perkiraan lahir atau HPL.

Idealnya, jelang mendekati persalinan, posisi kepala bayi sudah berada di bawah (mendekati jalan lahir) atau di posisi vertex yang merupakan persalinan pervaginam optimal. 

Sebelum membahas lebih lanjut, dokter spesialis kebidanan dan kandungan RS Barawijaya dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG menjelaskan, penyebutan yang benar adalah ‘letak’ bayi melintang, bukan ‘posisi’ bayi melintang. 

“Kalau ‘posisi’ itu biasanya bagian janin yang berada di bawah perut. Sementara ‘letak’ itu (yang digambarkan) melintang horizontal di mana bagian terbawah bayi bukan bagian kepala atau bokongnya,” terang dr. Dinda saat dihubungi theAsianparent.

Letak bayi yang melintang itu, kata dr. Dinda, hanya dialami sebagian kecil ibu hamil. Sebab umumnya, sekitar 80 persen bayi posisinya normal dengan kepala berada di bawah saat memasuki cukup bulan (menjelang HPL atau hari perkiraan lahir), sebagai persiapan persalinan (normal). 

Artikel terkait: Ketahui Posisi Bayi 9 Bulan Siap Lahir yang Memudahkan Persalinan

Apakah Posisi Bayi Melintang Berbahaya?

Posisi Bayi Melintang dalam Kandungan, Penyebab dan Cara Mengatasinya

Dr. Dinda mengatakan, tidak! Letak bayi melintang di dalam kandungan ibu pada trimester ketiga tidaklah berbahaya.

“Masih dikatakan baik-baik saja jika pergerakan bayi masih aktif dan denyut jantung bayi masih sekitar 120-126 kali per menit dengan gerakan yang aktif, setidaknya 1-2 jam ada 1 kali gerakan aktif,” katanya.

Akan tetapi, dr. Dinda menyarankan, jika letak bayi masih melintang hingga mendekati hari perkiraan lahir (HPL) dan ibu memilih persalinan caesar, ada baiknya pembedahan caesar jangan dilakukan terlalu lama hingga menunggu sampai usia kehamilan 40 minggu. 

“Lebih baik (persalinan caesar dilakukan di minggu ke-38. Yang ditakutkan kalau sampai ada kejadian ketuban pecah, operasinya akan lebih susah atau rumit, karena tidak ada yang dapat menutup bagian bawahnya (jalan lahir),” kata dr. Dinda. 

Dr. Dinda menjelaskan lagi, bila ketuban pecah saat posisi kepala bayi di bawah, kepala bayi bisa membantu menyumbat keluarnya air ketuban.

Namun, bila posisi bayi melintang, air ketuban berisiko terkuras semua dan itu proses persalinannya jadi agak lebih rumit.

Apa Saja Faktor Penyebab Posisi Bayi Melintang?

Penyebab posisi melintang di dalam rahim bisa dari faktor ibu, bayi, dan juga kondisi rahim ibu sendiri. 

Faktor Ibu

Biasanya karena ada kelainan bentuk rahim, miom (benjolan yang tumbuh di dinding dalam atau luar rahim) yang membuat ruang gerakan bayi jadi terbatas, serta karena kondisi ari-arinya tidak biasa.

“Letak ari-ari berada di bawah, atau panjang tali pusatnya tidak terlalu panjang (pendek) atau justru panjang sekali hingga melilit bayi,” ujar dokter yang praktik di RS Brawijaya Antasari dan RSIA Bina Medika itu.

Faktor Bayi

Ukuran tubuh bayi yang terlalu kecil atau terlalu besar bisa jadi faktor penyebab juga.

“Kalau terlalu kecil, pergerakan bayinya jadi terlalu dinamis, ia masih bisa bergerak bebas, baik melintang atau miring. Sementara kalau terlalu besar, bayi belum sempat untuk turun karena rahimnya sudah terlalu sempit untuk bayi bergerak menuju ke sana,” jelas dr. Dinda.

Artikel terkait: Seorang bidan membagikan 7 Foto melahirkan bayi sungsang secara alami

4 Tanda Posisi Bayi Melintang di Dalam Kandungan

posisi bayi melintang

“Ibu hamil tidak akan merasakan apa-apa, ya (seperti kehamilan normal lainnya). Paling gerakan bayi aktif. Terus, kok, di bawah perutnya terasa seperti kosong, perutnya lebih kayak melebar ke kanan dan ke kiri. Ya (kurang lebih) seperti kehamilan biasa saja, sih,” kata dr. Dinda.

Biasanya, ibu hamil akan dengan mudah mengetahui jika letak bayinya melintang. Untuk lebih meyakinkan Bunda, berikut ini beberapa tanda letak bayi melintang.

1. Merasakan Ketidaknyamanan dan Nyeri di Sekitar Janin

Ibu hamil dengan posisi bayi sungsang biasanya akan dengan mudah merasa nyeri dan tidak nyaman di area panggul dan tulang rusuk.

Apalagi, jika kepala bayi berada di atas sehingga mendesak paru-paru, rasa nyeri yang dirasakan ibu akan semakin menjadi-jadi. 

Nyeri ini terasa seperti rasa sakit ketika sedang datang bulan sehingga membuat ibu hamil kesulitan untuk melakukan berbagai aktivitas. 

2. Gerakan Rahim 

Pada posisi bayi melintang, tendangan bayi justru terasa di sekitar daerah selangkangan, bukannya di atas rahim seperti yang biasanya terjadi. 

Bisa juga gerakan ini justru terasa di samping perut ibu hamil jika posisi bayi di dalam kandungan adalah horizontal, dengan kepala dan kaki melintang di dalam janin.

3. Detak Jantung Bayi

Pada posisi bayi normal, detak jantung buah hati biasanya berada di area bawah pusar ibunya. Namun, pada bayi sungsang, detak jantungnya terasa di atas atau bahkan di samping pusar.

4. Posisi Kepala Bayi

Normalnya, posisi bayi di dalam kandungan adalah terbalik, dengan kepala berada di bawah menghadap punggung ibunya. Namun, pada kasus bayi sungsang, kepala bayi akan berada di atas janin atau di sampingnya. 

Hal ini yang kadang membuat ibu merasa nyeri dan tidak nyaman karena desakan kepala dari buah hati.

Menjelang waktu melahirkan, biasanya dokter kandungan akan memeriksa posisi bayi melalui vagina ibu.

Jika ditemukan adanya benda keras seperti tengkorak kepala, sudah dipastikan bahwa bayi tersebut dalam posisi yang normal.

Jika tidak ditemukan kepala bayi dari pemeriksaan ini, ibu hamil membutuhkan prosedur tertentu sebelum melahirkan secara normal atau memilih persalinan caesar.

Bagaimana Cara Mengetahui Posisi Bayi Melintang?

posisi bayi melintang

Untuk mengetahui letak bayi melintang bisa dengan pemeriksaan fisik, salah satunya dengan perabaan yang disebut dengan palpasi.

Dokter kandungan atau bidan akan merasa bagian perut ibu dan merasakan apakah kepala atau bokong bayi berada dalam vertikal (kepala/bokong di atas atau di bawah) atau horizontal (melintang). 

Pemeriksaan lainnya adalah dengan alat ultrasonografi (USG).

”Kalau ini, sih, sudah definitely mudah dan kelihatan, ya. Bisa jelas terlihat apakah lintangnya ke atas atau punggungnya yang di atas atau di bawah,” terang dr. Dinda. 

Artikel terkait: 6 Cara Mengatasi Bayi Sungsang Tanpa Bantuan Medis

Solusi Posisi Bayi Melintang 

Posisi Bayi Melintang dalam Kandungan, Penyebab dan Cara Mengatasinya

Ilustrasi alat monitor yang digunakan oleh dokter kandungan

Posisi bayi melintang tidak hanya menyulitkan proses persalinan, tetapi juga bisa membahayakan ibu hamil dan buah hatinya.

Posisi bayi yang horizontal di dalam kandungan bisa menyebabkan ibu mengalami cedera rahim.

Berikut ini ada beberapa solusi yang mungkin bisa dilakukan untuk mengatasi persoalan tersebut.

1. External Cephalic Version (ECV)

ECV adalah sebuah prosedur yang hanya boleh dilakukan tenaga medis berpengalaman untuk mengembalikan posisi bayi sungsang menjadi normal kembali, yakni dengan memutar bayi dari luar kandungan. 

Awalnya, ibu hamil akan diberi obat untuk merelaksasikan rahim. Lalu, dokter akan melakukan pijatan pelan untuk membenarkan posisi bayi dari luar perut sambil mengamati kondisi janin melalui layar monitor.  

Prosedur ini tidak akan terasa menyakitkan, hanya saja sedikit membuat tidak nyaman. Teknik ECV memiliki peluang berhasil sekitar 50 persen saja. 

“Akan tetapi, cara ini sudah banyak ditinggalkan karena bayi berisiko terlilit atau tertekan tali pusat atau ari-arinya terlepas sedikit. Jadi, biasanya kita tidak melakukan external version ini,” terang dr. Dinda.

2. Gerakan Elkins

Ini adalah salah satu gerakan yang bisa Bunda coba di rumah untuk merangsang bayi kembali ke posisi normal. Bunda hanya perlu melakukan gerakan menungging seperti sujud di atas kasur, dengan kepala, bahu, dan dada rata pada bidang datar. 

3. Memberi Rangsangan Musik pada Janin

Cara ini cukup mudah untuk dicoba. Bunda cukup menempelkan headset ke area bawah perut agar bayi terpancing untuk mengikuti asal suara dan kembali ke posisi normal. 

4. Mengangkat Panggul

Bunda bisa melakukan gerakan ini rutin setiap tiga kali sehari. Cara melakukannya adalah dengan baring telentang, lalu tekuk lutut dan kaki menapak di lantai. Gerakan ini bisa dilakukan selama 10-15 menit tergantung dari ketahanan Bunda.

5. Melakukan Terapi

Setidaknya ada dua jenis terapi yang pernah dilakukan untuk mengantisipasi bayi sungsang, yakni terapi hipnosis dan akupunktur.

Kedua jenis terapi ini pun perlu Bunda konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter kandungan agar prosesnya berjalan lancar dan aman.

Terapi hipnosis menekankan pada sugesti alam bawah sadar. Sedangkan, terapi akupunktur biasanya dipadukan dengan metode lainnya, seperti teknik ECV.

6. Yoga atau Pilates

Beberapa upaya yang bisa Bunda lakukan untuk menurunkan kepala bayi ke bawah adalah dengan melakukan yoga atau pilates.

Untuk melakukan gerakan ini dengan benar dan tepat, ada baiknya Anda dibimbing oleh instruktur yoga atau pilates khusus kehamilan. 

Artikel Terkait: 13 Posisi Melahirkan Normal yang Perlu Bunda Ketahui

Posisi bayi melintang memang sering kali menimbulkan kekhawatiran bagi ibu hamil. Bila Bunda menghadapi masalah kehamilan ini, segera konsultasikan dengan dokter kandungan sembari melakukan beberapa gerakan ringan yang sudah dibahas di atas. 

***

Baca juga:

[Video] Dokter Ini Berhasil Mengubah Posisi Bayi Sungsang Hanya Dalam 2 Menit

4 Posisi Janin dalam Kandungan, Mana yang Terbaik untuk Persalinan?

3 Cara mudah ketahui posisi janin dengan metode belly mapping, gimana caranya?

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.